Khawatir Agresivitas China, Amerika Serikat Dekati Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setelah Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengunjungi Amerika Serikat, dalam waktu rencana Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo akan datang ke Indonesia.
Hal itu menjadi pertanyaan mengapa para pejabat AS intens berhubungan dengan para mitranya di Indonesia di masa pandemi Covid-19 ini dan mendekatnya pelaksanaan Pemilihan Presiden di AS.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana menuturkan kemungkinan besar ini terkait dengan kekhawatiran AS terhadap Indonesia yang dianggap terlalu dekat dengan China.
“Belakangan ini China sangat agresif di Laut China Selatan. Bahkan dengan kekuatan ekonominya dan penemuan vaksin telah mengembangkan pengaruh di negara-negara kawasan,” kata Hikmahanto dalam keterangan resminya, Kamis (22/10/2020).( )
Agresivitas ekonomi China, bahkan menurut buku putih Departemen Pertahanan AS yang memungkinkan China meminta sejumlah negara untuk membangun pangkalan militer, termasuk Indonesia.
“AS tentunya berharap Indonesia berada di belakang AS. Permintaan AS untuk mendaratkan pesawat tempur mata-mata dapat diartikan demikian,” ucapnya.( )
Dengan kondisi ini, kata Hikmahanto, Indonesia penting untuk menjaga politik luar negeri bebas aktif baik terhadap China, AS, maupun negara manapun.
”Di sinilah pentingnya pengambil kebijakan di Indonesia untuk menjaga politik luar negeri bebas aktif baik terhadap China, AS, maupun negara manapun,” tuturnya.
Hal itu menjadi pertanyaan mengapa para pejabat AS intens berhubungan dengan para mitranya di Indonesia di masa pandemi Covid-19 ini dan mendekatnya pelaksanaan Pemilihan Presiden di AS.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana menuturkan kemungkinan besar ini terkait dengan kekhawatiran AS terhadap Indonesia yang dianggap terlalu dekat dengan China.
“Belakangan ini China sangat agresif di Laut China Selatan. Bahkan dengan kekuatan ekonominya dan penemuan vaksin telah mengembangkan pengaruh di negara-negara kawasan,” kata Hikmahanto dalam keterangan resminya, Kamis (22/10/2020).( )
Agresivitas ekonomi China, bahkan menurut buku putih Departemen Pertahanan AS yang memungkinkan China meminta sejumlah negara untuk membangun pangkalan militer, termasuk Indonesia.
“AS tentunya berharap Indonesia berada di belakang AS. Permintaan AS untuk mendaratkan pesawat tempur mata-mata dapat diartikan demikian,” ucapnya.( )
Dengan kondisi ini, kata Hikmahanto, Indonesia penting untuk menjaga politik luar negeri bebas aktif baik terhadap China, AS, maupun negara manapun.
”Di sinilah pentingnya pengambil kebijakan di Indonesia untuk menjaga politik luar negeri bebas aktif baik terhadap China, AS, maupun negara manapun,” tuturnya.
(dam)