7 Fakta di Balik Mualafnya Jenderal Kopassus Lodewijk F Paulus, Sempat Diancam Bakal Masuk Neraka
loading...
A
A
A
“Saya (kalau memeluk Islam) dikatakan akan masuk neraka,” kenangnya, menegaskan betapa berat tekanan sosial dan psikologis yang harus dihadapinya.
Baca juga: Kisah Jenderal Kopassus Lodewijk Freidrich Paulus, saat Mualaf Disebut Bakal Masuk Neraka hingga Macet Karier Militernya
Namun, bagi Lodewijk Freidrich Paulus, cinta bukanlah sekadar soal perasaan, melainkan juga komitmen untuk menata kehidupan bersama secara harmonis.
Sikap terbuka dan dialog yang intens dengan keluarga menjadi bagian dari upayanya untuk mempertemukan dua dunia yang berbeda. Meski mendapatkan banyak penolakan, ia tetap konsisten untuk melangkah sesuai keyakinan hatinya.
“Ada keluarga yang terang-terangan menolak,” aku Lodewijk. Bahkan, ancaman masuk neraka dan kekhawatiran karier militernya bakal terhambat pun diterimanya dengan lapang dada.
Tak sedikit yang memperingatkan, “Kariermu bisa mandek kalau masuk Islam,” demikian kata-kata yang didengar Lodewijk dari berbagai pihak.
Namun, seperti diungkapkannya dalam wawancara di Lampung, Lodewijk tetap teguh pada pendirian. Ia membuktikan bahwa keyakinan terhadap agama baru tak sedikitpun menghalangi langkahnya dalam berkarier.
“Kepindahan saya dari agama Kristen Protestan tidak membuat karier saya terhambat,” tegasnya. Bahkan, justru setelah menjadi Muslim, berbagai kemudahan dan nikmat ia dapatkan, mulai dari promosi jabatan hingga kelancaran dalam menjalani tugas-tugas berat di militer.
Bagi banyak orang, ibadah haji bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga puncak dari perjalanan iman seorang Muslim.
Menunaikan ibadah haji bagi Lodewijk Freidrich Paulus adalah wujud nyata dari totalitas keislamannya. Langkah ini sekaligus menegaskan bahwa keputusannya untuk menjadi mualaf bukanlah sekadar mengikuti keinginan pribadi atau tekanan eksternal, melainkan keputusan matang dan penuh kesadaran.
Baca juga: Kisah Jenderal Kopassus Lodewijk Freidrich Paulus, saat Mualaf Disebut Bakal Masuk Neraka hingga Macet Karier Militernya
3. Peran Meria Agustina dalam Hidup Lodewijk Freidrich Paulus
Tak dapat dipungkiri, kehadiran Meria Agustina sebagai sosok wanita Muslim yang dicintai menjadi salah satu faktor penentu dalam perjalanan spiritual Lodewijk. Sebelum menikah, hubungan mereka penuh lika-liku, terutama soal perbedaan keyakinan.Namun, bagi Lodewijk Freidrich Paulus, cinta bukanlah sekadar soal perasaan, melainkan juga komitmen untuk menata kehidupan bersama secara harmonis.
Sikap terbuka dan dialog yang intens dengan keluarga menjadi bagian dari upayanya untuk mempertemukan dua dunia yang berbeda. Meski mendapatkan banyak penolakan, ia tetap konsisten untuk melangkah sesuai keyakinan hatinya.
“Ada keluarga yang terang-terangan menolak,” aku Lodewijk. Bahkan, ancaman masuk neraka dan kekhawatiran karier militernya bakal terhambat pun diterimanya dengan lapang dada.
4. Ancaman Sosial dan Potensi Karier Mandek
Selain tantangan dari keluarga, Lodewijk Freidrich Paulus juga menghadapi ancaman serius yang berkaitan langsung dengan karier militernya.Tak sedikit yang memperingatkan, “Kariermu bisa mandek kalau masuk Islam,” demikian kata-kata yang didengar Lodewijk dari berbagai pihak.
Namun, seperti diungkapkannya dalam wawancara di Lampung, Lodewijk tetap teguh pada pendirian. Ia membuktikan bahwa keyakinan terhadap agama baru tak sedikitpun menghalangi langkahnya dalam berkarier.
“Kepindahan saya dari agama Kristen Protestan tidak membuat karier saya terhambat,” tegasnya. Bahkan, justru setelah menjadi Muslim, berbagai kemudahan dan nikmat ia dapatkan, mulai dari promosi jabatan hingga kelancaran dalam menjalani tugas-tugas berat di militer.
5. Menunaikan Ibadah Haji sebagai Puncak Keimanan
Komitmen Lodewijk Freidrich Paulus sebagai seorang Muslim tidak berhenti pada formalitas administratif saja. Pada tahun 2012, saat menjabat sebagai Pangdam I/Bukit Barisan, ia menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Pengalaman ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan spiritualnya.Bagi banyak orang, ibadah haji bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga puncak dari perjalanan iman seorang Muslim.
Menunaikan ibadah haji bagi Lodewijk Freidrich Paulus adalah wujud nyata dari totalitas keislamannya. Langkah ini sekaligus menegaskan bahwa keputusannya untuk menjadi mualaf bukanlah sekadar mengikuti keinginan pribadi atau tekanan eksternal, melainkan keputusan matang dan penuh kesadaran.
Lihat Juga :