Paviliun Indonesia Terus Jadi Magnet di Festival Janadriyah

Rabu, 09 Januari 2019 - 07:57 WIB
Paviliun Indonesia Terus Jadi Magnet di Festival Janadriyah
Paviliun Indonesia Terus Jadi Magnet di Festival Janadriyah
A A A
RIYADH - Jelang penutupan Festival Janadriyah di Riyadh, Arab Saudi, minat masyarakat untuk melihat kebudayaan Indonesia tidak kunjung padam. Suhu udara yang mulai menukik tidak mengurungkan antusiasme mereka.

Pengunjung baik dari dalam dan juga luar negeri terus berbondong-bondong memasuki paviliun Indonesia yang memiliki luas 2.000 meter persegi dengan konsep kemaritiman.

Sawah, Raja Ampat, air terjun hingga foto beberapa rumah tradisional sejumlah provinsi di teras pun menjadi magnet pengunjung untuk berfoto. Foto raksasa Presiden Joko Widodo pun dipasang di kiri pintu masuk dan foto Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud di sisi kanan seakan menyapa pengunjung untuk segera masuk ke dalam paviliun Indonesia.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Riyadh Achmad Ubaedillah mengatakan, meski Indonesia mendapat undangan mendadak sebagai guest of honour namun dengan ramainya pengunjung yang setiap hari datang ke paviliun sebagai tanda bahwa Indonesia sukses menyajikan keberagaman budaya Tanah Air di negeri kaya minyak itu. "Ini sangat sukses ya. Pengunjung yang datang ribuan. Bahkan kalau hari liburnya Saudi di malam Jumat dan malam Sabtu ini (acara menjadi yang dinanti)," katanya ketika ditemui di Paviliun Indonesia.

Menurut Ubaedillah, Indonesia beruntung menjadi tamu kehormatan di festival seni dan budaya tahunan yang dinamakan setelah nama desa di pinggiran utara Riyadh, sejak tahun 1405 H/1985 ini. Sebab, kata dia, Arab Saudi saat ini berada di era keterbukaan. Hal ini bisa terlihat dari antusiasme masyarakat sejak hari pertama festival dimulai untuk melihat seni dan budaya bangsa lain.

Dia melanjutkan, melalui ajang ini pula maka warga Arab Saudi pun bisa memiliki persepsi yang berbeda tentang Indonesia. Yakni Indonesia yang selama ini hanya dikenal sebagai pengirim pekerja migran namun ternyata Indonesia kaya akan keindahan seni, budaya serta memiliki destinasi wisata yang menakjubkan.

"Dengan begini saya yakin warga Arab Saudi akan melek dengan Indonesia. Tahu tentang budaya Indonesia. Dan ini merupakan diplomasi budaya yang sangat baik melalui people to people diplomacy. Ini pesan pentingnya disitu," lanjutnya.

Festival Janadriyah ke 33 dibuka pada 20 Desember lalu. Raja Salman pun datang untuk meresmikan paviliun Indonesia yang didampingi Menteri Garda Nasional Pangeran Khalid bin Abdulaziz bin Ayyaf al-Muqrin, disambut meriah dengan iringan musik kesenian rampak gendhang. Menko PMK Puan Maharani dan Mendikbud Muhadjir Effendy pun menyambut kedatangan Raja yang pada 2017 melakukan kunjungan bersejarah ke Indonesia.

Paviliun Indonesia mengusung tema Unity in Diversity for Strengthening Moderation and Global Peace. Dengan konsep kemaritiman maka saat melangkah masuk paviliun mata para pengunjung pun langsung menatap megahnya miniatur perahu pinisi. Seni pembuatan perahu pinisi juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.

Kekayaan budaya Indonesia pun menyapa para pengunjung yang selalu saja berkerumun antusias melihat bagaimana cara membatik, bermain angklung, menenun kain, serta menyaksikan seni kerajinan keramik figuratif. Pengunjung pun tak sungkan-sungkan dibuatkan sketsa wajah oleh tiga pelukis yang langsung dikirim dari Indonesia.

Pemerintah Indonesia juga tidak main-main membawa delegasi seni dan budaya. Ada Saung Angklung Udjo, Rampak Gendang Eka Robot, Sanggar Tengkah Zapin dan juga sajian tari saman dari sanggar Kecapi Leuser yang sebelumnya juga pernah menari di Europalia Art Festival 2017.

Salah satu pengisi stand Retno Wulandari dari Kebun Kita, Yogyakarta, yang menyajikan jamu terlihat kewalahan membagikan jamu gratis kepada para pengunjung. Dalam sehari pada festival yang baru dibuka pukul 16.00-23.00 ini, ada 700 cup yang dibagikan. Retno meracik minuman wedang uwuh, wedang asem dan jakencruk atau singkatan dari jahe, kencur, jeruk ke dalam cup.

Para pengunjung yang sebagian besar warga Arab tidak hanya antri menanti jamu gratis. Namun mereka juga menanyakan apa nama minuman yang mereka tenggak itu. Tidak hanya itu, daun sereh, kayu secang hingga biji manjakani tidak luput dari sasaran pertanyaan yang selalu dijawab dengan ramah oleh satu penerjemah asal Indonesia yang ditempatkan khusus di stan jamu ini.

Stan seni keramik figuratif yang dijaga langsung oleh seniman yang juga dosen di Universitas Negeri Malang Ponimin juga selalu dipenuhi pengunjung. Dia mengaku, dari Malang, Jawa Timir, dia membawa tanah lempung seberat 1,5 kuintal. Namun bahan baku membuat keramik itu keburu habis sebelum acara usai. Hal ini terjadi karena pengunjung tertarik membeli keramik yang dia buat. "Padahal keramik yang saya buat itu bukan fine art. Ini hanya just for fun. Tapi mereka warga Arab itu malah suka dan memaksa membeli," ungkapnya.

Laporan Wartawan KORAN SINDO
Neneng Zubaidah Riyadh, Arab Saudi
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3187 seconds (0.1#10.140)