1.185 Warga Mengungsi Akibat Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki
loading...
A
A
A
JAKARTA - Aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur terus mengalami peningkatan. Bahkan, pada hari ini sekitar pukul 11.49 WITA, gunung tersebut mengalami erupsi.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) per 1 Januari 2024 telah menaikkan status gunung menjadi level III atau Siaga dengan rekomendasi masyarakat dilarang melakukan aktivitas dalam radius 3 km dari pusat erupsi.
Sebagai langkah antisipasi dan penanganan dampak erupsi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Flores Timur bergerak cepat turun ke lapangan untuk monitoring, kaji cepat, mendirikan tenda pengungsi, menyerahkan logistik maupun pembagian masker dan selimut kepada masyarakat termasuk membersihkan jalan dari sebaran abu vulkanik menggunakan mobil tangki air.
Hasil kaji cepat sementara per 1 Januari 2024, sebanyak 1.185 warga Desa Boru, Kecamatan Wilanggitang, yang terdiri dari 554 laki-laki dan 611 perempuan telah mengungsi ke beberapa titik, mulai rumah kerabat, posko pengungsian termasuk tenda mandiri yang ada di kebun warga.
“Adapun di wilayah Desa Konga, ada sebanyak 328 warga yang terdiri dari 224 dewasa, 79 anak dan 25 balita mengungsi setelah terdampak erupsi,” ungkap Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Kabupaten Flores Timur, Avi Hallan, Selasa (2/1/2024).
Avi mengatakan jika ditotal, ada sebanyak 5 desa di Kecamatan Wulanggitang dan 2 desa di Kecamatan Ile Bura yang terdampak erupsi. Dua kecamatan tersebut berdekatan dengan puncak kawah. “Hujan abu vulkanik masih sering terjadi di dua wilayah kecamatan tersebut jika terjadi erupsi, tergantung arah mata angin,” katanya.
Avi mengungkapkan dengan masifnya pengungsian mandiri oleh warga, BPBD Kabupaten Flores Timur bersama tim gabungan membantu mengarahkan pengungsi untuk menempati tenda terpusat untuk memudahkan monitoring dan penangannya.
Di samping itu, Tim Tagana dari Dinas Sosial juga mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan permakanan bagi pengungsi maupun tim yang bertugas. “Kemarin tim sudah mendirikan tenda. Aparat masih berupaya mengarahkan pengungsi untuk menempati tenda pengungsi yang dibangun untuk mempermudah penanganannya,” ujarnya.
Sementara kondisi mutakhir, abu dan debu vulkanik masih terlihat jelas dan menyebar ke berbagai titik, termasuk di tenda pengungsian warga. BPBD Kabupaten Flore Timur juga terus mengimbau masyarakat agar tetap menggunakan masker jika beraktivitas di luar demi mencegah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
BPBD Kabupaten Flores juga melakukan antisipasi dan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi akibat peningkatan curah hujan tinggi di musim penghujan seperti banjir bandang, tanah longsor, banjir lahar dingin, banjir rob dan sebagainya.
“Terkait kebutuhan mendesak, BPBD Kabupaten Flores Timur melaporkan bahwa barang yang paling dibutuhkan berupa masker, tenda keluarga dan logistik serta peralatan lainnya,” ucapnya.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) per 1 Januari 2024 telah menaikkan status gunung menjadi level III atau Siaga dengan rekomendasi masyarakat dilarang melakukan aktivitas dalam radius 3 km dari pusat erupsi.
Sebagai langkah antisipasi dan penanganan dampak erupsi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Flores Timur bergerak cepat turun ke lapangan untuk monitoring, kaji cepat, mendirikan tenda pengungsi, menyerahkan logistik maupun pembagian masker dan selimut kepada masyarakat termasuk membersihkan jalan dari sebaran abu vulkanik menggunakan mobil tangki air.
Hasil kaji cepat sementara per 1 Januari 2024, sebanyak 1.185 warga Desa Boru, Kecamatan Wilanggitang, yang terdiri dari 554 laki-laki dan 611 perempuan telah mengungsi ke beberapa titik, mulai rumah kerabat, posko pengungsian termasuk tenda mandiri yang ada di kebun warga.
“Adapun di wilayah Desa Konga, ada sebanyak 328 warga yang terdiri dari 224 dewasa, 79 anak dan 25 balita mengungsi setelah terdampak erupsi,” ungkap Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Kabupaten Flores Timur, Avi Hallan, Selasa (2/1/2024).
Avi mengatakan jika ditotal, ada sebanyak 5 desa di Kecamatan Wulanggitang dan 2 desa di Kecamatan Ile Bura yang terdampak erupsi. Dua kecamatan tersebut berdekatan dengan puncak kawah. “Hujan abu vulkanik masih sering terjadi di dua wilayah kecamatan tersebut jika terjadi erupsi, tergantung arah mata angin,” katanya.
Avi mengungkapkan dengan masifnya pengungsian mandiri oleh warga, BPBD Kabupaten Flores Timur bersama tim gabungan membantu mengarahkan pengungsi untuk menempati tenda terpusat untuk memudahkan monitoring dan penangannya.
Di samping itu, Tim Tagana dari Dinas Sosial juga mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan permakanan bagi pengungsi maupun tim yang bertugas. “Kemarin tim sudah mendirikan tenda. Aparat masih berupaya mengarahkan pengungsi untuk menempati tenda pengungsi yang dibangun untuk mempermudah penanganannya,” ujarnya.
Sementara kondisi mutakhir, abu dan debu vulkanik masih terlihat jelas dan menyebar ke berbagai titik, termasuk di tenda pengungsian warga. BPBD Kabupaten Flore Timur juga terus mengimbau masyarakat agar tetap menggunakan masker jika beraktivitas di luar demi mencegah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
BPBD Kabupaten Flores juga melakukan antisipasi dan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi akibat peningkatan curah hujan tinggi di musim penghujan seperti banjir bandang, tanah longsor, banjir lahar dingin, banjir rob dan sebagainya.
“Terkait kebutuhan mendesak, BPBD Kabupaten Flores Timur melaporkan bahwa barang yang paling dibutuhkan berupa masker, tenda keluarga dan logistik serta peralatan lainnya,” ucapnya.
(cip)