Supriyanto Dharmoredjo, Sosok Penting di Balik Peraih Predikat RSUD Terbaik di Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - RSUD dr Iskak Tulungagung dinobatkan sebagai rumah sakit terbaik di dunia. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) ini menjadi satu-satunya wakil Indonesia dan berhasil meraih Gold Award dalam forum International Hospital Federation Congress and Award ke-43 di Oman, UEA.
Keberhasilan meraih predikat rumah sakit terbaik di dunia ini didapatkan berkat adanya sistem pelayanan terpadu dan modern serta manajemen baru yang berbasis jaminan kesehatan nasional. Rumah Sakit ini meraih gelar di bidang layanan publik atau Corporate Social Responsibility.
Pencapaian tersebut itu tentu tak bisa lepas dari peran Direktur RSUD dr Iskak Tulungagung, dr. Supriyanto Dharmoredjo, Sp.B, FINACS, M.Kes. Supriyanto pun meraih gelar Direktur Rumah Sakit Terbaik Dunia Tahun 2019 dari Kongres Federasi Rumah Sakit se Dunia atau International Hospital Federation (IHF) yang berpusat di Basle, Swiss.
"Mendapatkan penghargaan sebagai manager rumah sakit terbaik sedunia tentu saja saya senang dan bangga karena bukan hanya sekadar mengharumkan nama institusi dan Kabupaten Tulungagung, tetapi juga negara Indonesia," tulis Supriyanto Dharmoredjo dalam testimoninya dikutip Kamis (2/11/2023).
RSUD dr Ishak Tulungagung menyisihkan ratusan rumah sakit dari 78 negara yang dinilai IHF. Rumah sakit ini mampu menggeser rumah sakit di negara negara maju seperti di Amerika, Eropa, dan lain-lain untuk kategori corporate social responsibility.
Dia mencontohkan seperti Dubai Health Authority dari Dubai yang memperoleh Silver Award. Lalu, Aster DM Healthcare juga dari Dubai Uni Emirat Arab, Auna dari Peru, KPJ Pasir Gudang Specialist Hospital dari Malaysia, dan Manila Doctors Hospital dari Pilipina.
“Kategori corporate social responsibility ini adalah penghargaan tertinggi. Karena menguji kemampuan rumah sakit dalam merespons keluhan kesehatan masyarakat tanpa melihat status eknominya. Semua orang datang ke rumah sakit, ingin mendapatkan kepastian untuk dilayani, untuk diobati penyakitnya," terangnya.
Karenanya, IHF sangat kagum dengan inovasi yang digagas Mas Pri—begitu akrab dipanggil—dengan layanan publik rumah sakit berkonsep "The New Concept Hospital Management combined with PSC". Inovasi PSC atau Public Safety Center ini mampu mengkombinasikan antara inovasi dengan kebutuhan layanan kesehatan masyarakat.
Mas Pri menjelaskan bahwa tanggung jawab dan kepekaan sosial sebuah rumah sakit itu, tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang datang dan berobat di rumah sakit. Namun, masyarakt di luar rumah sakit juga harus mendapatkan pertolongan ketika terjadi ancaman keselamatan.
Konsep itu, lanjut Mas Pri, memiliki karakter “Low Cost High Quality and Social Responbility”. Berbiaya murah tapi layannya bermutu tinggi dan dibekali SDM-nya dengan rasa penuh tanggung jawab sosial.
“Inilah yang dinamakan Hospital Without Wall, rumah sakit tanpa dinding. Jika ada orang sakit di jalanan, jika ada orang terancam jiwanya di luar rumah sakit, maka rumah sakit punya tanggung jawab untuk menolongnya. Bukan menunggu mereka diantar di rumah sakit baru ditangani. Itu dasar pemikirannya,” ungkap dokter spesialis bedah ini.
Bagaimana aktualisasinya? Kata Mas Pri, rumah sakitnya menciptakan Emergency Button PSC 119 yang terhubung dengan Global Positioning system ( GPS ) menggunakan teknologi gadget Android.
“Jika terjadi kecelakaan, warga langsung tekan aplikasi Emergency Button PSC Tulungagung. Operator langsung mengetahui posisi terjadinya kecelakaan. Operator, langsung menelpon balik untuk memastikan pertolongan apa yang dibutuhkan," tegas Mas Pri.
"Jika tenaga medis, maka bila lokasinya masih jauh dari rumah sakit, kita bisa kontak provider terdekat seperti puskesmas, klinik atau rumah sakit yang dekat dengan area kecelakaan untuk memberikan pertolongan,” sambungnya.
Pertolongan via online itu tidak hanya dalam kodisi gawat darurat, tapi masyarkat bisa melaporkan jika menemui warga yang sakit dan butuh penanganan. Tenaga PSC ini puluhan orang, dan semuanya tenaga medis. Termasuk tenaga komunikatornya ataupun operatornya berterampilan khusus.
"Mereka kami sekolahkan di Malaysia. Kenapa mereka harus dari tenaga khusus, bukan sekedar operator. Sebab terkait dengan penanganan keselamatan ketika orang menghubungi PSC 119 harus mampu menjelaskan cara penanganan korban, sampai tindakan medisnya secara online,” paparnya.
Dengan terobosan itu, Mas Pri menyampaikan semua kelompok masyarakat dapat mengakses layanan kesehatan, justru di rumah sakitnya 85 persen pasiennya tercover BPJS, bahkan warga miskin yang tanpa kartu sehat tetap wajib dilayani.
Tidak ada diskriminasi dalam pemberian layanan kesehatan, meski demikian rumah sakit milik Pemkab Tulungagung ini tahun 2019 mampu meraih Indeks Kepuasan tahun 2019 sebesar 84,45 dari 21 unsur layanan yang dimiliki. Malah rumah sakit ini mampu mandiri dan tidak bergantung pembiayaan dan suntikan dana pemerintah daerah dan pusat, dimana dibuktikan tahun 2018 cost recovery ratenya mencapai 87 persen.
“Tenaga SDM kita hanya sekitar 20 persen yang berstatus PNS, sisanya 80 persen para profesional dan tenaga swasta, dan itu dibiayai mandiri oleh rumah sakit. Mereka didoktrin untuk memberikan kinerja dan pengabdianya sesuai dengan konsep serta karakter rumah sakit, yakni visinya Terwujudnya rumah sakit rujukan dan pendidikan yang handal dan terjangkau dalam pelayanan," Jelas Mas Pri.
Misinya meningkatkan mutu dan akses pelayanan kesehatan, Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian yang bermutu dibidang kesehatan dan kedokteran, serta Mewujudkan manajemen rumah sakit yang akuntabel," tambah dokter yang aktif di ISNU (Ikatan Sarjana Nahldatul Ulama).
Mas Pri mengungkapkan, bahwa sejak tahun 2016, Kementerian Kesehatan juga menunjuk RS dr Iskak Tulungagung menjadi rumah sakit pendidikan. Artinya menjadi rujukan rumah sakit lain sebagai sentral edukasi, utamanya dalam emergency medical.
“Rumah sakit rumah sakit besar juga kalangan perguruan tinggi dari berbagai kota studi banding disini, kita sangat antusias untuk memberikan ilmu dan pengalaman kepada rumah sakit lain. Jika difull kloning, optimis akan banyak rumah sakit yang membantu Indonesia lebih baik,” ujar pria kelahiran Tulungagung 31 Januari 1964, itu.
Dedikasi Mas Pri di dunia kesehatan di Tulungagung tidak diragukan lagi. Begitu lulus FK Unibraw mengaku sempat bekerja di perusahaan migas. Namun nuraninya untuk menolong masyarakat tak mampu dibendung.
Ia pun keluar. Beberapa tahun bertugas di pelosok Jambi menjadi dokter. Keuletannya menjadi terpilih sebagai dokter teladan Puskesmas tingkat nasional. Pemerintah memberi hadiah untuk memilih ingin ditugaskan di mana. Mas Pri memilih ingin mengabdi di tanah kelahirannya; Tulungagung.
“Dari Tulungagung kita akan bantu Indonesia untuk memiliki National Public Safety Center, juga rumah sakit yang mengedepankan social responsibility, tidak boleh ada diskriminasi dalam layanan kesehatan kepada siapapun,” tandas dr Supriyanto Dharmorejo SpB-FINACS, MKes, Direktur RSUD dr Iskak Tulungagung.
Keberhasilan meraih predikat rumah sakit terbaik di dunia ini didapatkan berkat adanya sistem pelayanan terpadu dan modern serta manajemen baru yang berbasis jaminan kesehatan nasional. Rumah Sakit ini meraih gelar di bidang layanan publik atau Corporate Social Responsibility.
Pencapaian tersebut itu tentu tak bisa lepas dari peran Direktur RSUD dr Iskak Tulungagung, dr. Supriyanto Dharmoredjo, Sp.B, FINACS, M.Kes. Supriyanto pun meraih gelar Direktur Rumah Sakit Terbaik Dunia Tahun 2019 dari Kongres Federasi Rumah Sakit se Dunia atau International Hospital Federation (IHF) yang berpusat di Basle, Swiss.
"Mendapatkan penghargaan sebagai manager rumah sakit terbaik sedunia tentu saja saya senang dan bangga karena bukan hanya sekadar mengharumkan nama institusi dan Kabupaten Tulungagung, tetapi juga negara Indonesia," tulis Supriyanto Dharmoredjo dalam testimoninya dikutip Kamis (2/11/2023).
RSUD dr Ishak Tulungagung menyisihkan ratusan rumah sakit dari 78 negara yang dinilai IHF. Rumah sakit ini mampu menggeser rumah sakit di negara negara maju seperti di Amerika, Eropa, dan lain-lain untuk kategori corporate social responsibility.
Dia mencontohkan seperti Dubai Health Authority dari Dubai yang memperoleh Silver Award. Lalu, Aster DM Healthcare juga dari Dubai Uni Emirat Arab, Auna dari Peru, KPJ Pasir Gudang Specialist Hospital dari Malaysia, dan Manila Doctors Hospital dari Pilipina.
“Kategori corporate social responsibility ini adalah penghargaan tertinggi. Karena menguji kemampuan rumah sakit dalam merespons keluhan kesehatan masyarakat tanpa melihat status eknominya. Semua orang datang ke rumah sakit, ingin mendapatkan kepastian untuk dilayani, untuk diobati penyakitnya," terangnya.
Karenanya, IHF sangat kagum dengan inovasi yang digagas Mas Pri—begitu akrab dipanggil—dengan layanan publik rumah sakit berkonsep "The New Concept Hospital Management combined with PSC". Inovasi PSC atau Public Safety Center ini mampu mengkombinasikan antara inovasi dengan kebutuhan layanan kesehatan masyarakat.
Mas Pri menjelaskan bahwa tanggung jawab dan kepekaan sosial sebuah rumah sakit itu, tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang datang dan berobat di rumah sakit. Namun, masyarakt di luar rumah sakit juga harus mendapatkan pertolongan ketika terjadi ancaman keselamatan.
Konsep itu, lanjut Mas Pri, memiliki karakter “Low Cost High Quality and Social Responbility”. Berbiaya murah tapi layannya bermutu tinggi dan dibekali SDM-nya dengan rasa penuh tanggung jawab sosial.
“Inilah yang dinamakan Hospital Without Wall, rumah sakit tanpa dinding. Jika ada orang sakit di jalanan, jika ada orang terancam jiwanya di luar rumah sakit, maka rumah sakit punya tanggung jawab untuk menolongnya. Bukan menunggu mereka diantar di rumah sakit baru ditangani. Itu dasar pemikirannya,” ungkap dokter spesialis bedah ini.
Bagaimana aktualisasinya? Kata Mas Pri, rumah sakitnya menciptakan Emergency Button PSC 119 yang terhubung dengan Global Positioning system ( GPS ) menggunakan teknologi gadget Android.
“Jika terjadi kecelakaan, warga langsung tekan aplikasi Emergency Button PSC Tulungagung. Operator langsung mengetahui posisi terjadinya kecelakaan. Operator, langsung menelpon balik untuk memastikan pertolongan apa yang dibutuhkan," tegas Mas Pri.
"Jika tenaga medis, maka bila lokasinya masih jauh dari rumah sakit, kita bisa kontak provider terdekat seperti puskesmas, klinik atau rumah sakit yang dekat dengan area kecelakaan untuk memberikan pertolongan,” sambungnya.
Pertolongan via online itu tidak hanya dalam kodisi gawat darurat, tapi masyarkat bisa melaporkan jika menemui warga yang sakit dan butuh penanganan. Tenaga PSC ini puluhan orang, dan semuanya tenaga medis. Termasuk tenaga komunikatornya ataupun operatornya berterampilan khusus.
"Mereka kami sekolahkan di Malaysia. Kenapa mereka harus dari tenaga khusus, bukan sekedar operator. Sebab terkait dengan penanganan keselamatan ketika orang menghubungi PSC 119 harus mampu menjelaskan cara penanganan korban, sampai tindakan medisnya secara online,” paparnya.
Dengan terobosan itu, Mas Pri menyampaikan semua kelompok masyarakat dapat mengakses layanan kesehatan, justru di rumah sakitnya 85 persen pasiennya tercover BPJS, bahkan warga miskin yang tanpa kartu sehat tetap wajib dilayani.
Tidak ada diskriminasi dalam pemberian layanan kesehatan, meski demikian rumah sakit milik Pemkab Tulungagung ini tahun 2019 mampu meraih Indeks Kepuasan tahun 2019 sebesar 84,45 dari 21 unsur layanan yang dimiliki. Malah rumah sakit ini mampu mandiri dan tidak bergantung pembiayaan dan suntikan dana pemerintah daerah dan pusat, dimana dibuktikan tahun 2018 cost recovery ratenya mencapai 87 persen.
“Tenaga SDM kita hanya sekitar 20 persen yang berstatus PNS, sisanya 80 persen para profesional dan tenaga swasta, dan itu dibiayai mandiri oleh rumah sakit. Mereka didoktrin untuk memberikan kinerja dan pengabdianya sesuai dengan konsep serta karakter rumah sakit, yakni visinya Terwujudnya rumah sakit rujukan dan pendidikan yang handal dan terjangkau dalam pelayanan," Jelas Mas Pri.
Misinya meningkatkan mutu dan akses pelayanan kesehatan, Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian yang bermutu dibidang kesehatan dan kedokteran, serta Mewujudkan manajemen rumah sakit yang akuntabel," tambah dokter yang aktif di ISNU (Ikatan Sarjana Nahldatul Ulama).
Mas Pri mengungkapkan, bahwa sejak tahun 2016, Kementerian Kesehatan juga menunjuk RS dr Iskak Tulungagung menjadi rumah sakit pendidikan. Artinya menjadi rujukan rumah sakit lain sebagai sentral edukasi, utamanya dalam emergency medical.
“Rumah sakit rumah sakit besar juga kalangan perguruan tinggi dari berbagai kota studi banding disini, kita sangat antusias untuk memberikan ilmu dan pengalaman kepada rumah sakit lain. Jika difull kloning, optimis akan banyak rumah sakit yang membantu Indonesia lebih baik,” ujar pria kelahiran Tulungagung 31 Januari 1964, itu.
Dedikasi Mas Pri di dunia kesehatan di Tulungagung tidak diragukan lagi. Begitu lulus FK Unibraw mengaku sempat bekerja di perusahaan migas. Namun nuraninya untuk menolong masyarakat tak mampu dibendung.
Ia pun keluar. Beberapa tahun bertugas di pelosok Jambi menjadi dokter. Keuletannya menjadi terpilih sebagai dokter teladan Puskesmas tingkat nasional. Pemerintah memberi hadiah untuk memilih ingin ditugaskan di mana. Mas Pri memilih ingin mengabdi di tanah kelahirannya; Tulungagung.
“Dari Tulungagung kita akan bantu Indonesia untuk memiliki National Public Safety Center, juga rumah sakit yang mengedepankan social responsibility, tidak boleh ada diskriminasi dalam layanan kesehatan kepada siapapun,” tandas dr Supriyanto Dharmorejo SpB-FINACS, MKes, Direktur RSUD dr Iskak Tulungagung.
(thm)