Forum ASEAN IIDC, Gus Yahya Ajak Ciptakan Hidup Harmonis

Senin, 10 Juli 2023 - 15:54 WIB
loading...
Forum ASEAN IIDC, Gus...
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf pembicara kunci di forum sosialisasi ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (ASEAN IIDC), Senin (10/7/2023) di Palembang, Sumsel. Foto/Istimewa
A A A
PALEMBANG - Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa harmoni adalah tujuan hidup semua umat manusia dan wajib diperjuangkan. Tindakan yang menyebabkan konflik akan dikutuk oleh semua karena mengganggu harmoni.

Penegasan Gus Yahya, sapaan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhaltul Ulama (PBNU) 2022-2027 ini, disampaikan saat menjadi pembicara kunci di forum sosialisasi ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (ASEAN IIDC), Senin (10/7/2023) di Palembang.

Pidato Gus Yahya sekaligus menjadi sambutan pembuka agenda yang akan menjadi side event KTT ASEAN pada awal September 2023.

Gus Yahya memaparkan panjang lebar mengenai kondisi masyarakat dunia yang dari masa ke masa selalu terjadi konflik. Terlebih, kata Jubir Presiden KH Abdurrahman Wahid ini, pada era globalisasi seperti sekarang ini yang sudah tidak ada lagi sekat, sehingga semua orang dari latar belakang apa pun bercampur menjadi satu.



Menurut Gus Yahya, semua orang memiliki tanggung jawab untuk mengupayakan kehidupan yang harmonis di masa depan untuk menghindari konflik berkepanjangan. Jika tidak, konflik di dunia ini akan terus terjadi dan menghancurkan kemanusiaan.

"Menjadi tanggung jawab setiap manusia untuk memikirkan cara supaya masyarakat manusia di atas bumi yang kecil ini, di masa depan sungguh-sungguh mampu untuk mengembangkan kehidupan yang harmonis di antara perbedaan-perbedaan yang mereka miliki itu. Karena apabila tidak, maka tidak ada arah lain dari konflik antarperbedaan itu yang kemungkinan terus terjadi di antara manusia selain kehancuran bersama,” tuturnya.

Lebih lanjut, Gus Yahya mengungkapkan sebuah ajaran dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang hingga kini menjadi dasar untuk bergerak membangun peradaban dunia yang lebih baik di masa depan. Gus Yahya mengutip kalimat nasihat Gus Dur yakni tidak ada cara yang lebih baik untuk membantu Islam selain dengan menolong kemanusiaan seluruhnya.

"Karena kalau hanya berpikir tentang Islam saja, dengan mengabaikan yang lain, apalagi dengan menganggap yang lain sebagai rintangan, maka Islam bukannya akan mencapai kemaslahatan tetapi justru akan terbentur kepada konflik-konflik yang tidak berujung dan tidak akan memenangkan apa-apa, selain hancur bersama-sama yang lain," tegasnya.

Gus Yahya menyebut globalisasi sebagai era yang menjadikan dunia mengarah pada satu wujud kampung raksasa. Di dalamnya, tidak ada satu pun orang atau kelompok yang bisa mengasingkan diri dari orang lain.

Semua orang, lanjutnya, terpaksa harus bersinggungan dengan siapa pun yang tinggal bersama-sama di atas bumi ini. Tidak lagi mungkin satu peradaban tumbuh sendiri dan terpisah dari peradaban yang lain.

"Dunia masyarakat global ini akan terus mengarah pada terwujudnya satu peradaban tunggal yang saling bercampur satu sama lain."

Di dalam keadaan seperti itu, ia menegaskan bahwa isu tentang perbedaan menjadi semakin krusial. Zaman dulu, orang bisa mudah memelihara cirinya sendiri walaupun berbeda dari yang lain, tanpa saling mengganggu. Hal itu karena ada ruang-ruang yang memungkinkan setiap kelompok hidup dan tumbuh sendiri terpisah dari yang lain.

Gus Yahya mencontohkan bahwa pada masa lalu "wong kito" di Palembang tak perlu harus berurusan dengan "reng medureh" atau orang Madura. Tetapi di masa sekarang hal itu dimungkinkan karena Ketua PWNU Sumatra Selatan KH Amiruddin Nahrawi adalah orang asli Madura.

Contoh lain, ada Rishi Sunak sebagai seorang berdarah India yang menjadi Perdana Menteri di Inggris. Ada juga Sadiq Aman Khan, Wali Kota London beragama Islam yang orang tuanya berasal dari Pakistan.

Menurut Gus Yahya, fenomena tersebut tak pernah terbayangkan sebelumnya. Tetapi saat ini, di era globalisasi yang menghendaki semua orang bercampur satu sama lain, semua hal yang tak terbayangkan sebelumnya, bisa terjadi.

"Karena dunia ini cenderung mengarah kepada satu kampung yang besar dalam satu peradaban tunggal yang saling bercampur. Dalam keadaan demikian, sekali lagi, isu-isu tentang perbedaan ini krusial sekali," ujar Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

Semula, orang bisa merasa nyaman memelihara cirinya sendiri-sendiri tanpa terganggu oleh orang lain karena bisa memisahkan diri dari yang lain. Tetapi sekarang, orang yang berlatar belakang saling berbeda terpaksa harus bertemu dan harus terlibat dalam urusan bersama atau dalam keadaan saling berbeda.

"Nah, maka jelas bahwa peradaban yang kita hidupi bersama ini membutuhkan unsur-unsur yang dapat memelihara harmoni di antara kita semua, di tengah-tengah perbedaan yang kita miliki ini," tegasnya.

Secara singkat, Gus Yahya menyinggung latar belakang lahirnya Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai sebuah konsensus untuk hidup berdampingan secara damai bagi warga masyarakat dunia.

Pada masa lalu, lanjut Gus Yahya, setiap orang atau kelompok yang memiliki aspirasi sosial-politik tertentu akan lebih memilih berperang apabila bertemu dengan kelompok lain yang berbeda aspirasi.

Lalu ketika era globalisasi mulai berkembang, terbentuklah aliansi-aliansi di antara satu kelompok kepentingan politik dengan kelompok kepentingan politik yang lain. Mereka membangun persekutuan militer, kemudian saling berbenturan di antara konsolidasi kekuatan militer besar secara internasional melawan kekuatan militer besar yang lain.

"Itulah yang kita alami belum sampai satu abad lalu dengan Perang Dunia II yang sebelumnya juga sudah terjadi dalam Perang Dunia I dan menimbulkan kerusakan-kerusakan luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Gus Yahya.

Setelah Perang Dunia II, muncul kesadaran di kalangan masyarakat internasional untuk menginisiasi satu tatanan baru yang bisa memaksa semua orang untuk mengembangkan kemampuan hidup berdampingan secara damai.

"Maka lahirlah Piagam PBB yang kemudian disusul dengan operasionalisasi PBB sebagai organisasi pada 1945. Kita tahu dalam sejarah bahwa ini bukan hal yang mudah."

Sesudah konsensus internasional itu lahir, dunia ini tidak serta-merta menjadi damai tanpa ada konflik. Gus Yahya mengatakan bahwa sampai hari ini konflik di antara aspirasi politik dan ekonomi yang berbeda-beda masih saja berlangsung dan muncul.

"Kalau konflik-konflik yang ada ini kita biarkan dan potensi-potensi konflik kita perbolehkan untuk berkembang menjadi konflik-konflik yang aktual, (maka) tidak ada masa depan bagi dunia ini selain kehancuran bersama. Tidak akan ada pemenang, yang ada adalah semua kalah," tegas Gus Yahya.

Sebagai informasi, Sosialisasi R20 Menuju ASEAN IIDC 2023 di Palembang ini dihadiri sejumlah tokoh. Di antaranya Dirjen Bimas Islam Kemenag RI H Kamaruddin Amin, Rektor UIN Raden Fatah Palembang Nyayu Khodijah, Dirjen Kerja Sama ASEAN Kemenlu RI Sidharto R Suryodipuro, dan Staf Ahli Hubungan Antarlembaga Kemenlu RI Habib Muhsin Syihab.

Rencananya, ASEAN IIDC akan diselenggarakan pada September 2023 sebagai bagian dari penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Kegiatan yang akan membahas tentang peradaban masyarakat di kawasan Indo-Pasifik itu akan digelar setelah KTT ASEAN.

Gelaran ASEAN IIDC 2023 ini telah mendapat persetujuan dan dukungan dari Presiden RI Joko Widodo. Di forum ini, PBNU akan mengundang para tokoh lintas agama di kawasan ASEAN.
(zik)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Selamat Jalan KH A Chozin...
Selamat Jalan KH A Chozin Chumaidy, Pejuang Demokrasi dan Kesejahteraan Umat
KH Ali Masykur Musa...
KH Ali Masykur Musa Umumkan Keabsahan JATMAN 2024-2029 usai Temui Menkum Supratman
Ketua Umum PBNU: Paus...
Ketua Umum PBNU: Paus Fransiskus Pengasuh dan Pembela Kemanusiaan
PBNU Ajak Nahdliyin...
PBNU Ajak Nahdliyin Tak Terprovokasi Polemik Fuad Plered
Polemik Fuad Plered...
Polemik Fuad Plered dan Habaib, Ketua PBNU Minta Semua Pihak Menahan Diri
Sinergi PBNU-Polri Wujudkan...
Sinergi PBNU-Polri Wujudkan Mudik Aman dan Nyaman bagi Warga NU
NU Care-Lazisnu PBNU...
NU Care-Lazisnu PBNU Perkuat Pendidikan Inklusif lewat Pelatihan Guru Al-Qur'an Bahasa Isyarat
PBNU Mohon Doa untuk...
PBNU Mohon Doa untuk Kesembuhan KH Said Aqil Siroj
Gencarkan Syiar, PBNU...
Gencarkan Syiar, PBNU Kirim Dai ke 8 Negara dan Pelosok Indonesia
Rekomendasi
Integrasikan Budaya...
Integrasikan Budaya HSSE dalam Operasional Bisnis, GDPS Raih 3 Penghargaan
Trump Hadapi Upaya Pemakzulan...
Trump Hadapi Upaya Pemakzulan Ketiga
Gdas Bali: Surga Wellness...
Gdas Bali: Surga Wellness Eksklusif di Tengah Ubud
Berita Terkini
Tolak PHK Massal dan...
Tolak PHK Massal dan Gelar Pahlawan bagi Soeharto, Musisi Indie Ramaikan Aksi Hari Buruh di Jakarta
1 jam yang lalu
Pidato Mendagri di Qatar...
Pidato Mendagri di Qatar Soroti Peran Non State Actors dalam Stabilitas Keamanan Global
2 jam yang lalu
Nestapa Pekerja Indonesia,...
Nestapa Pekerja Indonesia, Saksikan di One On One Bersama Immanuel Ebenezer Besok Malam
3 jam yang lalu
Peringati Hari Buruh,...
Peringati Hari Buruh, Sarbumusi Soroti Meningkatnya PHK dan Pengangguran
3 jam yang lalu
Jelang Waisak, Ratusan...
Jelang Waisak, Ratusan Umat Buddha Ikuti Upacara Wisudhi Trisarana
5 jam yang lalu
May Day Depan DPR, Sing...
May Day Depan DPR, Sing Along Massa Bareng The Jansen Disambut Water Cannon Polisi
5 jam yang lalu
Infografis
9 Negara Asia Lolos...
9 Negara Asia Lolos Piala Dunia U-17 2025, Indonesia Wakil ASEAN
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved