Waspada, Potensi Hujan pada Pertengahan Juni 2023 di Sejumlah Wilayah Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan potensi hujan harus tetap diwaspadai pada pertengahan Juni 2023 di sejumlah wilayah Indonesia. Kendati, saat ini sebagian wilayah sudah memasuki musim kemarau.
“Kita sekarang ada di dasarian II, dasarian II ini ada adalah 10 hari yang kedua (pertengahan Juni). Jadi kalau kita bicara prakiraan cuaca umum itu biasanya dalam satu bulan itu dibagi atas tiga dasarian dasarian, di dasarian kedua ini potensi hujan sebenarnya tidak terlalu signifikan,” ujar Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dikutip dari YouTube BNPB, Selasa (13/6/2023).
Aam sapaan akrab Abdul Muhari mengatakan sejumlah wilayah yang tetap perlu waspada potensi hujan di antaranya di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Papua Barat.
“Tetapi ada potensi-potensi menengah yang tetap diwaspadai oleh pemerintah daerah misalkan di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan bagian timur, di Maluku, dan Papua Barat di bagian tengah selatan Papua,” jelas Aam.
“Ini masih menjadi perhatian untuk waspada banjir, sedangkan di tempat-tempat yang lain kita sudah harus berpikir tentang antisipasi kekeringan dan Karhutla,” sambungnya.
Meskipun, kata Aam, potensi hujan yang terjadi di pertengahan Juni ini tidak akan terlalu terdampak pada potensi bencana hidrometeorologi basah. “Kalau hidrometeorologi basah rasanya tidak akan terlalu dominan karena kita sudah mulai masuk musim kering.”
Lebih lanjut, Aam mengatakan kini wilayah Indonesia telah memasuki periode musim kering setelah periode basah atau penghujan yang panjang sejak April 2020 hingga Januari 2023. Sehingga, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi perhatian bagi pemerintah daerah.
“Nah sekarang kita sudah mulai meninggalkan periode basahnya, kita mulai masuk kering yang memang pada saat April, Mei ini belum sampai pada tahap ini karena prediksinya memang itu di bulan Agustus, ini yang menjadi konsen kita karena pertama kalau kita musim kering tentu musuh pertamanya itu yang pasti karhutla,” kata Aam.
“Jadi sebenarnya memang kita harus mengeluarkan upaya semaksimal mungkin karena kerugian yang bisa ditimbulkan oleh bencana alam pada fase-fase kering ini juga sangat luar biasa mungkin bukan korban jiwa seperti gempa yang memakan korban banyak tetapi untuk kerugian ekonomi itu sangat sangat luar biasa,” tandasnya.
“Kita sekarang ada di dasarian II, dasarian II ini ada adalah 10 hari yang kedua (pertengahan Juni). Jadi kalau kita bicara prakiraan cuaca umum itu biasanya dalam satu bulan itu dibagi atas tiga dasarian dasarian, di dasarian kedua ini potensi hujan sebenarnya tidak terlalu signifikan,” ujar Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dikutip dari YouTube BNPB, Selasa (13/6/2023).
Aam sapaan akrab Abdul Muhari mengatakan sejumlah wilayah yang tetap perlu waspada potensi hujan di antaranya di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Papua Barat.
“Tetapi ada potensi-potensi menengah yang tetap diwaspadai oleh pemerintah daerah misalkan di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan bagian timur, di Maluku, dan Papua Barat di bagian tengah selatan Papua,” jelas Aam.
“Ini masih menjadi perhatian untuk waspada banjir, sedangkan di tempat-tempat yang lain kita sudah harus berpikir tentang antisipasi kekeringan dan Karhutla,” sambungnya.
Meskipun, kata Aam, potensi hujan yang terjadi di pertengahan Juni ini tidak akan terlalu terdampak pada potensi bencana hidrometeorologi basah. “Kalau hidrometeorologi basah rasanya tidak akan terlalu dominan karena kita sudah mulai masuk musim kering.”
Lebih lanjut, Aam mengatakan kini wilayah Indonesia telah memasuki periode musim kering setelah periode basah atau penghujan yang panjang sejak April 2020 hingga Januari 2023. Sehingga, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi perhatian bagi pemerintah daerah.
“Nah sekarang kita sudah mulai meninggalkan periode basahnya, kita mulai masuk kering yang memang pada saat April, Mei ini belum sampai pada tahap ini karena prediksinya memang itu di bulan Agustus, ini yang menjadi konsen kita karena pertama kalau kita musim kering tentu musuh pertamanya itu yang pasti karhutla,” kata Aam.
“Jadi sebenarnya memang kita harus mengeluarkan upaya semaksimal mungkin karena kerugian yang bisa ditimbulkan oleh bencana alam pada fase-fase kering ini juga sangat luar biasa mungkin bukan korban jiwa seperti gempa yang memakan korban banyak tetapi untuk kerugian ekonomi itu sangat sangat luar biasa,” tandasnya.
(kri)