Dua Hari Tak Makan dan Cuma Minum Air Hujan, Prajurit Kopassus Berhasil Bebaskan 347 Sandera

Selasa, 16 Mei 2023 - 06:30 WIB
loading...
Dua Hari Tak Makan dan Cuma Minum Air Hujan, Prajurit Kopassus Berhasil Bebaskan 347 Sandera
Aksi heroik Kopassus saat membebaskan ratusan sandera di Distrik Tembagapura Papua. Foto: Kodam III/Siliwangi
A A A
JAKARTA - Aksi heroik prajurit Komando Pasukan Khusus ( Kopassus ) tidak pernah habis untuk diulas. Pasukan yang memiliki ciri khas Baret Merah dengan semboyan “Lebih Baik Pulang Nama daripada Gagal Dalam Tugas” ini selalu menorehkan tinta emas di setiap medan operasi.

Salah satunya adalah keberhasilan mereka dalam operasi pembebasan ratusan sandera di Tembagapura, Papua, belum lama ini. Peristiwa penyanderaan tersebut dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 17 November 2017.

Kala itu, Kelompok Kriminal Besenjata (KKB) di bawah pimpinan Tenny Kwalik dan Ayub Waker menyerbu permukiman warga yang berada di tiga kampung yakni, Kampung Kimbeli, Kampung Banti dan Kampung Longsoran. Mereka kemudian menggiring para sandera baik masyarakat pendatang maupun warga lokal ke lapangan yang berada di Kampung Utikini, Kabupaten Mimika.



Selama lebih dari dua minggu, kelompok bersenjata yang tergabung dalam Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN OPM) ini menyandera warga. Mereka tidak mengizinkan masyarakat untuk beraktivitas keluar kampung dan membeli makanan. Akibatnya, tidak sedikit dari sandera yang terpaksa memakan daun-daunan untuk bertahan hidup.

Dua Hari Tak Makan dan Cuma Minum Air Hujan, Prajurit Kopassus Berhasil Bebaskan 347 Sandera


Menyikapi situasi tersebut, pemerintah melalui Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar dan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit terus berupaya melakukan pendekatan persuasif. Namun sayangnya, upaya tersebut tidak pernah mendapat respons dari TPN OPM.

Baca Juga: 5 Perwira Menolak Naik Pangkat, Panglima TNI Terharu

Mengingat situasi yang semakin pelik, lantaran banyak di antara para sandera merupakan ibu dan anak-anak maka pemerintah akhirnya memutuskan untuk menggelar operasi militer dengan membentuk Tim Maleo. Tim ini terdiri dari 13 prajurit-prajurit pilihan Korps Baret Merah yang memiliki kemampuan khusus.

Mereka adalah, Sertu Ricci Broury Papua Jaya, Lettu Inf. Syukma Putra Aditya, Lettu Inf. Agung Damar, Sertu Faisal Tanjung, Praka Fitra Musa, Praka Salim, Praka Widiantoro. Termasuk Serka Rinaldo Oscar, Praka Eko Yudhi Afriansyah, Praka Syadam Hosen, Praka Iqbal, Praka Densi, Praka Sholeh.

Dikutip dari buku berjudul “Tim Maleo: Operasi Pembebasan Sandera Tembagapura 17 November 2017” yang ditulis Dansat 81 Kopassus Letkol Charles Aling, Tim Maleo Kopassus yang diback up tim 751/raider mendapat tugas strategis yaitu menguasai Kampung Kimbeli dan Banti 2 tempat di mana masyarakat disandera.

Sedangkan, Taipur/Kostrad ditugaskan menguasai Kampung Banti 1. Sementara Tim 754/ENK Brimob dan 1 Tim Taipur/Kostrad menguasai Kampung Utikini, Kampung Kalimbuah hingga Kampung Longsoran. Tepat pada 13 November 2017 infiltrasi dilakukan oleh Tim Maleo Kopassus.

“Kalian adalah satuan Kopassus. Ingat tugas operasi adalah kehormatan. Lebih baik pulang nama daripada gagal di medan tugas. Intinya tugas harus berhasil jangan sampai ada korban masyarakat,” kata Dansatgasban Intel-15 Kolonel Inf. Agung Winatha dikutip SINDOnews (16/5/2023).

Dua Hari Tak Makan dan Cuma Minum Air Hujan, Prajurit Kopassus Berhasil Bebaskan 347 Sandera


Dengan senyap para prajurit pilihan tersebut mulai menyisir hutan belantara di Bumi Papua. Medan yang sulit karena berlumut dengan jurang di sisi kanan kirinya tak menyurutkan para prajurit terbaik tersebut untuk menyerah.

Setelah melalui perjalanan panjang yang menyulitkan dan penuh tantangan, para prajurit Kopassus akhirnya tiba di titik yang dituju pada 15 November sesuai dengan rencana. Namun, rencana penyerbuan gagal lantaran ada sejumlah tim yang belum tiba di lokasi sasaran.

Minum Air Sungai dan Hujan untuk Bertahan Hidup

Di tengah guyuran hujan deras dan cuaca yang sangat dingin, para prajurit Kopassus harus menunggu waktu untuk membebaskan sandera. Kondisi yang dialami para prajurit semakin parah karena kelaparan. Hal itu lantaran bekal makanan yang dibawa habis dalam perjalanan.

Meski begitu mereka tidak menyerah dan memilih untuk meminum air hujan dan air sungai untuk bertahan hidup. ”Malam itu lengkaplah ujian kami perbekalan habis dan diguyur hujan deras. Tapi kami tetap waspada. Kami saling menjaga agar tidak lengah karena stamina kami turun,” ujar Komandan Tim Pembebasan Sandera (Dantim Basra) Tembagapura Lettu Inf. Syukma Putra Aditya.

Dengan senyap mereka terus memantau pergerakan para penyandera. Hingga waktunya tiba, tepat pada hari H dan jam J, dimulai dentuman mortar 81 para prajurit mulai melakukan penyeranganan ke Kampung Kimberli untuk membebaskan sandera.

Mendapat serangan mendadak, TPN OPM yang tidak mengira bakal diserang langsung berhamburan menyelamatkan diri. Mereka tidak menyangka jika TNI akan membelah gunung untuk mencapai sasaran dan tidak menggunakan jalan setapak yang biasa digunakan masyarakat. Baku tembak antara Kopassus dan OPM tidak terelakkan selama 30 menit. Aksi saling tembak baru berhenti setelah KKB melarikan diri dan berbaur dengan masyarakat.

Kerja keras prajurit Kopassus pun membuahkan hasil, mereka berhasil menguasai Kampung Kimbeli, Kampung Banti dan perkampungan lainnya dari TPN OPM serta membebaskan ratusan sandera. “Sungguh, kala itu saya tidak merasakan jemari kaki saya yang lecet dan tidak merasakan jeritan perut yang belum terisi apa-apa selain air sungai yang kami minum sore kemarin,” ucapnya.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1631 seconds (0.1#10.140)