25% Pelajar di Jateng Tak Miliki Akses Layanan Pendidikan Daring

Selasa, 21 Juli 2020 - 22:05 WIB
loading...
25% Pelajar di Jateng Tak Miliki Akses Layanan Pendidikan Daring
Forum Anak Jateng menyebut ada sekitar 20 hingga 25 persen pelajar di Jateng tidak memiliki akses layanan Program PJJ atau sistem daring. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
SEMARANG - Forum Anak Jateng mengungkapkan ada sekitar 20 hingga 25 persen para pelajar di Jawa Tengah (Jateng) tidak memiliki akses layanan Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) atau sistem daring .

Ketua Forum Anak Jateng, Amelia Adiputri Diansari menyampaikan, data itu itu berdasar hasil survei tertutup yang dilakukan Forum Anak Jateng dengan responden 590 pelajar di Jawa Tengah yang dilakukan setelah muncul pandemi COVID-19 yang mengharuskan para pelajar mengikuti sistem pembelajaran secara daring. (Baca juga: Kisah Orang Tua Jadi Asisten Guru Dadakan Belajar dari Rumah )

"Masalah yang muncul mulai dari siswa tidak memiliki telepon selular untuk mengakses internet karena faktor kekurangan ekonomi orangtuanya. Selain juga karena sulitnya sinyal di tempat tinggalnya," ungkap Amelia dalam acara Bincang Santai Bareng Media bertajuk Curhat Anak Jawa Tengah di Masa Pandemi" yang digelar secara zoom meeting, Selasa (21/7).

Beberapa anggota Forum Anak Jawa Tengah yang terlibat dalam bincang di antaranya Amelia yang baru lulus dari SMAN 1 Sragen, Ricky Aditya (siswa Kelas 12 SMAN 2 Wonosobo), kemudian Muhammad Meizar Brahmantyo yang baru lulus dari MAN 2 Banyumas, lalu ada Foresta Arbar Ramadhan dari SMKN 1 Brebes, Nindy pelajar dari Rembang.

Ricky dari Wonosobo bercerita, ada rekannnya yang pulang kampung karena tidak ada sekolah offline lagi. Namun ketika pembelajaran online secara daring dimulai, rekannya itu tidak terkoneksi. (Baca juga: Tak Miliki Biaya Beli Paket, Siswa SMP di Surabaya Sekolah di Warkop )

"Kami kirim pesan lewat WA juga tidak nyambung. Akhirnya pihak sekolah mendatangi rumahnya di kawasan pegunungan di Kledung. Sinyalnya ternyata sulit. Pihak sekolah kemudian membantu agar teman kami bisa tetap mengikuti pelajaran secara online itu. Saat test akhir smester, teman kami boleh datang ke sekolah untuk mendapatkan soal," bebernya.

Dari Kabupaten Brebes, Foresta mengeluhkan banyak rekannya yang tidak punya kuota untuk akses internet. "Beruntung beberapa instansi menyediakan tempat untuk nongkrong para pelajar yang ada wifi-nya. Kami bisa belajar secara online di tempat itu," ungkapnya.

Sementara, Forum Anak Nasional Jateng juga memberi masukan kepada Dinas Pendidikan Jateng pemberlakuan sistem pembelajaran offline bila new normal diterapkan. (Baca juga: Moratorium CPNS, Masa Pensiun Guru Diusulkan Diperpanjang )

"Bisa dengan sistem shift. Bisa juga hari ini untuk kelas 10, hari berikutnya untuk kelas 11, begitu seterusnya. Itu dalam upaya mematuhi protokol kesehatan agar tidak terjadi penyebaran COVID-19," terang Ricky.

Spesialis Perlindungan Anak dari UNICEF Perwakilan Wilayah Pulau Jawa,
Naning Pudji Julianingsih mengakui bahwa layanan perlindungan anak jadi terganggu karena ada refocusing anggaran dialihkan ke penanganan COVID-19.

"Kami mendapatkan keluhan orangtua keberatan dengan paketan data unlimited agar anaknya bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh secara online itu. Seharusnya anak-anak digratiskan rekening internetnya," ungkap Naning.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah, Retno Sudewi menambahkan bahwa respon Anak Jawa Tengah luar biasa.

"Ternyata menyambut Hari Anak Nasional pada 23 Juli nanti mereka membuat berbagai kegiatan lewat online. Mulai dengan webinar, Tik-tok, dan lainnya. Anak-anak Jateng banyak ide. Lewat bincang santai bisa saling berbagi. Di tengah pandemi mereka tetap mampu berkreasi," jelasnya.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1500 seconds (0.1#10.140)