Kaum Muda Perempuan Masih Hadapi Tantangan dalam Partisipasi Politik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keterlibatan perempuan dalam partisipasi politik masih sangat minim. Hal itu lantaran mayoritas perempuan merasakan banyak hambatan untuk berpartisipasi dan terjun ke dunia politik.
Berdasarkan riset State of The World’s Girls Report (SOTWG) yang dipublikasikan Plan International, 69% dari 1.000 responden remaja perempuan Indonesia usia 15-24 tahun merasakan berbagai tantangan untuk berpartisipasi dalam politik.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti dalam Dialog Antargenerasi yang diselenggarakan Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) bekerja sama dengan Yayasan Jurnal Perempuan dan Australian Volunteer Program.
“Beberapa hambatan di antaranya remaja perempuan berpikir politisi tidak akan mendengarkan mereka. Selain itu, mereka melihat politisi tidak banyak bicara terkait isu yang memengaruhi perempuan," katanya, Rabu (15/3/2023).
Beberapa temuan menarik lainnya dari riset ini adalah tentang perasaan remaja perempuan terhadap pemimpin politiknya. Mayoritas remaja perempuan di Indonesia atau sekitar 54% tidak percaya dan 30% kurang yakin dalam menyalurkan aspirasinya kepada pemimpin politik. Selain itu, remaja perempuan Indonesia melihat masyarakat tidak terlalu menerima terhadap perempuan pemimpin politik nasional atau sekitar 20%.
Hal ini jauh dibandingkan dengan opini responden remaja perempuan di tingkat global di mana 49% melihat perempuan lebih bisa diterima untuk menjadi pemimpin politik di negara meraka.
“Bicara mengenai partisipasi politik itu tidak hanya berarti yang berhubungan dengan pemilu. Banyak hal dalam keseharian yang berhubungan dengan keputusan-keputusan penting bagi perempuan. Misal, kesehatan reproduksi dan pilihan-pilihan masa depan. Itu bisa jadi isu politik, tidak hanya isu sosial. Oleh karena, itu penting bagi perempuan terutama perempuan muda untuk bersuara,” kata Dini.
Dini menambahkan, dialog ini untuk meningkatkan kesadaran dan hak politik remaja perempuan baik di kalangan mahasiswa, politisi maupun publik secara umum. Sebagai penutup rangkaian peringatan Hari Perempuan Internasional, Plan Indonesia juga menyuarakan aspirasi politik kaum muda dengan mengirimkan ‘Surat untuk Pemimpin’.
”Nantinya, surat bersama (joint letters) yang telah dibuat oleh perwakilan kelompok kaum muda akan dikirimkan kepada para pemimpin politik, salah satunya Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Harapannya aspirasi politik kaum muda dapat didengar oleh perwakilan rakyat maupun para politisi,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan Abby Gina menerangkan, partisipasi kaum muda dan perempuan dalam politik merupakan syarat dari demokrasi yang inklusif.
“Penting untuk memberikan perhatian dan penguatan bagi perempuan dari kelompok muda, sebab mereka kerap mengalami tantangan berlapis untuk memasuki dunia politik yang identik sebagai ruang yang maskulin. Mereka terpinggirkan karena gender dan usia yang masih muda. Dukungan politik yang seutuhnya bagi kaum muda perempuan hanya bisa dicapai melalui kolaborasi dari berbagai pihak,” ucapnya.
Tsamara Amany, politikus muda mendorong agar lebih banyak ruang politik yang terbuka bagi partisipasi kaum muda, khususnya perempuan. "Kita perlu mengikutsertakan kelompok muda dan perempuan dalam politik, untuk memastikan praktik politik kita benar-benar utuh dan setara,” ucapnya.
Berdasarkan riset State of The World’s Girls Report (SOTWG) yang dipublikasikan Plan International, 69% dari 1.000 responden remaja perempuan Indonesia usia 15-24 tahun merasakan berbagai tantangan untuk berpartisipasi dalam politik.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti dalam Dialog Antargenerasi yang diselenggarakan Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) bekerja sama dengan Yayasan Jurnal Perempuan dan Australian Volunteer Program.
“Beberapa hambatan di antaranya remaja perempuan berpikir politisi tidak akan mendengarkan mereka. Selain itu, mereka melihat politisi tidak banyak bicara terkait isu yang memengaruhi perempuan," katanya, Rabu (15/3/2023).
Beberapa temuan menarik lainnya dari riset ini adalah tentang perasaan remaja perempuan terhadap pemimpin politiknya. Mayoritas remaja perempuan di Indonesia atau sekitar 54% tidak percaya dan 30% kurang yakin dalam menyalurkan aspirasinya kepada pemimpin politik. Selain itu, remaja perempuan Indonesia melihat masyarakat tidak terlalu menerima terhadap perempuan pemimpin politik nasional atau sekitar 20%.
Hal ini jauh dibandingkan dengan opini responden remaja perempuan di tingkat global di mana 49% melihat perempuan lebih bisa diterima untuk menjadi pemimpin politik di negara meraka.
“Bicara mengenai partisipasi politik itu tidak hanya berarti yang berhubungan dengan pemilu. Banyak hal dalam keseharian yang berhubungan dengan keputusan-keputusan penting bagi perempuan. Misal, kesehatan reproduksi dan pilihan-pilihan masa depan. Itu bisa jadi isu politik, tidak hanya isu sosial. Oleh karena, itu penting bagi perempuan terutama perempuan muda untuk bersuara,” kata Dini.
Dini menambahkan, dialog ini untuk meningkatkan kesadaran dan hak politik remaja perempuan baik di kalangan mahasiswa, politisi maupun publik secara umum. Sebagai penutup rangkaian peringatan Hari Perempuan Internasional, Plan Indonesia juga menyuarakan aspirasi politik kaum muda dengan mengirimkan ‘Surat untuk Pemimpin’.
”Nantinya, surat bersama (joint letters) yang telah dibuat oleh perwakilan kelompok kaum muda akan dikirimkan kepada para pemimpin politik, salah satunya Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Harapannya aspirasi politik kaum muda dapat didengar oleh perwakilan rakyat maupun para politisi,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan Abby Gina menerangkan, partisipasi kaum muda dan perempuan dalam politik merupakan syarat dari demokrasi yang inklusif.
“Penting untuk memberikan perhatian dan penguatan bagi perempuan dari kelompok muda, sebab mereka kerap mengalami tantangan berlapis untuk memasuki dunia politik yang identik sebagai ruang yang maskulin. Mereka terpinggirkan karena gender dan usia yang masih muda. Dukungan politik yang seutuhnya bagi kaum muda perempuan hanya bisa dicapai melalui kolaborasi dari berbagai pihak,” ucapnya.
Tsamara Amany, politikus muda mendorong agar lebih banyak ruang politik yang terbuka bagi partisipasi kaum muda, khususnya perempuan. "Kita perlu mengikutsertakan kelompok muda dan perempuan dalam politik, untuk memastikan praktik politik kita benar-benar utuh dan setara,” ucapnya.
(cip)