Kisah Lucu Kolonel Solihin GP, Tidur Ngorok di Depan Panglima Malah Ditunjuk Jadi Pangdam
Minggu, 10 Juli 2022 - 10:20 WIB
JAKARTA - Siapa prajurit TNI yang berani tidur pulas ketika atasannya sedang berpidato? Lazimnya, mereka yang terlelap itu bakal kena tegur atau sanksi. Tapi nasib sebaliknya justru terjadi pada Kolonel Solihin Gautama Prawiranegara.
Bukannya dihukum, pria yang akrab disapa Solihin GP ini malah dipromosikan ke jabatan lebih tinggi. Tidak tanggung-tanggung, dia ditunjuk langsung menjadi panglima komando daerah militer alias pangdam. Kok bisa?
Kisah lucu ini terjadi ketika suatu hari Panglima Kodam XVI Hasanuddin Kolonel M Jusuf datang ke Makassar. Dia mengajak Solihin ke Jakarta untuk ikut dalam suatu acara syukuran penunjukan dirinya sebagai menteri.
Untuk diketahui, pada Juni 1965, Presiden Soekarno menyempurnakan Kabinet Dwikora. Jusuf yang saat itu masih berstatus Pangdam Hasanuddin diangkat sebagai Menteri Perindustrian Ringan. Praktis dia rangkap jabatan.
Status sebagai menteri plus pangdam itu dijalaninya hingga terjadi peristiwa G30 S/PKI. Usai tragedi nasional tersebut, menpangad yang baru, Letjen Soeharto, mengakhiri jabatan Jusuf sebagai pangdam.
Bagi Jusuf, Solihin bukan orang asing. Guru SSKAD pada kurun 1954-1956 di Bandung itu merupakan perwira tempur yang turut terlibat dalam operasi penumpasan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan. Itu operasi militer panjang yang dipimpin Jusuf sebagai pemegang tongkat komando teritorial Sulsel.
Saat Soeharto menanyakan calon penggantinya, Jusuf merekomendasikan nama Solihin. Kendati demikian, Jusuf tak sekalipun memberitahukan hal tersebut kepada bawahannya itu. Tidak heran Solihin ogah-ogahan ketika hendak diajak ke Jakarta.
Bukannya dihukum, pria yang akrab disapa Solihin GP ini malah dipromosikan ke jabatan lebih tinggi. Tidak tanggung-tanggung, dia ditunjuk langsung menjadi panglima komando daerah militer alias pangdam. Kok bisa?
Kisah lucu ini terjadi ketika suatu hari Panglima Kodam XVI Hasanuddin Kolonel M Jusuf datang ke Makassar. Dia mengajak Solihin ke Jakarta untuk ikut dalam suatu acara syukuran penunjukan dirinya sebagai menteri.
Baca Juga
Untuk diketahui, pada Juni 1965, Presiden Soekarno menyempurnakan Kabinet Dwikora. Jusuf yang saat itu masih berstatus Pangdam Hasanuddin diangkat sebagai Menteri Perindustrian Ringan. Praktis dia rangkap jabatan.
Status sebagai menteri plus pangdam itu dijalaninya hingga terjadi peristiwa G30 S/PKI. Usai tragedi nasional tersebut, menpangad yang baru, Letjen Soeharto, mengakhiri jabatan Jusuf sebagai pangdam.
Bagi Jusuf, Solihin bukan orang asing. Guru SSKAD pada kurun 1954-1956 di Bandung itu merupakan perwira tempur yang turut terlibat dalam operasi penumpasan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan. Itu operasi militer panjang yang dipimpin Jusuf sebagai pemegang tongkat komando teritorial Sulsel.
Baca Juga
Saat Soeharto menanyakan calon penggantinya, Jusuf merekomendasikan nama Solihin. Kendati demikian, Jusuf tak sekalipun memberitahukan hal tersebut kepada bawahannya itu. Tidak heran Solihin ogah-ogahan ketika hendak diajak ke Jakarta.
Lihat Juga :
tulis komentar anda