Ketulusan Jenderal TNI Ini Pulihkan Aceh Akibat Tsunami, Urungkan Niat GAM Membunuhnya
Minggu, 26 Desember 2021 - 12:48 WIB
JAKARTA - Hari ini, 17 tahun yang lalu bencana tsunami menerjang Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Akibat peristiwa itu, provinsi paling barat Indonesia ini luluh lantak. Tercatat lebih dari 178.000 orang meninggal dunia dan 500.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat gempa bermagnitudo 9,3 di kedalaman 10 Km sekitar 149 Kilometer dari Meulaboh.
Situasi keamanan yang belum terwujud akibat konflik berkepanjangan antara kelompok bersenjata Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah Indonesia membuat penanganan korban bencana alam menjadi kompleks. Apalagi saat itu, Aceh tengah menjalani Darurat Sipil ke 2 yang sudah berjalan selama lima minggu.
Meski rawan terhadap gangguan kelompok bersenjata, hal itu tidak menyurutkan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang saat itu dijabat Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu untuk turun langsung ke lokasi bencana. “Bencana alam tsunami dan gempa bumi yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004 merupakan peristiwa memilukan bagi bangsa Indonesia,” kenang Ryamizard dalam buku biografinya “Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu: Sosok Prajurit Profesional”
Mantan Pangkostrad itu menceritakan bagaimana bencana maha dahsyat itu memporak-porandakan Aceh. Selain masyarakat setempat, banyak juga prajurit TNI yang meninggal dunia dalam musibah itu. ”Di dekat Pantai Lhoknga ada markas satuan Denzipur-1/DA dan Kompi B Yonif 112. Itu 100% hancur dan 95% personelnya meninggal dunia akibat tsunami,” ucap Ryamizard.
Hari kedua pascabencana, tepatnya 27 Desember 2004 Ryamizard sudah berada di Aceh untuk melakukan operasi kemanusiaan. Mantan Pangkostrad ini langsung mengerahkan enam satuan setingkat batalyon (SSY) untuk segera membersihkan kota, mencari jenazah dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Tidak hanya itu, Ryamizard juga memerintahkan membangun jalan sepanjang 64 kilometer dan 53 jembatan yang rusak dan hancur. Upaya dan kerja keras Ryamizard ternyata sangat efektif dan berhasil membuka akses transportasi yang terputus akibat gempa dan tsunami.
Upaya rehabilitasi Aceh oleh Ryamizard bukan tanpa hambatan. Kelompok bersenjata seringkali memanfaatkan situasi tersebut untuk mengganggu penyaluran bantuan kemanusian oleh pemerintah Indonesia dan negara-negara sahabat. Agar proses rehabilitasi kemanusiaan berjalan dengan lancar dan tidak mendapat gangguan Jenderal Bintang Empat ini memilih berada di tengah-tengah prajuritnya dan ikut bermalam di lokasi bencana di Lhoknga untuk membangun daerah yang hancur akibat bencana alam.
Sikap tulus membangun Aceh ini ternyata menuai simpati dari kelompok bersenjata GAM. Bahkan mereka mengurungkan niatnya menembak Ryamizard meski sudah mengepungnya yang hanya berjarak 4 meter. Salah seorang insinyur yang memiliki akses dengan separatis GAM baik dari anggota terendah sampai tertinggi mengaku kagum dengan ketulusan Ryamizard. Bahkan, insinyur ini sempat mendatangi kediaman Ryamizard Ryacudu dan mengutarakan, jika saat itu dirinya bersama satu regu bersenjata lengkap telah mengepung Ryamizard Ryacudu.
”Seandainya mau menembak Jenderal Ryamizard pasti kena, karena satu regu dengan senjata lengkap dan jarak dekat hanya 4 meter. Melihat Jenderal Ryamizard yang kadang berjalan kaki, kadang mengendarai motor. Kami tidak jadi menembak Jenderal Ryamizard mengingat jasanya besar untuk Aceh. Yang membangun Aceh adalah Jenderal Ryamizard,” ucapnya.
Situasi keamanan yang belum terwujud akibat konflik berkepanjangan antara kelompok bersenjata Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah Indonesia membuat penanganan korban bencana alam menjadi kompleks. Apalagi saat itu, Aceh tengah menjalani Darurat Sipil ke 2 yang sudah berjalan selama lima minggu.
Meski rawan terhadap gangguan kelompok bersenjata, hal itu tidak menyurutkan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang saat itu dijabat Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu untuk turun langsung ke lokasi bencana. “Bencana alam tsunami dan gempa bumi yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004 merupakan peristiwa memilukan bagi bangsa Indonesia,” kenang Ryamizard dalam buku biografinya “Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu: Sosok Prajurit Profesional”
Baca Juga
Mantan Pangkostrad itu menceritakan bagaimana bencana maha dahsyat itu memporak-porandakan Aceh. Selain masyarakat setempat, banyak juga prajurit TNI yang meninggal dunia dalam musibah itu. ”Di dekat Pantai Lhoknga ada markas satuan Denzipur-1/DA dan Kompi B Yonif 112. Itu 100% hancur dan 95% personelnya meninggal dunia akibat tsunami,” ucap Ryamizard.
Hari kedua pascabencana, tepatnya 27 Desember 2004 Ryamizard sudah berada di Aceh untuk melakukan operasi kemanusiaan. Mantan Pangkostrad ini langsung mengerahkan enam satuan setingkat batalyon (SSY) untuk segera membersihkan kota, mencari jenazah dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Tidak hanya itu, Ryamizard juga memerintahkan membangun jalan sepanjang 64 kilometer dan 53 jembatan yang rusak dan hancur. Upaya dan kerja keras Ryamizard ternyata sangat efektif dan berhasil membuka akses transportasi yang terputus akibat gempa dan tsunami.
Upaya rehabilitasi Aceh oleh Ryamizard bukan tanpa hambatan. Kelompok bersenjata seringkali memanfaatkan situasi tersebut untuk mengganggu penyaluran bantuan kemanusian oleh pemerintah Indonesia dan negara-negara sahabat. Agar proses rehabilitasi kemanusiaan berjalan dengan lancar dan tidak mendapat gangguan Jenderal Bintang Empat ini memilih berada di tengah-tengah prajuritnya dan ikut bermalam di lokasi bencana di Lhoknga untuk membangun daerah yang hancur akibat bencana alam.
Sikap tulus membangun Aceh ini ternyata menuai simpati dari kelompok bersenjata GAM. Bahkan mereka mengurungkan niatnya menembak Ryamizard meski sudah mengepungnya yang hanya berjarak 4 meter. Salah seorang insinyur yang memiliki akses dengan separatis GAM baik dari anggota terendah sampai tertinggi mengaku kagum dengan ketulusan Ryamizard. Bahkan, insinyur ini sempat mendatangi kediaman Ryamizard Ryacudu dan mengutarakan, jika saat itu dirinya bersama satu regu bersenjata lengkap telah mengepung Ryamizard Ryacudu.
”Seandainya mau menembak Jenderal Ryamizard pasti kena, karena satu regu dengan senjata lengkap dan jarak dekat hanya 4 meter. Melihat Jenderal Ryamizard yang kadang berjalan kaki, kadang mengendarai motor. Kami tidak jadi menembak Jenderal Ryamizard mengingat jasanya besar untuk Aceh. Yang membangun Aceh adalah Jenderal Ryamizard,” ucapnya.
(cip)
tulis komentar anda