Pakar Puji Dukcapil Kemendagri Bangun Digital ID Utamakan Keamanan Siber
Jum'at, 17 Desember 2021 - 05:32 WIB
JAKARTA - Ibarat membangun gedung tinggi, maka yang pertama kali dibangun adalah pagar tinggi dan rapat di sekeliling bangunan. Ini untuk memastikan hanya orang-orang berkepentingan yang berhak masuk, sekaligus memfilter pihak-pihak yang bermaksud tidak baik.
Hal ini dipaparkan Pakar Keamanan Teknologi Informasi sekaligus CEO Xecure IT, Gildas Deograt Lumy pada Webinar Keamanan Siber menuju Identitas Digital Penduduk Indonesia, yang diselenggarakan Ditjen Dukcapil Kemendagri bekerja sama dengan PT Telkom Indonesia, Kamis (16/12/2021).
"Saya suka dengan Dukcapil, karena baru mau bangun sistem udah mikir keamanan sistemnya. Bukan udah jadi baru mikirin security-nya," kata Gildas yang pernah menjadi tim inti pembentukan Badan Siber dan Sandi Negara ini.
Gildas menyoroti rencana penerapan Digital ID yang dilakukan Ditjen Dukcapil untuk menggantikan fungsi KTP elektronik.
Dirinya menekankan, dalam konteks membangun identitas digital jangan sampai mengabaikan aspek keamanan. Sebab, secara substansi terlepas dari teknologi pengamanan dan tata kelola sistem informasi semakin lama kondisinya makin fragile alias tidak aman.
Apalagi, kata Gildas, sistem keamanan yang dipakai masih dengan cyber security mindset tahun 80-an atau 90-an, yakni dengan pola One Time Password (OTP).
"Saya pertama kali menginstall sistem berbasis OTP itu tahun 1998. Aneh, kalo sekarang sudah 20 tahun lewat orang ramai masih mendorong supaya aman pakai OTP," sindir Gildas.
Hal fundamental menurut Gildas, adalah dibutuhkan strategi FASST dalam membangun Digital ID, yaitu Fleksibel, Agile, Secure, Simple dan Transformative.
Hal ini dipaparkan Pakar Keamanan Teknologi Informasi sekaligus CEO Xecure IT, Gildas Deograt Lumy pada Webinar Keamanan Siber menuju Identitas Digital Penduduk Indonesia, yang diselenggarakan Ditjen Dukcapil Kemendagri bekerja sama dengan PT Telkom Indonesia, Kamis (16/12/2021).
"Saya suka dengan Dukcapil, karena baru mau bangun sistem udah mikir keamanan sistemnya. Bukan udah jadi baru mikirin security-nya," kata Gildas yang pernah menjadi tim inti pembentukan Badan Siber dan Sandi Negara ini.
Gildas menyoroti rencana penerapan Digital ID yang dilakukan Ditjen Dukcapil untuk menggantikan fungsi KTP elektronik.
Dirinya menekankan, dalam konteks membangun identitas digital jangan sampai mengabaikan aspek keamanan. Sebab, secara substansi terlepas dari teknologi pengamanan dan tata kelola sistem informasi semakin lama kondisinya makin fragile alias tidak aman.
Apalagi, kata Gildas, sistem keamanan yang dipakai masih dengan cyber security mindset tahun 80-an atau 90-an, yakni dengan pola One Time Password (OTP).
"Saya pertama kali menginstall sistem berbasis OTP itu tahun 1998. Aneh, kalo sekarang sudah 20 tahun lewat orang ramai masih mendorong supaya aman pakai OTP," sindir Gildas.
Hal fundamental menurut Gildas, adalah dibutuhkan strategi FASST dalam membangun Digital ID, yaitu Fleksibel, Agile, Secure, Simple dan Transformative.
Lihat Juga :
tulis komentar anda