Agoes Omar, Orang Pertama Indonesia Berlari 250 Km Taklukkan Gurun Sahara
Selasa, 12 Oktober 2021 - 15:19 WIB
JAKARTA - Prestasi membanggakan ditorehkan Agoes Omar, orang pertama Indonesia yang bisa menyelesaikan ultramarathon 250 km di Gurun Sahara, Maroko.
Omar yang tercatat sebagai diaspora Indonesia di Singapura ini, juga satu-satunya orang Indonesia yang mencapai garis finis ajang balap kaki terberat di bumi itu.
baca juga: Tragedi Pelari Meninggal Dunia Usai Taklukkan Kejamnya Gurun Sahara
Dalam event bertajuk Marathon des Sables 2021, 50% peserta gagal mencapai garis finis, dan satu orang meninggal karena suhu panas ekstrem yang mencapai 52 derajat Celsius.
Omar berlari selama tujuh hari di Gurun Sahara, persisnya finis pada 11 Oktober 2021. “Kaki peserta yang ikut lomba pada berantakan. Alhamdulillah kaki saya cuma lecet,” ujar Omar dari ujung telepon. Saat dihubungi KORAN SINDO, Omar masih berada di Paris, usai penerbangan dari Maroko, tempat di mana dia menuntaskan misi larinya.
Sekadar diketahui, perlombaan lari setiap tahun di Gurun Sahara Maroko selatan, ini telah dianggap sebagai lomba lari terberat di Bumi. Acara pertama Marathon dimulai pada tahun 1986. Pelari berkelok-kelok menaiki punggung bukit yang besar, menempuhmedan berat berpasir panas, hingga harus berkemah di malam harinya, di tengah Gurun Sahara.
baca juga: Jarang Terjadi, Salju Kembali Selimuti Gurun Sahara yang Panas
Omar mengaku, untuk mengikuti event ini, dia melakukan persiapan selama 6 tahun. “Selama 6 tahun rutin ikut event lari, baik di dalam maupun di luar negeri,” kata Omar.
Yang mencengangkan, ternyata Omar turut mendedikasikan larinya untuk pengasuhan berkualitas anak-anak terdampak Covid-19 dalam dampingan SOS Children’s Villages Indonesia.
Omar yang tercatat sebagai diaspora Indonesia di Singapura ini, juga satu-satunya orang Indonesia yang mencapai garis finis ajang balap kaki terberat di bumi itu.
baca juga: Tragedi Pelari Meninggal Dunia Usai Taklukkan Kejamnya Gurun Sahara
Dalam event bertajuk Marathon des Sables 2021, 50% peserta gagal mencapai garis finis, dan satu orang meninggal karena suhu panas ekstrem yang mencapai 52 derajat Celsius.
Omar berlari selama tujuh hari di Gurun Sahara, persisnya finis pada 11 Oktober 2021. “Kaki peserta yang ikut lomba pada berantakan. Alhamdulillah kaki saya cuma lecet,” ujar Omar dari ujung telepon. Saat dihubungi KORAN SINDO, Omar masih berada di Paris, usai penerbangan dari Maroko, tempat di mana dia menuntaskan misi larinya.
Sekadar diketahui, perlombaan lari setiap tahun di Gurun Sahara Maroko selatan, ini telah dianggap sebagai lomba lari terberat di Bumi. Acara pertama Marathon dimulai pada tahun 1986. Pelari berkelok-kelok menaiki punggung bukit yang besar, menempuhmedan berat berpasir panas, hingga harus berkemah di malam harinya, di tengah Gurun Sahara.
baca juga: Jarang Terjadi, Salju Kembali Selimuti Gurun Sahara yang Panas
Omar mengaku, untuk mengikuti event ini, dia melakukan persiapan selama 6 tahun. “Selama 6 tahun rutin ikut event lari, baik di dalam maupun di luar negeri,” kata Omar.
Yang mencengangkan, ternyata Omar turut mendedikasikan larinya untuk pengasuhan berkualitas anak-anak terdampak Covid-19 dalam dampingan SOS Children’s Villages Indonesia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda