Setelah 2 Jam Nadiem Ketemu Megawati, Hasto Bilang Kinerja Mendikbud Perlu Didukung

Rabu, 21 April 2021 - 18:11 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menilai kinerja Mendikbud Nadiem Makarim perlu mendapat dukungan. Foto/dok.SINDOnews
JAKARTA - Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto ikut buka suara terkait pertemuan Presiden RI Kelima sekaligus Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim . Hal ini disampaikan Hasto untuk menjawab pertanyaan beberapa wartawan.

"Bagaimanapun Ibu Megawati dikenal sebagai sosok negarawan dengan pengalaman yang luas. Usia 14 tahun, Ibu Mega sudah menjadi delegasi termuda GNB di Beograd. Dan sejak kecil, beliau diajak Bung Karno menerima tokoh-tokoh mancanegara dan tokoh kebangsaan, tokoh agama dan tokoh pergerakan, juga tokoh-tokoh perjuangan," kata Hasto, Rabu (21/4/2021).



"Dengan pengalaman yang sangat luas, terlebih konsistensi perjuangan Bu Mega pada jalan Pancasila, maka wajar jika secara periodik Ibu Mega berdialog dengan Presiden Jokowi dan jajaran pemerintahannya. Baik dari kalangan menteri, badan-badan negara maupun pimpinan Partai dan pimpinan lembaga-lembaga tinggi negara," sambung Hasto.

Menurut Hasto, pertemuan dengan Nadiem sudah dilakukan beberapa kali, guna membahas politik pendidikan yang bertumpu pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Politik pendidikan untuk meletakkan landasan kebudayaan bagi kemajuan bangsanya melalui penguasaan iptek; politik pendidikan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa.



"Jadi dialog tersebut memang perlu bagi kepentingan kemajuan dan peningkatan kualitas pendidikan nasional bangsa," ujarnya.



Lebih lanjut Hasto mengatakan jika ditanya apa saja yang dibahas selama dua jam pertemuan, maka banyak yang dibahas. Hasto menuturkan, mulai dari politik pendidikan, pentingnya Pancasila, dan juga pendidikan budi pekerti serta kebudayaan.

"Bu Mega berulang kali menekankan pentingnya pendidikan karakter dan pendidikan yang menggelorakan rasa cinta pada tanah air tidak hanya melalui teori, namun juga praktek, guna memahami apa itu gotong royong, nasionalisme, dan pengenalan Indonesia yang begitu plural. Jadi bukan hanya aspek kognitif saja. Ibu Mega juga banyak menceritakan pengalamannya ketika oleh Bung Karno diminta belajar di Perguruan Cikini yang didirikan oleh para pejuang perempuan," beber Hasto.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More