Pertarungan Digital Jadi Kunci Kemenangan di Pilpres 2024

Jum'at, 09 April 2021 - 11:28 WIB
Berkacamata dari gelaran Pilpres 2019, dia memprediksi siapa yang bisa menguasai pertarungan digital kemungkinan besar akan menjadi pemenang di 2024. Ilustrasi/SINDOnews
JAKARTA - Kontestasi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2021 masih jauh. Sejumlah nama pesohor sudah mulai digadang-gadang bakal bertarung.

Pengamat komunikasi publik Sony Subrata memiliki pandangan tersendiri menjelang kontestasi di 2024 nanti. Berkacamata dari gelaran Pilpres 2019, dia memprediksi siapa yang bisa menguasai pertarungan digital kemungkinan besar akan menjadi pemenang di 2024.

Gelaran pesta demokrasi terbesar bangsa Indonesia pada 2019 telah memenangkan pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan KH Ma’ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih. Kemenangan itu mengungguli perolehan duet Prabowo-Sandiaga Uno berdasarkan perhitungan suara manual Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Keberhasilan Jokowi-Ma’ruf Amin unggul di perolehan suara nasional KPU ini merupakan kerja keras seluruh komponen dalam Tim Kampanye Nasional (TKN), tak terkecuali tim media sosial yang sangat gencar mengkampanyekan pasangan tersebut.

Hal tersebut dipaparkannya saat menghadiri acara peluncuran buku Tarung Digital, Propaganda Komputasional di Berbagai Negara karangan Agus Sudibyo, secara virtual di Jakarta.



“Propaganda komputasional adalah kunci keberhasilan atau kegagalan kandidat Pilpres di 2024. Kita bisa belajar dari berbagai negara mengenai pemanfaatan dan penyalahgunaan berbagai platform media sosial untuk kebutuhan kampanye politik. Buku Tarung Digital memaparkan berbagai studi kasus riil yang terjadi di negara-negara demokrasi yang bisa menjadi pelajaran berharga bagi siapapun yang akan mempersiapkan diri untuk berkampanye di 2024,” ujar Sony dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Jumat (9/4/2021).

Dalam pandangannya, hal tersebut relevan dengan kasus dua perusahaan raksasa digital Amerika Serikat, yakni Google dan Facebook telah diintervensi oleh negara lain untuk melakukan operasi propaganda komputasional yang berhasil memengaruhi pemilu di AS dengan dampak yang memecah belah bangsa.

“Investigasi Komite Senat AS membuktikan Rusia sengaja mencampuri Pemilu AS 2016 guna memenangkan Donald Trump dengan menyebarkan disinformasi tentang rival politiknya melalui Facebook, YouTube, Twitter, dan platform media sosial lain. Investigasi yang sama juga mengungkapkan skandal penyalahgunaan data puluhan juta pengguna Facebook untuk melakukan kampanye politik microtargeting yang dilakukan perusahaan konsultan kampanye bernama Cambridge Analytica,” sambung Sony.

Atas dasar ini, Sony juga menilai kontroversi tentang media sosial kerap terjadi di Indonesia. Bahkan, sampai begitu gawatnya permasalahan media sosial di Indonesia telah membuat Presiden Joko Widodo menyampaikan keprihatinannya secara terbuka beberapa kali.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More