Penunjukkan Beraroma Balas Jasa, Gebrakan Menteri Baru Jokowi Ditunggu

Rabu, 23 Desember 2020 - 15:34 WIB
Empat dari enam menteri baru Jokowi merupakan pengusaha yang mungkin sekali merupakan pendonor dana kampanye untuk kedua pasangan calon yang bertarung. Foto/biro setpres
JAKARTA - Presiden Jokowi telah mengumumkan dan melantik enam menteri baru dalam Kabinet Indonesia Maju jilid II. Mereka menggantikan dua menteri yang terjerat korupsi dan menteri lain yang dianggap berkinerja kurang.

Keenam menteri itu adalah Tri Risma Maharini (Mensos), Sandiaga Uno (Menpar), Yaqut Cholil Qoumas (Menag), M. Lutfi (Mendag), Budi Gunadi Sadikin (Menkes) dan Wahyu Sakti (MenKP). Mereka rencananya akan dilantik Jokowi hari ini.

(Klik ini untuk ikuti survei SINDOnews tentang Calon Presiden 2024)

Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (SUDRA) Fadhli Harahab menalai keenam menteri baru Jokowi tersebut memiliki pengalaman dan kompetensi yang tak perlu diragukan. Tetapi, sayangnya aroma balas budi masih sangat melekat pada reshuffle kabinet ini.

"Jokowi seperti berada dalam cengkraman plutokrasi (Kekuasaan orang berduit), terkesan seperti balas budi," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu (23/12/2020).



(Baca: Kompetensi 6 Menteri Baru Jokowi Oke, Moral dan Integritas Perlu Diuji)

Fadhli mengatakan dari enam menteri yang dipilih empat di antaranya adalah sosok pengusaha kaya raya dan bukan tidak mungkin mereka merupakan pendonor dana kampanye masing-masing pasangan calon di pilpres lalu.

Ditambah lagi cengkraman parpol yang semakin kuat sehingga membuat Jokowi tak mungkin menolak atau mengganti menterinya. "Kalau dilihat jatah parpol tetap sama tidak ada yang berkurang," kata dia.

(Baca: Reshuffle Kabinet Pas dan Terukur, Terbersit Harapan untuk Perubahan)

Namun demikian, analis politik UIN Jakarta itu menilai terpilihnya susunan kabinet kali ini semakin menguatkan konsolidasi demokrasi tanah air.

"Patut dinanti gebrakan dan terobosan mereka. Jangan sampai rakyat menilai kinerja menteri baru sama saja dengan yang diganti," pungkasnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(muh)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More