Ika Dewi, Relawan Perempuan Satu-satunya yang Jadi Sopir Ambulans
Kamis, 16 April 2020 - 20:58 WIB
JAKARTA - Ika Dewi Maharani, menjadi satu-satunya sukarelawan medis perempuan di bawah naungan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 atau virus Corona, yang bertugas sebagai sopir ambulans.
Peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta ditambah dengan jumlah petugas ambulans yang kurang memadai, membuat membulatkan tekat Ika menjadi supir ambulans.
"Dengan keahlian yang saya miliki, saya bisa menyetir, saya basic perawat, jadi pas saya sesuai dengan panggilan hati, dengan kemampuan yang saya punya, saya harus melayani," ujar Ika dalam konferensi di Graha BNPB, Jakarta (16/4/2020).
Sebelumnya Ika tergabung dalam sebuah asosiasi profesi perawat Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI). Ia berasal dari Maluku Utara dan berkuliah di Surabaya. Setelah menjadi relawan, Ika kini menjalani hidup di mess yang disediakan BNPB, dan bertugas di rumah sakit Universitas Indonesia.
Ika mengaku, menjadi sopir ambulans merupakan pengalaman pertama dalam hidupnya. "Untuk ambulans baru pertama kali di dalam hidup saya, tapi ya gitu, ternyata di ambulans tidak semudah yang kita bayangin," katanya.
"Sudah bunyikan sirine, tapi kadang orang-orang di sekitar kita tidak peka untuk memberikan jalan buat kita karena kita mengangkut pasien, ya untung ada orang dengan kesadaran memberikan jalan, jadi kita tetap dengan cepat membawa pasien ke tempat yang dirujuk," cerita Ika.
Dalam menjalankan tugasnya relawan Covid-19, Ika mengatakan 'safety' adalah kunci utama. Menggunakan alat perlindungan diri (APD) menjadi wajib bagi Ika sebelum berangkat bertugas. Tidak hanya agar dirinya aman, tetap juga agar para pasien tetap aman.
Meski telah mengenakan APD, sebagai manusia biasa, Ika mengaku perasaan takut ada dalam dirinya, namun semangat kemanusiaan yang dia rasakan jauh lebih tinggi.
"Rasa takut ada pasti, cuma ini harus kita lihat lagi, ini adalah tugas bagi kita sebagai relawan medis, kita harus menangani pasien dari awal sampai akhir pasien itu kita harus tangani," ujar Ika
Sementara untuk menjaga imunitas tubuh sebagai cara untuk melawan virus corona, di tengah shift 12 jam yang Ika jalani, ia selalu menyempatkan diri untuk makan teratur dan istirahat yang cukup.
"Shift pagi dari jam 7 sampai jam 7 malam, itu pertama harus makan dulu. Selesai absen kita makan, ada panggilan untuk kita rujuk, setelah itu selesai, baru kita makan, yang penting makan harus sehari tiga kali, multivitamin, dan susu," ungkap Ika.
Ika pun berharap pandemi Covid-19 dapat segera berakhir. "Dengan kita mengabdikan diri sebagai relawan kita harap penanggulangannya ini semakin cepat, jadi bencana ini cepat akan berakhir," harapnya.
Peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta ditambah dengan jumlah petugas ambulans yang kurang memadai, membuat membulatkan tekat Ika menjadi supir ambulans.
"Dengan keahlian yang saya miliki, saya bisa menyetir, saya basic perawat, jadi pas saya sesuai dengan panggilan hati, dengan kemampuan yang saya punya, saya harus melayani," ujar Ika dalam konferensi di Graha BNPB, Jakarta (16/4/2020).
Sebelumnya Ika tergabung dalam sebuah asosiasi profesi perawat Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI). Ia berasal dari Maluku Utara dan berkuliah di Surabaya. Setelah menjadi relawan, Ika kini menjalani hidup di mess yang disediakan BNPB, dan bertugas di rumah sakit Universitas Indonesia.
Ika mengaku, menjadi sopir ambulans merupakan pengalaman pertama dalam hidupnya. "Untuk ambulans baru pertama kali di dalam hidup saya, tapi ya gitu, ternyata di ambulans tidak semudah yang kita bayangin," katanya.
"Sudah bunyikan sirine, tapi kadang orang-orang di sekitar kita tidak peka untuk memberikan jalan buat kita karena kita mengangkut pasien, ya untung ada orang dengan kesadaran memberikan jalan, jadi kita tetap dengan cepat membawa pasien ke tempat yang dirujuk," cerita Ika.
Dalam menjalankan tugasnya relawan Covid-19, Ika mengatakan 'safety' adalah kunci utama. Menggunakan alat perlindungan diri (APD) menjadi wajib bagi Ika sebelum berangkat bertugas. Tidak hanya agar dirinya aman, tetap juga agar para pasien tetap aman.
Meski telah mengenakan APD, sebagai manusia biasa, Ika mengaku perasaan takut ada dalam dirinya, namun semangat kemanusiaan yang dia rasakan jauh lebih tinggi.
"Rasa takut ada pasti, cuma ini harus kita lihat lagi, ini adalah tugas bagi kita sebagai relawan medis, kita harus menangani pasien dari awal sampai akhir pasien itu kita harus tangani," ujar Ika
Sementara untuk menjaga imunitas tubuh sebagai cara untuk melawan virus corona, di tengah shift 12 jam yang Ika jalani, ia selalu menyempatkan diri untuk makan teratur dan istirahat yang cukup.
"Shift pagi dari jam 7 sampai jam 7 malam, itu pertama harus makan dulu. Selesai absen kita makan, ada panggilan untuk kita rujuk, setelah itu selesai, baru kita makan, yang penting makan harus sehari tiga kali, multivitamin, dan susu," ungkap Ika.
Ika pun berharap pandemi Covid-19 dapat segera berakhir. "Dengan kita mengabdikan diri sebagai relawan kita harap penanggulangannya ini semakin cepat, jadi bencana ini cepat akan berakhir," harapnya.
(maf)
tulis komentar anda