Rekonsiliasi Tak Terjadi, Habib Rizieq dan Pemerintah Malah Diuntungkan?
Jum'at, 13 November 2020 - 07:50 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menyatakan, usulan adanya rekonsiliasi nasional yang disampaikan sejumlah pihak setelah kembalinya Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab (HRS) ke Indonesia nampaknya tidak akan terjadi.
Apalagi, muncul statement dari pemerintah yang menganggap tak perlu ada rekonsiliasi , sementara pihak HRS pun mengajukan syarat jika dilakukan rekonsiliasi. Menurut Ray, rekonsiliasi tidak akan terjadi karena pasangan yang bertarung dalam Pilpres 2019 malah sudah berada dalam satu gerbong yang sama, dan ketegangan politik sejatinya juga sudah memudar. "Perbedaan politik beralih ke kesatuan," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Jumat (13/11/2020)
Ray menuturkan, sekarang rekonsiliasi politik belum terlihat efektif, itu karena 'ketegangan' seperti sekarang ini justru saling menguntungkan berbagai aktor politik. Tak terkecuali bagi Habib Rizieq sendiri, ketegangan ini tetap perlu dibuat. Dengan begitu, peran setiap aktor tetap berlanjut.
( ).
Bagi pemerintah, kata Ray, kepulangan Habib Rizieq justru penting, karena hal ini bisa menarik kembali simpul pendukungnya yang telanjur kecewa dengan setidaknya dua kebijakan pemerintah sebelumnya yakni Revisi UU KPK dan pengesahan UU Cipta kerja. Selain itu, kepulangan HRS juga bisa membuat solid pendukung utama Jokowi yang selama beberapa bulan ini melemah karena berbagai kebijakan Jokowi sebelumnya. Sehingga, kepulangan HRS bisa mengalihkan isu tuntutan Cipta Kerja ke isu Islam vs Negara.
( ).
"Dan Jokowi akan menampuk dukungan dari kalangan moderat Islam," kata Aktivis 98 asal UIN Jakarta ini.
Bagi aktor pendukung Jokowi yang lain, lanjut Ray, Habib Rizieq bisa jadi kawan dalam rangka memperkuat posisi 'tawar' masing-masing di lingkaran Jokowi. Sementara, posisi HRS sendiri yang tetap menjaga jarak dengan Jokowi justru memberi efek bagi popularitas dan ketokohannya.
( ).
HRS dianggapnya bisa menjadi figur utama untuk mereka yang memilih posisi berbeda dengan Jokowi. Dan tentu karisma ini akan luntur jika HRS memilih posisi sebaliknya. "Dengan melihat keuntungan masing-masing aktor ini, maka rekonsiliasi mereka malah akan mengaburkan keuntungan ini," pungkas Ray.
Apalagi, muncul statement dari pemerintah yang menganggap tak perlu ada rekonsiliasi , sementara pihak HRS pun mengajukan syarat jika dilakukan rekonsiliasi. Menurut Ray, rekonsiliasi tidak akan terjadi karena pasangan yang bertarung dalam Pilpres 2019 malah sudah berada dalam satu gerbong yang sama, dan ketegangan politik sejatinya juga sudah memudar. "Perbedaan politik beralih ke kesatuan," ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Jumat (13/11/2020)
Ray menuturkan, sekarang rekonsiliasi politik belum terlihat efektif, itu karena 'ketegangan' seperti sekarang ini justru saling menguntungkan berbagai aktor politik. Tak terkecuali bagi Habib Rizieq sendiri, ketegangan ini tetap perlu dibuat. Dengan begitu, peran setiap aktor tetap berlanjut.
( ).
Bagi pemerintah, kata Ray, kepulangan Habib Rizieq justru penting, karena hal ini bisa menarik kembali simpul pendukungnya yang telanjur kecewa dengan setidaknya dua kebijakan pemerintah sebelumnya yakni Revisi UU KPK dan pengesahan UU Cipta kerja. Selain itu, kepulangan HRS juga bisa membuat solid pendukung utama Jokowi yang selama beberapa bulan ini melemah karena berbagai kebijakan Jokowi sebelumnya. Sehingga, kepulangan HRS bisa mengalihkan isu tuntutan Cipta Kerja ke isu Islam vs Negara.
( ).
"Dan Jokowi akan menampuk dukungan dari kalangan moderat Islam," kata Aktivis 98 asal UIN Jakarta ini.
Bagi aktor pendukung Jokowi yang lain, lanjut Ray, Habib Rizieq bisa jadi kawan dalam rangka memperkuat posisi 'tawar' masing-masing di lingkaran Jokowi. Sementara, posisi HRS sendiri yang tetap menjaga jarak dengan Jokowi justru memberi efek bagi popularitas dan ketokohannya.
( ).
HRS dianggapnya bisa menjadi figur utama untuk mereka yang memilih posisi berbeda dengan Jokowi. Dan tentu karisma ini akan luntur jika HRS memilih posisi sebaliknya. "Dengan melihat keuntungan masing-masing aktor ini, maka rekonsiliasi mereka malah akan mengaburkan keuntungan ini," pungkas Ray.
(zik)
tulis komentar anda