100 Dokter Wafat Terpapar COVID-19, Presiden Diminta Ambil Langkah Nyata

Selasa, 01 September 2020 - 14:14 WIB
Anggota Komisi IX DPR, Kurniasih Mufidayati mengaku sangat berduka cita atas wafatnya 100 dokter di Indonesia akibat COVID-19. Foto/dpr.go.id
JAKARTA - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sebanyak 100 dokter telah meninggal dunia sejak pandemi virus Corona ( COVID-19 ) menghantam Indonesia lima bulan terakhir. Berdasarkan laporan IDI, seluruh dokter tersebut telah dinyatakan positif terinfeksi COVID-19.

Terkait hal tersebut, Anggota Komisi IX DPR Kurniasih Mufidayati mengaku sangat berduka cita atas wafatnya 100 dokter di Indonesia akibat COVID-19. Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan bangsa ini juga kehilangan tenaga kesehatan lain seperti wafatnya perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya. (Baca juga: 100 Dokter Gugur Lawan Covid-19, Sri Mulyani Ajak Bangsa Indonesia Melangitkan Doa)

Kata Mufida, mereka semua pahlawan pandemi. Dia menambahkan, kehilangan dokter dan tenaga kesehatan adalah kehilangan aset besar saat bangsa ini masih berjibaku melawan Pandemi COVID-19.



Penambahan orang terkonfirmasi positif terus mencetak rekor baru dan sama sekali belum menunjukkan tren penurunan secara nasional sejak kasus pertama diumumkan Maret silam. Dia mengatakan, data dari Pandemic Talks menyebut Indeks Pengaruh Kematian Nakes (IPKN) karena COVID-19 di Indonesia mencapai 223, yang berarti memiliki dampak kematian nakes terburuk di dunia.

"Ini bukan alarm kebakaran lagi, ini sudah alarm tsunami. Semua komponen bangsa harus bangun dari zona amannya, bahwa seolah kita tidak apa-apa. Bahwa ekonomi jauh lebih penting dari kesehatan. Jangan lagi Pemerintah menyebut wafatnya nakes kita karena tidak disipin. Adakah empati di sana?" ujar Mufida dalam keterangannya, Selasa (1/9/2020).

Dia juga mengingatkan saat ini daya tampung rumah sakit untuk menangani pasien COVID-19 sudah penuh. Jakarta merilis per Jumat 28 Agustus 2020 kapasitas ruang isolasi dan ICU di RS rujukan sudah terisi 70%.

"Dokter dan perawat terus berguguran dan kapasitas ruang perawatan COVID-19 hampir 100 persen. Bisa dibayangkan apa yang selanjutnya terjadi? Italia yang pada awalnya sangat tinggi korban COVID-19, saat sudah berangsur turun, tapi kita masih terus menanjak," jelas Mufida.

Dia meminta harus ada langkah yang cukup revolusioner dan eksponensial dari pemerintah agar jumlah konfirmasi positif COVID-19 dan angka kematian karena COVID-19 menurun. "Kita mengerti perlu program pemulihan ekonomi nasional yang terpukul akibat pandemi. Semua kebijakan untuk pemulihan ekonomi sudah dilaksakan, bahkan alokasi anggarannya tidak kecil. Tapi kami mohon penyelamatan nyawa rakyat, harus tetap menjadi prioritas," paparnya.

"Negara harus mengutamakan pemulihan kesehatan terlebih dulu, sehingga bisa menata perekonomian dengan lebih optimal. Bukan sebaliknya, seperti saat ini," sambung Mufida.

Media luar dan dunia internasional menempatkan penanganan COVID-19 di Indonesia dalam lima besar terburuk di dunia. Mufida mengingatkan, penilaian itu terkonfirmasi dengan data-data yang sudah ia paparkan sebelumnya terkait belum turunnya kurva kasus konfirmasi positif, rasio kematian tenaga kerja kesehatan yang termasuk tinggi di dunia dan mulai penuhnya kapasitas rumah sakit. (Baca juga: Korban Corona, Anis Matta Doakan 100 Dokter yang Wafat Syahid)

"Di sinilah jiwa kepemimpinan seorang kepala negara sekaligus kepala pemerintahan diuji. Apakah benar-benar seluruh jajaran melaksanakan semua arahan dan keberpihakannya terhadap pemulihan penyakit ini. Kami minta dengan segala hormat Bapak Presiden Republik Indonesia melakukan langkah-langkah yang nyata untuk menyelamatkan nyawa anak bangsa," pungkasnya.
(kri)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More