Seminar Perempuan Indonesia: Berani Berkarya dengan Kekayaan Intelektual
Rabu, 01 Mei 2024 - 21:32 WIB
JAKARTA - Pada era yang semakin kompetitif, kreativitas harus semakin didorong agar setiap individu dapat bersaing secara global. Perempuan saat ini semakin dituntut untuk berdaya, salah satunya dengan memanfaatkan kekayaan intelektual yang mereka miliki.
Perempuan Indonesia harus bahagia dan berdaya, demikian disampaikan oleh Asma Nadia, seorang penulis terkemuka Indonesia yang telah menulis 109 buku, yang 14 di antaranya telah diangkat menjadi film dan 7 karyanya menjadi sinetron.
"Pencapaian saya tidak diraih dengan mudah. Saat kecil saya tinggal di pinggir rel kereta api di Gunung Sahari. Karena itu, saya ingin perempuan Indonesia tidak membatasi mimpi mereka. Kita membutuhkan lebih banyak penulis perempuan yang dapat memberikan pesan kuat untuk perempuan lain," tutur Asma pada sesi kedua 'Seminar Perempuan Indonesia' yang digelar di J.W Marriott Hotel, Selasa (30/4/2024).
Berkarya di bidang lain, Pemeriksa Merek Ahli Utama Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Irnie Mela menyampaikan tips dan trik untuk membangun merek yang berpotensi untuk didaftar dan dilindungi.
"Tingkatkan daya pembeda saat membuat merek. Jangan menggunakan kata yang umum yang memang ada maknanya, tapi ciptakan kata sendiri yang tidak merujuk pada apapun. Merek seperti ini potensinya 98% bisa didaftar," katanya.
Selain itu, jika ingin menggunakan kata umum, jangan gunakan kata-kata umum yang memiliki korelasi dekat dengan artinya. Contohnya, merek Apple untuk produk komputer atau merek Bango untuk produk kecap.
Sebelum mendaftar, pemohon juga diharapkan untuk mempersiapkan beberapa hal, seperti logo/label merek, mengidentifikasi kelas barang/jasa, dan menelusuri terlebih dulu merek yang sudah terdaftar di laman pdki-indonesia.dgip.go.id.
Pada kesempatan yang sama, penyanyi dangdut Indonesia, Ikke Nurjanah mengajak perempuan Indonesia untuk menjawab tantangan dan peluang dalam kreasi musik Indonesia.
Perempuan Indonesia harus bahagia dan berdaya, demikian disampaikan oleh Asma Nadia, seorang penulis terkemuka Indonesia yang telah menulis 109 buku, yang 14 di antaranya telah diangkat menjadi film dan 7 karyanya menjadi sinetron.
"Pencapaian saya tidak diraih dengan mudah. Saat kecil saya tinggal di pinggir rel kereta api di Gunung Sahari. Karena itu, saya ingin perempuan Indonesia tidak membatasi mimpi mereka. Kita membutuhkan lebih banyak penulis perempuan yang dapat memberikan pesan kuat untuk perempuan lain," tutur Asma pada sesi kedua 'Seminar Perempuan Indonesia' yang digelar di J.W Marriott Hotel, Selasa (30/4/2024).
Berkarya di bidang lain, Pemeriksa Merek Ahli Utama Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Irnie Mela menyampaikan tips dan trik untuk membangun merek yang berpotensi untuk didaftar dan dilindungi.
"Tingkatkan daya pembeda saat membuat merek. Jangan menggunakan kata yang umum yang memang ada maknanya, tapi ciptakan kata sendiri yang tidak merujuk pada apapun. Merek seperti ini potensinya 98% bisa didaftar," katanya.
Selain itu, jika ingin menggunakan kata umum, jangan gunakan kata-kata umum yang memiliki korelasi dekat dengan artinya. Contohnya, merek Apple untuk produk komputer atau merek Bango untuk produk kecap.
Sebelum mendaftar, pemohon juga diharapkan untuk mempersiapkan beberapa hal, seperti logo/label merek, mengidentifikasi kelas barang/jasa, dan menelusuri terlebih dulu merek yang sudah terdaftar di laman pdki-indonesia.dgip.go.id.
Pada kesempatan yang sama, penyanyi dangdut Indonesia, Ikke Nurjanah mengajak perempuan Indonesia untuk menjawab tantangan dan peluang dalam kreasi musik Indonesia.
tulis komentar anda