Viral Jemaah Aolia Gunung Kidul Lebaran 5 April, PBNU Minta Umat Ikuti Syariat Islam
Sabtu, 06 April 2024 - 11:10 WIB
JAKARTA - Jemaah Masjid Aolia di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah melaksanakan salat Idulfitri 1445 Hijriah pada Jumat (5/4/2024) kemarin. Video jemaah berbondong-bondong untuk salat Ied pun viral di media sosial.
"Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung kepada Allah ta'ala. Ya Allah kemarin tanggal 4 malam 4, ya Allah ini sudah 29, satu syawalnya kapan? Allah taala ngendiko (bilang) tanggal limo (5 April)," kata salah satu pengurus Masjid Aolia dikutip dari video yang beredar, Sabtu (6/4/2024).
Merespons hal ini, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahmad Fahrurrozi atau yang akrab dipanggil Gus Fahrur mengaku prihatin. Dia meminta agar hal ini bisa dicegah dan tidak boleh terulang.
"Saya ingin menanggapi fenomena kelompok masyarakat Aolia di Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta. yang berhari raya hari Jum'at kemarin dengan dalih tokoh panutan mereka berbicara langsung dengan Allah SWT, ini sungguh memprihatinkan, harus dicegah dan tidak boleh terulang kembali," kata Gus Fahrur dalam keterangannya kepada awak media, Sabtu (6/4/2024).
Gus Fahrur berharap semua umat Islam, khususnya tokoh agama harus beribadah sesuai ajaran agama Islam yang benar, menggunakan ilmu dan akal sehatnya, tidak boleh mempermainkan ajaran agama Islam dan berdalih telah berbicara langsung dengan Allah SWT.
"Agama itu tuntunan dan ajaran yang berlaku untuk masyarakat umum. Maka tidak bisa seseorang secara asal-asalan ngaku sudah komunikasi langsung dengan Gusti Allah. Pengakuan semacam itu tidak sah dan tidak boleh dijadikan dasar tuntunan agama," jelasnya.
Dasar ibadah dalam Islam harus sesuai tuntunan syari'at yang dipahami dengan ilmu-ilmu standar ajaran agama Islam yang sudah jelas dalil-dalilnya dan garis-garisnya. Semua harus ilmiah, rasional dan dapat diuji keabsahannya oleh masyarakat umum.
"Kepada saudara kita Masyarakat Muslim Panggang, Gunung Kidul diimbau untuk mengambil tuntunan agama Islam dari para ulama yang benar dan dapat menjelaskan dan dapat mempertanggungjawabkan ajarannya sesuai metode nalar syari'at Islam yang sah dan telah diterima oleh masyarakat dunia Islam secara luas," kata Gus Fahrur.
Gus Fahrur mengatakan tidak semestinya masyarakat gampang percaya pada siapa pun yang mengaku punya hubungan khusus dengan Allah tapi bertindak tanpa ilmu yang berkesesuaian dengan ketentuan-ketentuan syari'at islam, karena Islam adalah agama yang dijalankan berdasarkan ilmu syari'at.
"Masyarakat jangan terkecoh oleh keanehan atau kesaktian individu, orang yang dapat menghadirkan hal-hal ajaib sekalipun itu tidak berarti dia memiliki keistimewaan di hadapan Gusti Allah SWT. Karena tukang sulap dan tukang sihir juga bisa melakukannya," katanya.
"Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung kepada Allah ta'ala. Ya Allah kemarin tanggal 4 malam 4, ya Allah ini sudah 29, satu syawalnya kapan? Allah taala ngendiko (bilang) tanggal limo (5 April)," kata salah satu pengurus Masjid Aolia dikutip dari video yang beredar, Sabtu (6/4/2024).
Merespons hal ini, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ahmad Fahrurrozi atau yang akrab dipanggil Gus Fahrur mengaku prihatin. Dia meminta agar hal ini bisa dicegah dan tidak boleh terulang.
"Saya ingin menanggapi fenomena kelompok masyarakat Aolia di Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta. yang berhari raya hari Jum'at kemarin dengan dalih tokoh panutan mereka berbicara langsung dengan Allah SWT, ini sungguh memprihatinkan, harus dicegah dan tidak boleh terulang kembali," kata Gus Fahrur dalam keterangannya kepada awak media, Sabtu (6/4/2024).
Gus Fahrur berharap semua umat Islam, khususnya tokoh agama harus beribadah sesuai ajaran agama Islam yang benar, menggunakan ilmu dan akal sehatnya, tidak boleh mempermainkan ajaran agama Islam dan berdalih telah berbicara langsung dengan Allah SWT.
"Agama itu tuntunan dan ajaran yang berlaku untuk masyarakat umum. Maka tidak bisa seseorang secara asal-asalan ngaku sudah komunikasi langsung dengan Gusti Allah. Pengakuan semacam itu tidak sah dan tidak boleh dijadikan dasar tuntunan agama," jelasnya.
Dasar ibadah dalam Islam harus sesuai tuntunan syari'at yang dipahami dengan ilmu-ilmu standar ajaran agama Islam yang sudah jelas dalil-dalilnya dan garis-garisnya. Semua harus ilmiah, rasional dan dapat diuji keabsahannya oleh masyarakat umum.
"Kepada saudara kita Masyarakat Muslim Panggang, Gunung Kidul diimbau untuk mengambil tuntunan agama Islam dari para ulama yang benar dan dapat menjelaskan dan dapat mempertanggungjawabkan ajarannya sesuai metode nalar syari'at Islam yang sah dan telah diterima oleh masyarakat dunia Islam secara luas," kata Gus Fahrur.
Gus Fahrur mengatakan tidak semestinya masyarakat gampang percaya pada siapa pun yang mengaku punya hubungan khusus dengan Allah tapi bertindak tanpa ilmu yang berkesesuaian dengan ketentuan-ketentuan syari'at islam, karena Islam adalah agama yang dijalankan berdasarkan ilmu syari'at.
"Masyarakat jangan terkecoh oleh keanehan atau kesaktian individu, orang yang dapat menghadirkan hal-hal ajaib sekalipun itu tidak berarti dia memiliki keistimewaan di hadapan Gusti Allah SWT. Karena tukang sulap dan tukang sihir juga bisa melakukannya," katanya.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda