Menhan Prabowo Ungkap Alasan Pembelian 12 Jet Tempur Mirage 2000-5 Qatar
Kamis, 15 Juni 2023 - 18:42 WIB
JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengungkap alasan di balik pembelian 12 pesawat jet Mirage 2000-5 bekas Qatar. Menurutnya, Indonesia harus tetap membangun kekuatan pertahanan di tengah banyaknya pesawat tempur yang habis masa pakai, maupun tengah diperbaiki.
"Ya jadi sebagaimana diketahui kita harus bangun kekuatan pertahanan kita, diterent kita, kekuatan penangkal, dan saat ini banyak sekali pesawat kita yang sudah tua dan harus kita refurbished. Kita sedang perbaiki," kata Prabowo saat ditemui di Bandung, Jawa Barat, Kamis (15/6/2023).
Prabowo menjelaskan, pengadaan pesawat baru membutuhkan waktu delivery yang cukup lama. Contohnya adalah pesawat Dassault Rafale dan F-15 Super Eagle. Sehingga, pembelian pesawat bekas menjadi langkah yang tepat.
Berdasarkan kontrak, kedatangan tiga pesawat Rafale pertama baru akan terlaksana pada Januari 2026. Sementara itu kontrak pesawat F-15 masih dalam tahap pembahasan Letter of Offer and Acceptance oleh Pemerintah Amerikas Serikat dengan skema FMS (Foreign Military Sales).
"Kita akan beli pesawat-pesawat yang baru, modern, sudah kita kontrak, sudah kita pesen Rafale dari Perancis. Tapi kita tanda tangan baru berapa minggu yang lalu, beberapa bulan (yang lalu), datangnya nanti yang pertama itu tiga tahun lagi, paling cepat," ucapnya.
"Nah dengan gitu kita lihat yang mana, kita lihat yang potensial adalah Mirage 2000-5," ucapnya.
Pembelian pesawat itu kata Prabowo, juga tidak mudah. Sebab banyak negara yang turut melirik Mirage 2000-5 Ex Qatari Air Force.
"Alhamdulillah dengan hubungan kita yang baik dengan Qatar, mereka kasih kepada kita. Tapi hanya ada 12 nah ini yang kita akuisisi untuk nanti," ucapnya.
Kendati bekas pakai, namun Prabowo menegaskan bahwa Mirage 2000-5 masih sangat layak pakai hingga 15 tahun ke depan. Terlebih, dengan jam terbangnya yang masih sedikit, karena Qatar merupakan negara kecil.
"Karena Mirage ini cukup canggih dan walaupun dikatakan bekas tapi Qatar adalah negara yang sangat kecil jadi flying hours-nya masih sedikit. Jadi masih bisa kita pakai mungkin minimal 15 tahun, 20 tahun lagi," tutupnya.
"Ya jadi sebagaimana diketahui kita harus bangun kekuatan pertahanan kita, diterent kita, kekuatan penangkal, dan saat ini banyak sekali pesawat kita yang sudah tua dan harus kita refurbished. Kita sedang perbaiki," kata Prabowo saat ditemui di Bandung, Jawa Barat, Kamis (15/6/2023).
Prabowo menjelaskan, pengadaan pesawat baru membutuhkan waktu delivery yang cukup lama. Contohnya adalah pesawat Dassault Rafale dan F-15 Super Eagle. Sehingga, pembelian pesawat bekas menjadi langkah yang tepat.
Berdasarkan kontrak, kedatangan tiga pesawat Rafale pertama baru akan terlaksana pada Januari 2026. Sementara itu kontrak pesawat F-15 masih dalam tahap pembahasan Letter of Offer and Acceptance oleh Pemerintah Amerikas Serikat dengan skema FMS (Foreign Military Sales).
"Kita akan beli pesawat-pesawat yang baru, modern, sudah kita kontrak, sudah kita pesen Rafale dari Perancis. Tapi kita tanda tangan baru berapa minggu yang lalu, beberapa bulan (yang lalu), datangnya nanti yang pertama itu tiga tahun lagi, paling cepat," ucapnya.
"Nah dengan gitu kita lihat yang mana, kita lihat yang potensial adalah Mirage 2000-5," ucapnya.
Pembelian pesawat itu kata Prabowo, juga tidak mudah. Sebab banyak negara yang turut melirik Mirage 2000-5 Ex Qatari Air Force.
"Alhamdulillah dengan hubungan kita yang baik dengan Qatar, mereka kasih kepada kita. Tapi hanya ada 12 nah ini yang kita akuisisi untuk nanti," ucapnya.
Kendati bekas pakai, namun Prabowo menegaskan bahwa Mirage 2000-5 masih sangat layak pakai hingga 15 tahun ke depan. Terlebih, dengan jam terbangnya yang masih sedikit, karena Qatar merupakan negara kecil.
"Karena Mirage ini cukup canggih dan walaupun dikatakan bekas tapi Qatar adalah negara yang sangat kecil jadi flying hours-nya masih sedikit. Jadi masih bisa kita pakai mungkin minimal 15 tahun, 20 tahun lagi," tutupnya.
(maf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda