Variasi Isi Buatan Sendiri
A
A
A
Bubur termasuk panganan yang mudah ditemui di setiap daerah di Indonesia. Masing-masing memiliki ciri khas dalam hal tampilan maupun cita rasa. Di Semarang, menu berbahan dasar beras ini disajikan dengan aneka isi yang berbeda dari isi bubur pada umumnya.
Udara sejuk pagi hari masih menjadi pilihan tepat untuk menyantap bubur nasi. Salah satu pilihan pencinta kuliner di Kota Semarang adalah Bubur Ayam Aie’, yang bisa ditemui di area Stadion Tri Lomba Juang. Sebuah mobil pikap dengan tenda semipermanen menjadi penanda keberadaan warung ini. Bubur ayam racikan Ratna Anindhita ini sudah ada sejak 17 tahun lalu.
”Saya usaha kuliner sudah lama, dimulai dari menjual soto, sop buntut, dan ayam goreng di rumah. Namun, usaha tersebut kurang laku,” ucap Bu Mentiek, begitu Ratna biasa disapa. Dia lantas rehat sejenak dari dunia kuliner, sembari sibuk menjalankan bisnis parsel. Kebiasaan berolahraga di lingkungan stadion, belakangan, mencetuskan ide berjualan bubur di pagi hari.
Di sinilah Bu Mentiek melihat peluang bisnis karena banyak masyarakat yang memanfaatkan stadion untuk berolahraga pagi. Seusai olahraga, mereka bisa mampir sarapan dulu sebelum pulang ke rumah. Maka dimulailah usaha berjualan bubur pada 24 April 1998. Satu mangkuk bubur ayam memang mudah ditemui di berbagai sudut kota, tapi topping-lah yang membedakan bubur ayam di sini dengan menu sejenis di tempat lain.
Penyajian berbeda menjadi daya tarik sajian tersebut. Isi bubur ayam buatan Bu Mentiek cukup banyak dan siap mengenyangkan perut. Bubur ayam mengandalkan kegurihan kaldu dan garam. ”Saya tidak menggunakan bahan pengawet agar masyarakat juga sehat ketika menikmati bubur,” ungkap ibu empat anak itu. Bu Mentiek membuat olahan sendiri untuk mendapatkan tekstur bubur yang tidak bikin eneg.
Memasak bubur ini tidak pernah diwakilkannya kepada orang lain agar kekentalan bubur pas dan enak disantap. ”Suatu hari pernah memasak bubur dipercayakan kepada orang lain. Ternyata hasilnya terlalu encer. Sejak saat itu, saya sendiri yang mengolah bubur,” katanya. Isi satu porsi bubur ayam Aie’ terdiri atas cakuew, seledri, sawi asin, daging ayam, bawang goreng, kacang tanah, teri, telur bacem, abon ayam, dan emping.
Variasi isi untuk memikat lidah para pencinta kuliner dengan cita rasa yang baru. Abon ayam merupakan produk buatan rumahan dengan mengandalkan kekuatan bumbu. Daging ayam bagian sayap disuwir kecil-kecil, lalu disangrai dengan gula pasir dan bawang putih. Abon ayam berwarna putih ini memberi efek gurih di lidah. Rasa asin sedikit menggelitik di mulut karena ada taburan teri goreng di sana.
Penambahan teri membuat rasa bubur semakin membaur, antara gurih dan asin. Secara keseluruhan, bubur ayam ini memberikan cita rasa gurih, asin, dan manis yang berasal dari kuahnya. Bubur ayam Aie’ bisa dinikmati setiap hari, kecuali Senin, mulai pukul 06.00 hingga 11.00 WIB. Harga satu porsi dibanderol Rp18.000. ”Variasi isinya yang membuat satu mangkuk bubur kami dipatok dengan harga tersebut,” kilah wanita kelahiran Jakarta, 26 Februari 1959 itu.
Sejumlah karyawan dari instansi pemerintah, perusahaan swasta, ataupun keluarga telah menjadi konsumen warung ini. Tak sedikit pula yang sudah menjadi pelanggan setia selama puluhan tahun. Keberagaman isi bubur menjadi daya pikat bagi salah seorang pengunjung, Eka Pramudya.
Pegawai negeri sipil di lingkungan kantor Pemprov Jawa Tengah tersebut menggemari teri goreng yang memberikan rasa asin di lidah. Perpaduan manis dan asin membuat bubur tidak eneg. ”Teri ini juga renyah saat digigit. Membuat santapan bubur terasa lain dari biasanya,” kata Eka.
Hendrati hapsari
Udara sejuk pagi hari masih menjadi pilihan tepat untuk menyantap bubur nasi. Salah satu pilihan pencinta kuliner di Kota Semarang adalah Bubur Ayam Aie’, yang bisa ditemui di area Stadion Tri Lomba Juang. Sebuah mobil pikap dengan tenda semipermanen menjadi penanda keberadaan warung ini. Bubur ayam racikan Ratna Anindhita ini sudah ada sejak 17 tahun lalu.
”Saya usaha kuliner sudah lama, dimulai dari menjual soto, sop buntut, dan ayam goreng di rumah. Namun, usaha tersebut kurang laku,” ucap Bu Mentiek, begitu Ratna biasa disapa. Dia lantas rehat sejenak dari dunia kuliner, sembari sibuk menjalankan bisnis parsel. Kebiasaan berolahraga di lingkungan stadion, belakangan, mencetuskan ide berjualan bubur di pagi hari.
Di sinilah Bu Mentiek melihat peluang bisnis karena banyak masyarakat yang memanfaatkan stadion untuk berolahraga pagi. Seusai olahraga, mereka bisa mampir sarapan dulu sebelum pulang ke rumah. Maka dimulailah usaha berjualan bubur pada 24 April 1998. Satu mangkuk bubur ayam memang mudah ditemui di berbagai sudut kota, tapi topping-lah yang membedakan bubur ayam di sini dengan menu sejenis di tempat lain.
Penyajian berbeda menjadi daya tarik sajian tersebut. Isi bubur ayam buatan Bu Mentiek cukup banyak dan siap mengenyangkan perut. Bubur ayam mengandalkan kegurihan kaldu dan garam. ”Saya tidak menggunakan bahan pengawet agar masyarakat juga sehat ketika menikmati bubur,” ungkap ibu empat anak itu. Bu Mentiek membuat olahan sendiri untuk mendapatkan tekstur bubur yang tidak bikin eneg.
Memasak bubur ini tidak pernah diwakilkannya kepada orang lain agar kekentalan bubur pas dan enak disantap. ”Suatu hari pernah memasak bubur dipercayakan kepada orang lain. Ternyata hasilnya terlalu encer. Sejak saat itu, saya sendiri yang mengolah bubur,” katanya. Isi satu porsi bubur ayam Aie’ terdiri atas cakuew, seledri, sawi asin, daging ayam, bawang goreng, kacang tanah, teri, telur bacem, abon ayam, dan emping.
Variasi isi untuk memikat lidah para pencinta kuliner dengan cita rasa yang baru. Abon ayam merupakan produk buatan rumahan dengan mengandalkan kekuatan bumbu. Daging ayam bagian sayap disuwir kecil-kecil, lalu disangrai dengan gula pasir dan bawang putih. Abon ayam berwarna putih ini memberi efek gurih di lidah. Rasa asin sedikit menggelitik di mulut karena ada taburan teri goreng di sana.
Penambahan teri membuat rasa bubur semakin membaur, antara gurih dan asin. Secara keseluruhan, bubur ayam ini memberikan cita rasa gurih, asin, dan manis yang berasal dari kuahnya. Bubur ayam Aie’ bisa dinikmati setiap hari, kecuali Senin, mulai pukul 06.00 hingga 11.00 WIB. Harga satu porsi dibanderol Rp18.000. ”Variasi isinya yang membuat satu mangkuk bubur kami dipatok dengan harga tersebut,” kilah wanita kelahiran Jakarta, 26 Februari 1959 itu.
Sejumlah karyawan dari instansi pemerintah, perusahaan swasta, ataupun keluarga telah menjadi konsumen warung ini. Tak sedikit pula yang sudah menjadi pelanggan setia selama puluhan tahun. Keberagaman isi bubur menjadi daya pikat bagi salah seorang pengunjung, Eka Pramudya.
Pegawai negeri sipil di lingkungan kantor Pemprov Jawa Tengah tersebut menggemari teri goreng yang memberikan rasa asin di lidah. Perpaduan manis dan asin membuat bubur tidak eneg. ”Teri ini juga renyah saat digigit. Membuat santapan bubur terasa lain dari biasanya,” kata Eka.
Hendrati hapsari
(ars)