KBRI Canberra Diteror
A
A
A
CANBERRA - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra, Australia kemarin menerima paket mencurigakan yang berisi serbuk putih.
Namun, KBRI, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, dan polisi Australia tidak mau mengaitkan pengiriman paket tersebut dengan pelaksanaan eksekusi mati terhadap dua warga Australia di Indonesia. Juru bicara (jubir) Kemlu Arrmanatha Nasir mengatakan, polisi setempat masih menyelidiki kasus itu, termasuk kandungan serbuk putih yang ada di dalam paket tersebut.
”Sampai saat ini (kemarin) paket yang diambil dari KBRI Canberra masih dianalisis otoritas terkait Australia,” ujar Arrmanatha kepada KORAN SINDO . Senada dengan Arrmanatha, jubir KBRI Canberra Ida Bagus Made Bimantara, mengatakan, kasus ini sepenuhnya diserahkan kepada polisi Australia. Menurut Bagus, KBRI menerima paket itu pada pagi kemarin waktu Australia.
”Saat itu pergerakan kami, para staf KBRI, juga dibatasi di beberapa area,” ujar Bagus, seperti dikutip Canberra Times. Polisi Australia mengatakan, beberapa area di KBRI harus steril saat pihaknya melakukan penyelidikan. Mereka dipanggil pihak KBRI pada pukul 10.45 waktu setempat. Menurut Bagus, aliran listrik di KBRI sempat terputus beberapa saat. Namun, itu kemudian dikonfirmasi tidak ada hubungannya dengan paket tersebut.
Otoritas keamanan Australia mengaku memiliki informasi yang minim mengenai kejadian itu. Meski Indonesia menjadi sorotan Australia sejak dua gembong narkoba Bali Nine, Andrew Chan, dan Myuran Sukumaran divonis eksekusi mati, polisi Australia mengatakan saat ini terlalu dini untuk mengeluarkan spekulasi. Australia serius dalam memenuhi perlindungan dan keamanan bagi diplomat politik Indonesia di sana.
Mereka tidak hanya mengirimkan polisi, tapi juga tim pemadam kebakaran dan perlindungan khusus yang menangani bahan-bahan berbahaya. Koordinasi ini diperlukan untuk meminimalisasi ihwal yang tidak diinginkan. Detektif Sersan Dave Turner mengatakan, situasi di KBRI stabil dan aman. Tidak ada staf KBRI yang dievakuasi atau perlu menjalani perawatan eksklusif. Dia mengonfirmasi paket berisi serbuk putih itu ditemukan di sebuah ruangan surat KBRI. Namun, dia tidak tahu siapa atau bagaimana paket tersebut bisa masuk.
”KBRI menghubungi kami setelah mereka menemukan paket yang menurut mereka mencurigakan,” kata Turner. ”Tidak ada staf KBRI yang kontak dengan paket tersebut. Penampilan paket itu sudah membuat mereka waspada. Kami tidak tahu apa isinya karena kekurangan informasi. Tapi, keamanan merupakan prioritas,” sambungnya.
Paket tersebut dibawa dengan menggunakan mobil kontainer ke Rumah Sakit (RS) Canberra yang bekerja khusus di bagian patologi untuk kepentingan analisis. Kepolisian setempat mengatakan, hasil dari pengujian itu akan bisa diketahui pada hari ini meski beberapa sumber mengatakan analisis itu bisa selesai dalam hitungan jam. Penemuan paket tersebut terjadi kurang dari sepekan setelah warga Canberra menggelar protes di luar kantor KBRI mengenai eksekusi mati Chan dan Sukumaran.
Turner mengatakan, motif di balik pengiriman paket tersebut juga akan masuk ke dalam penyelidikan polisi. ”Saat ini kami tidak punya informasi dan tidak bisa curiga begitu saja,” tandasnya. Lembaga pelayanan darurat Australia enggan memberikan rincian mengenai paket tersebut sebab itu urusan polisi. Saat penyelidikan, akses di Jalan Darwin, Yarralumla, Canberra ditutup sampai pukul 12.15. Staf KBRI kembali bekerja 15 menit kemudian. ”Saya pikir masalah ini ditangani dengan baik,” tutur Turner.
Sebelumnya Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Sydney, Australia, juga pernah diteror cairan merah mirip darah pada 2 Maret silam. ”Cairan ini cat yang jika dilihat sekilas mirip darah. Namun, berdasarkan identifikasi, cat ini tidak mengandung zat yang berbahaya,” kata polisi lokal. Saat itu teror tersebut juga dikaitkan dengan rencana eksekusi mati dua terpidana mati Bali Nine asal Australia tersebut.
Muh shamil
Namun, KBRI, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, dan polisi Australia tidak mau mengaitkan pengiriman paket tersebut dengan pelaksanaan eksekusi mati terhadap dua warga Australia di Indonesia. Juru bicara (jubir) Kemlu Arrmanatha Nasir mengatakan, polisi setempat masih menyelidiki kasus itu, termasuk kandungan serbuk putih yang ada di dalam paket tersebut.
”Sampai saat ini (kemarin) paket yang diambil dari KBRI Canberra masih dianalisis otoritas terkait Australia,” ujar Arrmanatha kepada KORAN SINDO . Senada dengan Arrmanatha, jubir KBRI Canberra Ida Bagus Made Bimantara, mengatakan, kasus ini sepenuhnya diserahkan kepada polisi Australia. Menurut Bagus, KBRI menerima paket itu pada pagi kemarin waktu Australia.
”Saat itu pergerakan kami, para staf KBRI, juga dibatasi di beberapa area,” ujar Bagus, seperti dikutip Canberra Times. Polisi Australia mengatakan, beberapa area di KBRI harus steril saat pihaknya melakukan penyelidikan. Mereka dipanggil pihak KBRI pada pukul 10.45 waktu setempat. Menurut Bagus, aliran listrik di KBRI sempat terputus beberapa saat. Namun, itu kemudian dikonfirmasi tidak ada hubungannya dengan paket tersebut.
Otoritas keamanan Australia mengaku memiliki informasi yang minim mengenai kejadian itu. Meski Indonesia menjadi sorotan Australia sejak dua gembong narkoba Bali Nine, Andrew Chan, dan Myuran Sukumaran divonis eksekusi mati, polisi Australia mengatakan saat ini terlalu dini untuk mengeluarkan spekulasi. Australia serius dalam memenuhi perlindungan dan keamanan bagi diplomat politik Indonesia di sana.
Mereka tidak hanya mengirimkan polisi, tapi juga tim pemadam kebakaran dan perlindungan khusus yang menangani bahan-bahan berbahaya. Koordinasi ini diperlukan untuk meminimalisasi ihwal yang tidak diinginkan. Detektif Sersan Dave Turner mengatakan, situasi di KBRI stabil dan aman. Tidak ada staf KBRI yang dievakuasi atau perlu menjalani perawatan eksklusif. Dia mengonfirmasi paket berisi serbuk putih itu ditemukan di sebuah ruangan surat KBRI. Namun, dia tidak tahu siapa atau bagaimana paket tersebut bisa masuk.
”KBRI menghubungi kami setelah mereka menemukan paket yang menurut mereka mencurigakan,” kata Turner. ”Tidak ada staf KBRI yang kontak dengan paket tersebut. Penampilan paket itu sudah membuat mereka waspada. Kami tidak tahu apa isinya karena kekurangan informasi. Tapi, keamanan merupakan prioritas,” sambungnya.
Paket tersebut dibawa dengan menggunakan mobil kontainer ke Rumah Sakit (RS) Canberra yang bekerja khusus di bagian patologi untuk kepentingan analisis. Kepolisian setempat mengatakan, hasil dari pengujian itu akan bisa diketahui pada hari ini meski beberapa sumber mengatakan analisis itu bisa selesai dalam hitungan jam. Penemuan paket tersebut terjadi kurang dari sepekan setelah warga Canberra menggelar protes di luar kantor KBRI mengenai eksekusi mati Chan dan Sukumaran.
Turner mengatakan, motif di balik pengiriman paket tersebut juga akan masuk ke dalam penyelidikan polisi. ”Saat ini kami tidak punya informasi dan tidak bisa curiga begitu saja,” tandasnya. Lembaga pelayanan darurat Australia enggan memberikan rincian mengenai paket tersebut sebab itu urusan polisi. Saat penyelidikan, akses di Jalan Darwin, Yarralumla, Canberra ditutup sampai pukul 12.15. Staf KBRI kembali bekerja 15 menit kemudian. ”Saya pikir masalah ini ditangani dengan baik,” tutur Turner.
Sebelumnya Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Sydney, Australia, juga pernah diteror cairan merah mirip darah pada 2 Maret silam. ”Cairan ini cat yang jika dilihat sekilas mirip darah. Namun, berdasarkan identifikasi, cat ini tidak mengandung zat yang berbahaya,” kata polisi lokal. Saat itu teror tersebut juga dikaitkan dengan rencana eksekusi mati dua terpidana mati Bali Nine asal Australia tersebut.
Muh shamil
(ars)