Raja Saudi Ganti Putra Mahkota

Kamis, 30 April 2015 - 10:00 WIB
Raja Saudi Ganti Putra Mahkota
Raja Saudi Ganti Putra Mahkota
A A A
RIYADH - Raja Arab Saudi Salman menunjuk Menteri Dalam Negeri Pangeran Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota. Pangeran Mohammed bin Nayef menggantikan Muqrin bin Abdul Aziz bin Saud, 69.

Raja Salman juga mencopot status putra mahkota dari Muqrin bin Abdul Aziz. Padahal, Muqrin menyandang status calon raja sejak Raja Abdul Aziz, pendiri Kerajaan Arab Saudi, masih hidup. Penggantian Muqrin dari posisi dan tugasnya sebagai putra mahkota merupakan pertama kalinya sejak negara itu berdiri pada 1932. Dengan demikian, Muqrin, saudara tiri Raja Salman, tidak diberi kesempatan untuk menjadi raja Saudi.

Pengumuman ini hanya sehari setelah Arab Saudi mengumumkan penangkapan 93 gerilyawan sejak akhir 2014. Penggantian putra mahkota diduga terkait semakin rentannya Saudi terhadap ancaman serangan gerilyawan, terutama Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Al-Qaeda.

Majunya Pangeran Mohammed bin Nayef juga dianggap sebagai figur yang mampu memperkuat dan menyolidkan keluarga Bani Saud yang mengalami friksi. ”Dia (Mohammed bin Nayef) mendapatkan jaminan untuk menjadi raja Saudi berikutnya,” kata sumber diplomat Barat yang enggan disebutkan namanya, dikutip AFP.

Posisi Pangeran Mohammed bin Nayef juga kuat dalam pemerintahan karena dia menjabat sebagai deputi perdana menteri, menteri dalam negeri, dan kepala dewan politik dan keamanan. ”Perubahan putra mahkota itu pergantian yang sangat bersejarah. Itu sebagai perubahan generasi yang nyata,” imbuhnya.

Raja Salman, 79, ingin menyiapkan generasi pemimpin masa depan Saudi. Dia mengetahui negaranya menghadapi tantangan dan ancaman baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Konflik yang berkembang di Timur Tengah juga dikhawatirkan akan berdampak terhadap Saudi.

Yaman semakin membara, Suriah masih berdarah, dan Irak yang terpecah menjadi permasalahan yang harus diantisipasi Raja Salman. Selain menunjuk Pangeran Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota, Raja Salman juga mempromosikan putra tunggalnya, Mohammed bin Salman, sebagai deputi putra mahkota. Pangeran Mohammed bin Salman akan menjadi kandidat kedua pengganti raja Saudi.

Mohammed bin Salman yang baru berusia 30 tahunan itu tetap menjabat sebagai menteri pertahanan. Dalam pernyataan Pengadilan Kerajaan, Pangeran Muqrin merupakan pihak yang menginginkan penggantian dirinya. ”Muqrin juga ikhlas dengan kehilangan posisinya sebagai putra mahkota,” demikian keterangan Pengadilan Kerajaan.

Selain itu, disebutkan bahwa Muqrin juga tidak lagi menjabat sebagai deputi perdana menteri di negara pengekspor minyak terbesar di dunia itu. ”Dia (Pangeran Muqrin) tetap sebagai tokoh yang sangat dihormati,” lanjut keterangan itu.

Penggantian Muqrin itu menjadikan Pangeran Mohammed bin Nayef sebagai generasi kedua yang pertama atau cucu Abdul Aziz yang akan menjadi raja Saudi pada masa mendatang. Pengunjukan Pangeran Mohammed bin Nayef juga menunjukkan ada soliditas kubu Sudayri di keluarga kerajaan yang dipimpin Raja Salman.

Pada masa kekuasaan mendiang Raja Abdullah, kubu keluarga Sudayri cenderung dikekang. Beberapa sumber diplomat mengatakan, penggantian Pangeran Muqrin bukan suatu yang mengejutkan. Muqrin tidak memiliki pengalaman sebagai menteri dan minim prestasi. Sedangkan penunjukan Pangeran Mohammed bin Salman menjadi deputi putra mahkota sebagai langkah pragmatis dan oportunis Raja Salman.

”Dia (Pangeran Mohammed bin Salman) tidak dapat melakukan apa pun (dalam pemerintahan),” kata sumber diplomat yang enggan disebutkan namanya. Raja Salman juga menunjuk Duta Besar Saudi untuk Amerika Serikat (AS) Adel Al-Jubeir, 53, sebagai menteri luar negeri (menlu). ”Jubeir menggantikan Pangeran Saud Al-Faisal yang tidak mampu melaksanakan tugasnya karena alasan kesehatan,” demikian bunyi dekrit Kerajaan Arab Saudi yang dirilis Kantor Berita Saudi, SPA .

Pangeran Saud menjabat menlu sejak 1975 dan dia menjadi menlu terlama di dunia. Meski demikian, dia bukan anggota keluarga kerajaan. Penunjukan Jubeir menunjukkan Saudi masih membutuhkan AS. Di bawah pemerintahan Raja Salam, Saudi mengadopsi kebijakan luar negeri yang cenderung keras. Riyadh memimpin koalisi negara Timur Tengah menyerang pemberontak Syiah di Yaman sejak akhir Maret lalu.

Raja Salman juga menunjuk Khalid al-Falih, CEO perusahaan minyak Saudi Aramco, sebagai menteri kesehatan. Falih menjadi CEO Aramco sejak 2009. Sedangkan Ali al-Naimi masih dipertahankan sebagai menteri perminyakan dan telah menjabat selama 20 tahun.

Andika hendra m
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3720 seconds (0.1#10.140)