Sempat Minder dan Malu, Irene Kini Motivator Anak Tunarungu

Kamis, 23 April 2015 - 09:32 WIB
Sempat Minder dan Malu,...
Sempat Minder dan Malu, Irene Kini Motivator Anak Tunarungu
A A A
Memiliki keterbatasan dan kelainan dibanding manusia normal lainnya bukanlah hal tidak diinginkan. Akibat menyandang kelainan itu, banyak penyandang cacat menjadi bahan ejekan dan mendapat perlakuan tidak menyenangkan dalam kehidupan sosialnya.

Itu juga pernah dirasakan Irena Cherry. Sejak dinyatakan mengidap tunarungu pada usia empat tahun, wanita kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 26 Maret 1988 itu selalu diejek teman-teman dan tetangga sekitar. ”Saya sering diejek temanteman normal lainnya. Saat itu saya malu sekali dan minder untuk bergaul. Saya sering menangis saat diejek karena sangat menyakitkan hati,” kata Irene, saat ditemui seusai menjadi juri di salah satu acara anak tunarungu di Semarang, beberapa waktu lalu.

Apalagi saat dirinya berangkat sekolah, Cherry selalu menjadi bahan ejekan teman-temannya. Meski awalnya sakit hati, dorongan semangat dari diri dan orang tuanya membuat Cherry mencoba tegar dan tetap bersemangat menjalani hidup. ”Apalagi, saya sekolah sejak TK hingga SMA di sekolah umum bersama teman-teman normal lain. Jadi, pasti saya akan dianggap aneh dan kadang sering diejek,” katanya tersenyum getir mengenang masa kecilnya yang pahit itu.

Namun, dari ejekan dan hinaan itu, Cherry tambah semangat dalam belajar. Ternyata hasilnya memuaskan. Selama bersekolah, dia selalu masuk empat besar siswa berprestasi. Pada 2014 gadis cantik yang memiliki hobi berenang dan jalan-jalan ini mengikuti ajang pemilihan Putri Tunarungu Indonesia di Jakarta.

Berbekal semangat dan kemampuan modeling, bahasa isyarat, dan menari, putri almarhum Harry Noto dan Tunik Haryanto ini berangkat ke Jakarta untuk mengikuti ajang itu. ”Saat itu saya hanya ingin menambah pengalaman dan menambah jaringan secara lebih luas,” ujar warga Kecamatan Semarang Barat itu.

Siapa sangka, kemampuan Cherry dalam berbagai ajang yang dilombakan itu menarik dewan juri. Akhirnya dia berhasil menyabet juara 2 Putri Tunarungu Indonesia 2014. ”Itu hal yang sangat membanggakan buat saya. Dengan gelar ini, saya ingin membuktikan kepada dunia bahwa orang berkebutuhan khusus juga dapat berprestasi,” ucapnya sambil berkaca. Setelah mendapatkan gelar itu, dia semakin percaya diri menjalani kehidupan.

Saat ini dia sering diundang menjadi pembicara atau juri untuk memotivasi anakanak berkebutuhan khusus lainnya dan orang tua mereka. ”Setiap diundang mengisi acara, saya selalu berpesan kepada anak-anak tunarungu agar terus belajar dan berkarya dengan kemampuan masingmasing. Saya ingin mengajak mereka optimistis dan semangat untuk menjadi anak berprestasi,” ujarnya.

Andika Prabowo
Kota Semarang
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0759 seconds (0.1#10.140)