Jembatan Kadigunung Ambrol Diterjang Banjir
A
A
A
KULONPROGO - Hujan deras pada Sabtu (18/4) sore telah merusak jembatan Kadigunung yang menghubungkan Desa Kalirejo dan Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap, Kulonprogo, Yogyakarta.
Bahu jembatan sepanjang 15 meter ini ambrol tergerus banjir sehingga jalan terputus total. Hujan deras yang mengguyur kawasan ini terjadi sejak sore hari. Menjelang petang air Sungai Kadigunung mulai meluap hingga menerjang fondasi jembatan yang dibangun awal 2014. Akibatnya, jembatan langsung ambrol. Luapan air Sungai Kadigunung meredam rumah warga.
Setidaknya ada 20 rumah warga di Hargomulyo yang terendam. ”Banjir ini paling parah karena ada kiriman air dari atas,” kata Sudrajat, warga Kadigunung. Menurutnya, saat kejadian dia sedang berada di dalam rumah. Dia dikejutkan dengan suara benturan keras dari arah jembatan.
Begitu keluar dia melihat jembatan sudah ambrol dan air menuju ke rumahnya yang hanya beberapa meter dari bantaran sungai. ”Banjir datangnya sangat cepat. Saya terpaksa membongkar dinding belakang agar airnya cepat surut,” ucapnya. Pasca banjir jelas tampak fondasi jembatan terlepas dari bahu jalan. Kondisinya bahkan agak miring.
Warga berharap pemerintah segera turun tangan memperbaikinya. Jembatan tersebut akses vital yang dilalui warga selama ini, yang mau berangkat ke sekolah sampai beraktivitas ekonomi lainnya. Jembatan ini dibangun dari bantuan pemerintah sebesar Rp90 juta.
Pembangunan jembatan ini menghabiskan dana lebih dari Rp200 juta dengan swadaya masyarakat. Petugas Tim Reaksi Cepat BPBD Heriyanto menyampaikan laporan kejadian bencana alam terjadi di dua desa yaitu Kalirejo dan Hargomulyo Kokap. Jembatan putus akibat banjir Sungai Kadigunung telah dikondisikan oleh warga setempat dengan kerja bakti.
Sementara di Kalirejo tanah longsor yaitu di Papak, Sangon, dan Plampang. Tanah longsor telah menutup akses jalan kabupaten. Namun, penanganannya perlu alat berat karena material longsoran cukup banyak. ”Di Plampang ada longsoran yang mengenai kamar mandi dan dapur milik Supriyanto,” jelasnya.
Kuntadi
Bahu jembatan sepanjang 15 meter ini ambrol tergerus banjir sehingga jalan terputus total. Hujan deras yang mengguyur kawasan ini terjadi sejak sore hari. Menjelang petang air Sungai Kadigunung mulai meluap hingga menerjang fondasi jembatan yang dibangun awal 2014. Akibatnya, jembatan langsung ambrol. Luapan air Sungai Kadigunung meredam rumah warga.
Setidaknya ada 20 rumah warga di Hargomulyo yang terendam. ”Banjir ini paling parah karena ada kiriman air dari atas,” kata Sudrajat, warga Kadigunung. Menurutnya, saat kejadian dia sedang berada di dalam rumah. Dia dikejutkan dengan suara benturan keras dari arah jembatan.
Begitu keluar dia melihat jembatan sudah ambrol dan air menuju ke rumahnya yang hanya beberapa meter dari bantaran sungai. ”Banjir datangnya sangat cepat. Saya terpaksa membongkar dinding belakang agar airnya cepat surut,” ucapnya. Pasca banjir jelas tampak fondasi jembatan terlepas dari bahu jalan. Kondisinya bahkan agak miring.
Warga berharap pemerintah segera turun tangan memperbaikinya. Jembatan tersebut akses vital yang dilalui warga selama ini, yang mau berangkat ke sekolah sampai beraktivitas ekonomi lainnya. Jembatan ini dibangun dari bantuan pemerintah sebesar Rp90 juta.
Pembangunan jembatan ini menghabiskan dana lebih dari Rp200 juta dengan swadaya masyarakat. Petugas Tim Reaksi Cepat BPBD Heriyanto menyampaikan laporan kejadian bencana alam terjadi di dua desa yaitu Kalirejo dan Hargomulyo Kokap. Jembatan putus akibat banjir Sungai Kadigunung telah dikondisikan oleh warga setempat dengan kerja bakti.
Sementara di Kalirejo tanah longsor yaitu di Papak, Sangon, dan Plampang. Tanah longsor telah menutup akses jalan kabupaten. Namun, penanganannya perlu alat berat karena material longsoran cukup banyak. ”Di Plampang ada longsoran yang mengenai kamar mandi dan dapur milik Supriyanto,” jelasnya.
Kuntadi
(ftr)