Aquino Tuding China Lakukan Agresi

Sabtu, 18 April 2015 - 11:14 WIB
Aquino Tuding China Lakukan Agresi
Aquino Tuding China Lakukan Agresi
A A A
MANILA - Presiden Filipina Benigno Aquino mengungkapkan, China menyebarkan teror dengan membangun landasan udara di Fiery Cross, Kepulauan Spratly, Laut China Selatan. Pembangunan itu dianggap Filipina sebagai agresi China.

”Agresi China di Laut China Selatan yang dipersengketakan bukan hanya menimbulkan masalah bagi negara di Asia Tenggara,” kata Aquino kemarin. ”Aksi yang dilakukan China di Spratly dapat memicu ketakutan dunia, dengan kemungkinan pecahnya konflik militer,” tuding Aquino. Presiden Filipina itu meminta seluruh negara di Asia harus memperhatikan aktivitas reklamasi besar-besaran yang dilakukan China.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asosiasi Negara- Negara Asia Tenggara pada akhir bulan ini, Aquino akan menyerukan penyusunan code of conduct yang akan mengatur tindakan berbagai negara di Laut China Selatan. Dia akan membujuk negara ASEAN lainnya untuk menekan China agar menghormati kedaulatan dan meredam ketegangan. China berhasil menyelesaikan pembangunan landasan udara pada pulau di wilayah persengketaan Laut China Selatan.

Itu terlihat jelas dari gambar citra satelit yang dirilis barubaru ini. Dikhawatirkan, ke depannya akan menimbulkan ketegangan di antara berbagai negara di Asia Tenggara. Wilayah Fiery Cross tak hanya daerah terumbu karang, China mulai melakukan proses reklamasi untuk mengubahnya menjadi pulau buatan pada akhir 2014.

Gambar satelit yang diambil minggu lalu oleh DigitalGlobe dan ditampilkan pada situs Pusat Kajian Internasional dan Strategis (CSIS) berbasis di Washington menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga panjang bandara telah selesai, di mana panjang landasan secara keseluruhan mencapai 3.110 meter. Dengan landasan seperti itu, China dapat menggunakan hampir semua jenis pesawat.

”Sebelum pengerjaan konstruksi ini dimulai, China kekurangan pengisian bahan bakar serta kemampuan untuk memasoknya untuk mencapai wilayah selatan dari Laut China Selatan,” demikian keterangan CSIS, dilansir AFP . Pada Rabu (15/4) jurnal pertahanan HIS melaporkan bahwa foto satelit yang diambil dari Airbus Defence and Space pada 23 Maret memperlihatkan wilayah dengan panjang lebih dari 500 meter dan lebar 50 meter.

Pemerintah Beijing menjuluki Fiery Cross dengan nama Yongshu, sementara Manila menamainya Kagitinan. Sedangkan, Vietnam menyebut Fiery Cross sebagai Da Chu Thap. Pemerintahan Vietnam, Filipina, dan Malaysia masingmasing telah menegaskan kepemilikan mereka terhadap wilayah Spratly.

Juru bicara Menteri Luar Negeri China Hong Lei kemarin mengatakan, pulau buatan China ini semata-mata hanya untuk mengembangkan wilayah dan terumbu karang di sekitarnya serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. ”Konstruksi semacam ini juga diperuntukkan bagi misi pencarian dan penyelamatan, perlindungan lingkungan, keamanan jalur pengirimanlaut, danpengamanan aktivitas kegiatan penangkapan ikan, ”ungkap Hong Lei.

Arvin
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6454 seconds (0.1#10.140)