Wujudkan Rumah Ilmu dan Manfaatnya

Minggu, 12 April 2015 - 11:03 WIB
Wujudkan Rumah Ilmu dan Manfaatnya
Wujudkan Rumah Ilmu dan Manfaatnya
A A A
Ketertarikan Imam Prasodjo untuk memiliki tempat tinggal di daerah Purwakarta, Jawa Barat, berawal dari keinginannya membangun sekolah yang keberadaannya masih minim di daerah tersebut.

Sejak 2002 Imam beserta masyarakat mulai bergotong-royong membangun berbagai fasilitas umum di sana. Bahkan bukan hanya sekolah, tapi juga lapangan sepak bola, kebun ilmu, saung sehat, dan sebagainya.

Banyaknya kegiatan yang dilakukan, membuat Imam akhirnya membangun sebuah rumah untuk mempermudah segala aktivitas kebersamaan. Rumah itu diberi nama Rumah Ilmu. Di rumah bergaya Aceh inilah Imam menjelaskan kepada KORAN SINDO apa yang membuatnya nyaman berada di rumah itu.

Berlokasi di Desa Cisarua, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Imam tertarik untuk membuat sebuah desa ilmu. Tetapi, Imam sadar, untuk mendukung segala aktivitasnya dalam mewujudkan desa ilmu, ia membutuhkan sebuah rumah. ”Awalnya saya tidur di dalam kelas sebuah sekolah yang kami bangun. Kemudian, saya merasa semakin lama butuh tempat tinggal permanen.

Akhirnya, dibangunlah rumah ini pada tahun 2006,” ujar sosiolog Universitas Indonesia ini. Rumah Ilmu dirancang oleh orang-orang Aceh. Mereka adalah para korban bencana tsunami Aceh. Imam mengatakan, sengaja mengajak orang-orang Aceh untuk belajar langsung bagaimana membuat rumah. ”Sehingga, jadilah rumah bergaya Aceh ini, yang selesai pada tahun 2009. Rumah ini menjadi percontohan. Selain itu, saya ingin menunjukkan sisi gotong-royong kepada orang Aceh tersebut,” katanya.

Rumah yang berdiri di atas tanah seluas sekitar 6.000 m2 itu dibangun berdampingan dengan SMPN 3 Tegalwaru dan SDN 2 Cisarua Purwakarta. Sekolah tersebut adalah beberapa contoh sekolah yang turut dibangun Imam dan masyarakat lain.

”Banyaknya kegiatan di Jakarta membuat saya hanya bisa berkunjung ke rumah ini ketika weekend, dari hari Jumat sampai Minggu. Sehari-hari rumah ini dihuni oleh guru-guru atau bidan,” tuturnya. Imam menambahkan, rumah ini dapat menjadi tempat pertemuan guru-guru atau komunitas masyarakat lain, bahkan mampu menampung hingga 50 orang sekaligus. Misalnya, rumah ini sering digunakan untuk rapat yang dilakukan rutin sebulan sekali. Tidak hanya itu, rumah ini juga sering digunakan untuk kegiatan diskusi nonformal lain.

”Kadang saya kedatangan turis mancanegara atau mahasiswa yang ikut menginap karena mereka ingin mengajar di sini. Sehingga, rumah ini saya katakan Rumah Ilmu,” ungkap Imam. Suami Gitayana Budiardjo ini bercerita, Rumah Ilmu sengaja dibuat dengan banyak celah terbuka, sehingga tampak seperti etalase karena didukung banyak jendela dan kaca.

”Sengaja dibuat terbuka supaya aktivitas di dalam rumah terlihat. Ada yang melihat rapat, kemudian ikut kumpul. Di ruangan ini semua bebas, kecuali kamar tidur saya,” ujarnya. Hal unik lain, Rumah Ilmu beratapkan bambu. Semakin cantik penampakannya di malam hari berkat dukungan lampu berwarna kuning. Untuk tata interior rumah, Imam membuatnya sendiri dan memanfaatkan barang-barang yang sudah ada. Contohnya, terdapat kursi pemberian Taufik Ismail.

Selain itu, ada juga meja yang sengaja dibuat multifungsi. ”Meja itu bisa jadi tempat tidur, kemudian jadi meja makan. Bahkan, bisa menjadi rak buku kalau didirikan,” ujarnya. Tidak jauh dari Rumah Ilmu, Imam juga membuat Kebun Ilmu. Di sanalah Imam ingin memberi contoh kepada masyarakat bagaimana bertani dan berkebun buah dan sayur. ”Masyarakat butuh contoh agar mereka dapat meniru dan memanfaatkan tanah di kawasan pertanian ini,” ujarnya.

Kebun Ilmu saat ini sudah ditanami berbagai macam buah dan sayur seperti pepaya, melon, buah naga, kacang panjang, hingga cabai. Bahkan, di Kebun Ilmu itu Imam juga membuat rumah yang akan berfungsi seperti Rumah Ilmu. Selain menciptakan Rumah Ilmu dan Kebun Ilmu, Imam membuat fasilitas perpustakaan dan Saung Sehat. Imam mengaku nyaman dan cocok dengan Rumah Ilmu. Bukan dinilai berdasarkan bentuknya, melainkan dari kehangatan semua pihak yang mengisi.

”Saya selalu kedatangan tamu dari berbagai komunitas. Saya merasa lebih berfungsi kalau di sini. Konsep rumah itu adalah tempat di mana kita bisa berbagi hati, menyatukan visi, dan berinteraksi dengan sesama,” tuturnya.

Dina angelina
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3657 seconds (0.1#10.140)