Yaman Memburuk, Ribuan Warga Mengungsi

Rabu, 08 April 2015 - 09:28 WIB
Yaman Memburuk, Ribuan...
Yaman Memburuk, Ribuan Warga Mengungsi
A A A
SANAA - Kecamuk perang di Yaman belum juga mereda. Pasukan koalisi negara Teluk yang dipimpin Arab Saudi terus membombardir wilayah-wilayah yang menjadi basis pasukan pemberontak Syiah Houthi.

Baku tembak terjadi hampir sepanjang malam. Perang berkepanjangan itu menjadikan lebih dari 100.000 warga telantar dan sedikitnya 600 orang tewas. Sanaa menjadi salah satu kota pertempuran paling sengit. Serangan udara yang dilancarkan koalisi kemarin menghancurkan sebagian gedung Komando Departemen Pertahanan Yaman.

Meski dihujani bom dan digempur habis-habisan, Houthi tetap menguasai kota itu. Banyak bangunan infrastruktur roboh dan saluran listrik yang mengalir ke 16 juta rumah terputus. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan agar kedua pihak saling menahan diri karena perang telah menimbulkan banyak korban.

UNICEF, badan PBB yang mengurusi anak-anak, menyatakan lebih dari 100.000 warga Yaman meninggalkan rumah dan memilih ke tempat aman. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. ”Evakuasi lebih banyak dilakukan dari wilayah al-Dhale, Abyan, Amran, Saada, dan Hajja. Warga Yaman yang telantar sebagian besar pindah ke kerabat mereka yang berada di luar zona perang,” ujar Juru Bicara UNICEF Rajat Madhok kepada Al Jazeera kemarin.

Dalam siaran pers yang diunggah di dalam situs resmi UNICEF, 74 anak yang terperangkap perang di Yaman sejak 26 Maret silam telah meninggal dunia dan 44 lainnya mengalami cacat. ”Kami yakin jumlah anak yang tewas dalam pertempuran di Yaman jauh lebih tinggi dari laporan yang bisa kami sampaikan,” demikian bunyi pernyataan UNICEF.

Julien Harneis, perwakilan dari UNICEF Yaman, mengatakan bahwa kekerasan terhadap anak tidak dapat ditolerir meski dalam konteks darurat perang. Mereka harus dilindungi. ”Sejalan dengan hukum kemanusiaan internasional, anakanak di Yaman harus segera diberikan perlindungan oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik,” tutur Harneis.

Pernyataan Harneis mengacu pada pertempuran sengit antara Houthi dan tentara pemerintah di bagian selatan Yaman. Sedikitnya 140 orang tewas dalam kurun waktu 24 jam dalam kontak senjata yang terjadi pada Senin (6/4) tersebut. Tak kurang dari 17 korban itu merupakan warga sipil.

Satu pesawat Komite Internasional Palang Merah (ICRC) yang membawa petugas kesehatan telah sukses mendarat di Sanaa pada Senin, kendati situasi masih sangat buruk. Meski demikian, mereka belum mampu menemukan pesawat pengangkut barang untuk mengantarkan persediaan obat-obatan ke Yaman.

”Situasi di Yaman masih sangat kritis. Konflik masih berlangsung intensif, terutama di wilayah Aden. Kami masih berusaha untuk menemukan pesawat kargo yang dapat membawa persediaan obat-obatan kami ke Sanaa,” kata Jabeen di Sanaa kemarin.

Pesawat kargo itu akan membawa 48 ton obat-obatan dari Djibouti, Republik Djibouti. Presiden Yaman Abdu Rabu Mansour Hadi yang digulingkan Houthi menelan beragam cemoohan atas serangan udara yang dilakukan koalisi. Pada Minggu (5/4), dia memecat Kepala Angkatan Darat Yaman Hussein Khairan. Namun, pemecatan itu tidak berpengaruh mengingat Khairan membelot dan menjadi menteri pertahanan Houthi.

Saat ini Hadi masih berlindung di Arab Saudi untuk bersembunyi dari musuh-musuhnya. Di Yaman, ratusan orang tewas dalam beberapa hari. Pertempuran selalu berakhir dengan puluhan nyawa di setiap hari. Pada Senin lalu, sedikitnya 50 orang meninggal di Pelabuhan Aden.

Di area itu, Houthi dan tentara loyal Hadi bertempur. Sejak koalisi melakukan serangan udara lebih dari sepekan yang lalu, sekitar 600 orang dilaporkan tewas. Ratusan orang juga terluka dan ratusan ribu telantar. Yaman menjadi medan perang juga bermula dari tindakan ekstrem Houthi yang sudah lama merasa terpinggirkan di negara mayoritas Sunni itu.

Mereka menggulingkan Hadi dari kursi kekuasaan dan merebut Sanaa. Hadi melarikan diri ke Aden pada Februari dan memindahkan pemerintahan ke salah satu kota terbesar di Yaman itu. Tentara yang loyal terhadap Hadi melakukan serangan balik dan berusaha mempertahankan Hadi.

Namun, mereka terdesak. Hadi akhirnya melarikan diri ke Arab Saudi pada Maret dan meminta bantuan militer. Saudi merespons permintaan itu dan akhirnya mengerahkan pasukan besar-besaran.

Muh shamil
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0643 seconds (0.1#10.140)