Memberdayakan Penyandang Tunagrahita
A
A
A
Siapa bilang anak muda tidak mampu berperan banyak dalam memajukan kehidupan bangsa? 30 mahasiswa yang tergabung di Paguyuban KSE (Karya Salemba Empat) Universitas Gadjah Mada (UGM) membuktikan sebaliknya.
Berbekal ilmu pengetahuan dari latar belakang fakultas yang berbeda-beda, para mahasiswa dibantu PT Indofood memberi berbagai program pemberdayaan yang meliputi peternakan dan pertanian. Antara lain peternakan ayam, lele, penanaman jahe merah dan pisang, serta biogas.
Melalui program tersebut, tenaga pengajar dan siswa Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus (SABK) Darma Putra, Yogyakarta, diajarkan mengenai cara-cara memelihara ternak dan membudidayakan tanaman yang mengarah pada kemandirian ekonomi penyandang tunagrahita.
Penanggung Jawab Program Pengabdian Masyarakat Paguyuban KSE UGM di SABK Darma Putra Wulan Fatimah Rahman mengatakan, SABK Darma Putra dipilih sebagai lokasi pemberdayaan karena tempatnya yang terpencil dan menjadi tujuan banyak penyandang tunagrahita dan anak berkebutuhan khusus yang ingin mengenyam pendidikan.
Hal itu diakui Kepala Sekolah SABK Darma Putra Sutarti mengaku program pemberdayaan mahasiswa sangat membantu. ”Misalnya penanaman jahe merah. Kini pengajar di SABK Darma Putra turut membudidayakan jahe merah di rumahnya masing-masing,” tambahnya Diakui Wulan, mulanya cukup susah untuk mengajak penyandang tunagrahita bekerja sama. ”Karena kami belum tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka,” katanya.
”Namun setelah melakukan beberapa pendekatan dan banyak diskusi dengan guru yang kompeten, kami sekarang lebih mudah untuk mengajak adek-adek bekerja sama. Kuncinya hanya satu, mereka harus diberi contoh terlebih dahulu,” tutur Wulan. Jumlah tenaga pengawas memang masih menjadi kendala dalam pelaksanaan program-program KSE UGM.
“Salah satu akibat kurangnya pengawasan adalah kebocoran saluran biogas akibat keingin tahuan salah satu peserta didik di SABK ini sehingga biogas belum dapat beroperasi kembali,” tambahnya. Jumlah peserta didik yang kian bertambah, juga memberi tantangan tersendiri.
“Ke depannya kami akan membuat kantin untuk memberdayakan peserta didik yang telah lulus agar kebutuhan untuk hidup mandiri secara ekonomi tetap dapat terfasilitasi,” ujar Janu Herjanto, Ketua Paguyuban KSE UGM. Janu mengaku merasa beruntung dapat melaksanakan program tersebut di SABK Darma Putra.
“Melalui kegiatan ini, kami diajarkan agar tidak menjadi mahasiswa biasa, melainkan menjadi mahasiswa yang berguna untuk masyarakat. Semoga program ini bisa menjadi program mandiri, baik bagi pihak SABK Darma Putra maupun warga sekitar,” tambah Janu.
Claudia Carla Sonia
Berbekal ilmu pengetahuan dari latar belakang fakultas yang berbeda-beda, para mahasiswa dibantu PT Indofood memberi berbagai program pemberdayaan yang meliputi peternakan dan pertanian. Antara lain peternakan ayam, lele, penanaman jahe merah dan pisang, serta biogas.
Melalui program tersebut, tenaga pengajar dan siswa Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus (SABK) Darma Putra, Yogyakarta, diajarkan mengenai cara-cara memelihara ternak dan membudidayakan tanaman yang mengarah pada kemandirian ekonomi penyandang tunagrahita.
Penanggung Jawab Program Pengabdian Masyarakat Paguyuban KSE UGM di SABK Darma Putra Wulan Fatimah Rahman mengatakan, SABK Darma Putra dipilih sebagai lokasi pemberdayaan karena tempatnya yang terpencil dan menjadi tujuan banyak penyandang tunagrahita dan anak berkebutuhan khusus yang ingin mengenyam pendidikan.
Hal itu diakui Kepala Sekolah SABK Darma Putra Sutarti mengaku program pemberdayaan mahasiswa sangat membantu. ”Misalnya penanaman jahe merah. Kini pengajar di SABK Darma Putra turut membudidayakan jahe merah di rumahnya masing-masing,” tambahnya Diakui Wulan, mulanya cukup susah untuk mengajak penyandang tunagrahita bekerja sama. ”Karena kami belum tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka,” katanya.
”Namun setelah melakukan beberapa pendekatan dan banyak diskusi dengan guru yang kompeten, kami sekarang lebih mudah untuk mengajak adek-adek bekerja sama. Kuncinya hanya satu, mereka harus diberi contoh terlebih dahulu,” tutur Wulan. Jumlah tenaga pengawas memang masih menjadi kendala dalam pelaksanaan program-program KSE UGM.
“Salah satu akibat kurangnya pengawasan adalah kebocoran saluran biogas akibat keingin tahuan salah satu peserta didik di SABK ini sehingga biogas belum dapat beroperasi kembali,” tambahnya. Jumlah peserta didik yang kian bertambah, juga memberi tantangan tersendiri.
“Ke depannya kami akan membuat kantin untuk memberdayakan peserta didik yang telah lulus agar kebutuhan untuk hidup mandiri secara ekonomi tetap dapat terfasilitasi,” ujar Janu Herjanto, Ketua Paguyuban KSE UGM. Janu mengaku merasa beruntung dapat melaksanakan program tersebut di SABK Darma Putra.
“Melalui kegiatan ini, kami diajarkan agar tidak menjadi mahasiswa biasa, melainkan menjadi mahasiswa yang berguna untuk masyarakat. Semoga program ini bisa menjadi program mandiri, baik bagi pihak SABK Darma Putra maupun warga sekitar,” tambah Janu.
Claudia Carla Sonia
(bbg)