Timur Tengah Tak Lepas Dirundung Konflik
A
A
A
Wilayah Timur Tengah terus bergejolak. Setelah sebelumnya dipantik oleh peristiwa ‘Revolusi Melati’ di Tunisia yang merembet ke negara-negara tetangganya, sejumlah negara Timur Tengah terus dihantam konflik berkepanjangan hingga saat ini. Yang terbaru, Yaman diambang perpecahan dan perang saudara akibat konflik.
*Timur Tengah Dan Gejolak
1.LIBYA
Pada 2012, puluhan negara yang tergabung dalam NATO dengan alasan menggulingkan kediktatoran menggempur Libya hingga porak-poranda. Presiden Moamar Qaddafi dinyatakan “tewas”. Pemerintahan (definitif) bubar. Pemerintah sementara tak digubris. Perampokan harta Qaddafi berkedok pembekuan aset-asetnya di luar negeri pun menjadi fenomena. Pergolakan senjata bermotif saling klaim SDA di internal negeri terus berlanjut. Libya kini ibarat ladang yang ditinggal pemiliknya, menjadi rebutan banyak orang. Libya berubah menjadi (failed state) negara gagal yang berantakan.
2.MESIR
Permasalahan politik di Mesir muncul setelah Mohamed Hosni Mubarak kembali terpilih untuk menjadi presiden. Pada akhir Januari 2011, rakyat Mesir menuntut presiden yang saat ini berkuasa Hosni Mubarak untuk meletakan jabatan. Selama 18 hari aksi demonstrasi besar-besaran terjadi di sana.
Akhirnya pada 11 Februari 2011, Hosni Mubarak resmi mengundurkan diri. Pengunduran diri itu disambut baik oleh rakyat dan dunia Internasional. Pada 4 Juli 2013, Panglima Angkatan Bersenjata Mesir Jenderal Abdel Fattah el Sisi mengumumkan adanya revolusi untuk mengamankan Mesir yang bertujuan menggulingkan kekuasaan Mohamed Morsi.
Kemudian pada 3 Juni 2014, kondisi politik Mesir mulai mereda setelah Komisi Pemilihan mengumumkan mantan Jenderal Mesir, Abdel Fattah el Sisi, terpilih menjadi presiden setelah menang dalam pemilu pada Mei 2014.
3.TUNISIA
Tumbangnya rezim Ben Ali yang pemerintahannya penuh korupsi dan represi, melahirkan proses demokratisasi di Tunisia. Sepeninggal rezim Ben Ali, Tunisia dibayangi masalah pekerjaan, peluang ekonomi dan konflik pemerintah Tunisia dengan militan Islam.
Pada Pemilu kedua Oktober 2014 lalu, Partai sekular Tunisia, Nida Tounes, memenangi lebih dari 85 kursi dalam pemilihan parlemen beranggota 217 orang. Beji Caid Essebsi, kandidat dari partai sekular Tunis, dinyatakan sebagai pemenang dalam Pilpres Tunisia Kemenangan politisi Tunisia yang berusia 88 tahun ini dikritisi akan menandai kembalinya kekuatan rezim sekular sebelum Arab Spring.
4.SURIAH
Suriah merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang memiliki permasalahan politik cukup panas. Perang saudara di sana sudah berlangsung selama tiga tahun. Konflik tersebut berlangsung pada Maret 2011 hingga Januari 2014, dan menimbulkan korban tewas hingga 136.227 orang.
5. IRAK
Sejak dikuasai Amerika Serikat pada 2003 dengan ditandai tumbangnya Rezim Saddam Hussein, wilayah Irak hingga saat ini terus dihantui konflik berkepanjangan antar kelompok. Konflik sektarian, salah satunya yang dilancarkan negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS) terus memporak-porandakan wilayah Irak meski hingga kini Irak sebenarnya telah memiliki pemerintahan sendiri dibawah seorang Perdana Menteri
6.YAMAN
Yaman, secara historis adalah negara yang berada dalam pengaruh Inggris. AS mulai kepincut menanamkan pengaruhnya di Yaman setelah menjadi otak dalam kudeta as-Salal tahun 1962. Pada 24 Februari 2012, Presiden Ali Abdullah Saleh resmi mundur dari jabatan Presiden Yaman.
Pihak oposisi kemudian menunjuk Wakil Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi untuk menggantikannya. Penunjukan Hadi sebagai Presiden Yaman langsung mendapat reaksi keras dari AQAP yang menuduhnya antek Amerika Serikat (AS). Ketidakstabilan politik di Yaman yang terjadi selama upaya penggulingan Ali Abdullah Saleh menjadi celah bagi kelompok pemberontak Houthi yang beraliran Syiah untuk coba merebut kekuasaan dari pemerintah.
7.BAHRAIN
Gejolak politik di Bahrain terjadi karena adanya perlawanan rakyat menuntut agar monarki Al-Khalifa mengembalikan kedaulatan konstitusi serta menjamin hak sosial politik bagi seluruh warga negara sebagai bentuk simpati terhadap gerakan oposisi Al-Wefaq terkait penangkapan salah satu pemimpinnya Sheikh Ali Salman. Pada demonstrasi besar-besaran pada 2011, pemerintah mengatakan bakal melakukan perubahan.
Nyatanya justru gelombang penangkapan maupun penjatuhan vonis mati terhadap warga sipil semakin meningkat. Rezim Al-Khalifa tidak rela melihat adanya persatuan lintas keyakinan yang berpotensi melemahkan legitimasinya sebagai penguasa Bahrain. Lewat politik adu domba, Al-Khalifa hendak menyesatkan umat Muslim internasional dan semakin mengipas-ngipasi perbedaan mazhab sebagai sumber ketegangan.
*Arab Spring
Konflik yang terjadi di Timur Tengah saat ini disebut-sebut tak bisa dilepaskan dari terjadinya fenomena “Arab Spring” di dunia Arab. Sebuah fenomena bergulirnya demokratisasi untuk menuntut perubahan yang ironisnya berujung pada konflik.
Foto-Foto : Istimewa/Grafis : Bobby Firmansyah
*Timur Tengah Dan Gejolak
1.LIBYA
Pada 2012, puluhan negara yang tergabung dalam NATO dengan alasan menggulingkan kediktatoran menggempur Libya hingga porak-poranda. Presiden Moamar Qaddafi dinyatakan “tewas”. Pemerintahan (definitif) bubar. Pemerintah sementara tak digubris. Perampokan harta Qaddafi berkedok pembekuan aset-asetnya di luar negeri pun menjadi fenomena. Pergolakan senjata bermotif saling klaim SDA di internal negeri terus berlanjut. Libya kini ibarat ladang yang ditinggal pemiliknya, menjadi rebutan banyak orang. Libya berubah menjadi (failed state) negara gagal yang berantakan.
2.MESIR
Permasalahan politik di Mesir muncul setelah Mohamed Hosni Mubarak kembali terpilih untuk menjadi presiden. Pada akhir Januari 2011, rakyat Mesir menuntut presiden yang saat ini berkuasa Hosni Mubarak untuk meletakan jabatan. Selama 18 hari aksi demonstrasi besar-besaran terjadi di sana.
Akhirnya pada 11 Februari 2011, Hosni Mubarak resmi mengundurkan diri. Pengunduran diri itu disambut baik oleh rakyat dan dunia Internasional. Pada 4 Juli 2013, Panglima Angkatan Bersenjata Mesir Jenderal Abdel Fattah el Sisi mengumumkan adanya revolusi untuk mengamankan Mesir yang bertujuan menggulingkan kekuasaan Mohamed Morsi.
Kemudian pada 3 Juni 2014, kondisi politik Mesir mulai mereda setelah Komisi Pemilihan mengumumkan mantan Jenderal Mesir, Abdel Fattah el Sisi, terpilih menjadi presiden setelah menang dalam pemilu pada Mei 2014.
3.TUNISIA
Tumbangnya rezim Ben Ali yang pemerintahannya penuh korupsi dan represi, melahirkan proses demokratisasi di Tunisia. Sepeninggal rezim Ben Ali, Tunisia dibayangi masalah pekerjaan, peluang ekonomi dan konflik pemerintah Tunisia dengan militan Islam.
Pada Pemilu kedua Oktober 2014 lalu, Partai sekular Tunisia, Nida Tounes, memenangi lebih dari 85 kursi dalam pemilihan parlemen beranggota 217 orang. Beji Caid Essebsi, kandidat dari partai sekular Tunis, dinyatakan sebagai pemenang dalam Pilpres Tunisia Kemenangan politisi Tunisia yang berusia 88 tahun ini dikritisi akan menandai kembalinya kekuatan rezim sekular sebelum Arab Spring.
4.SURIAH
Suriah merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang memiliki permasalahan politik cukup panas. Perang saudara di sana sudah berlangsung selama tiga tahun. Konflik tersebut berlangsung pada Maret 2011 hingga Januari 2014, dan menimbulkan korban tewas hingga 136.227 orang.
5. IRAK
Sejak dikuasai Amerika Serikat pada 2003 dengan ditandai tumbangnya Rezim Saddam Hussein, wilayah Irak hingga saat ini terus dihantui konflik berkepanjangan antar kelompok. Konflik sektarian, salah satunya yang dilancarkan negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS) terus memporak-porandakan wilayah Irak meski hingga kini Irak sebenarnya telah memiliki pemerintahan sendiri dibawah seorang Perdana Menteri
6.YAMAN
Yaman, secara historis adalah negara yang berada dalam pengaruh Inggris. AS mulai kepincut menanamkan pengaruhnya di Yaman setelah menjadi otak dalam kudeta as-Salal tahun 1962. Pada 24 Februari 2012, Presiden Ali Abdullah Saleh resmi mundur dari jabatan Presiden Yaman.
Pihak oposisi kemudian menunjuk Wakil Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi untuk menggantikannya. Penunjukan Hadi sebagai Presiden Yaman langsung mendapat reaksi keras dari AQAP yang menuduhnya antek Amerika Serikat (AS). Ketidakstabilan politik di Yaman yang terjadi selama upaya penggulingan Ali Abdullah Saleh menjadi celah bagi kelompok pemberontak Houthi yang beraliran Syiah untuk coba merebut kekuasaan dari pemerintah.
7.BAHRAIN
Gejolak politik di Bahrain terjadi karena adanya perlawanan rakyat menuntut agar monarki Al-Khalifa mengembalikan kedaulatan konstitusi serta menjamin hak sosial politik bagi seluruh warga negara sebagai bentuk simpati terhadap gerakan oposisi Al-Wefaq terkait penangkapan salah satu pemimpinnya Sheikh Ali Salman. Pada demonstrasi besar-besaran pada 2011, pemerintah mengatakan bakal melakukan perubahan.
Nyatanya justru gelombang penangkapan maupun penjatuhan vonis mati terhadap warga sipil semakin meningkat. Rezim Al-Khalifa tidak rela melihat adanya persatuan lintas keyakinan yang berpotensi melemahkan legitimasinya sebagai penguasa Bahrain. Lewat politik adu domba, Al-Khalifa hendak menyesatkan umat Muslim internasional dan semakin mengipas-ngipasi perbedaan mazhab sebagai sumber ketegangan.
*Arab Spring
Konflik yang terjadi di Timur Tengah saat ini disebut-sebut tak bisa dilepaskan dari terjadinya fenomena “Arab Spring” di dunia Arab. Sebuah fenomena bergulirnya demokratisasi untuk menuntut perubahan yang ironisnya berujung pada konflik.
- Arab Spring merupakan sebuah fenomena merebaknya revolusi demokrasi di dunia Arab. Peristiwa ini diawali oleh Tunisia pada sekitar pertengahan tahun 2010, kemudian merambah ke negara-negara lain, seperti Mesir, Suriah, dan Yaman hingga saat ini.
- Kebanyakan negara-negara di Arab memang tidak menerapkan nilai demokrasi secara terbuka, untuk itulah kebebasankebebasan rakyat dalam demokrasi seringkali lebih menarik daripada pemerintahan model kerajaan yang tertutup.
- Ekspresi kebebasan rakyat inilah yang menjadi daya tarik utama pada sistem demokrasi.
- Selain adanya daya tarik tersebut, demokratisasi dunia Arab juga didorong oleh beberapa faktor, diantaranya adalah praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang sangat kerap terjadi dalam model pemerintahan monarki autoritarianisme.
- Arab Spring secara implisit menjadi hal yang dapat dikaitkan dengan globalisasi ala negara-negara Barat, yang dimotori oleh Amerika Serikat.
Foto-Foto : Istimewa/Grafis : Bobby Firmansyah
(bbg)