Menu Khas Warisan Zaman Belanda
A
A
A
Siapa yang tidak kenal dengan Tip Top di Medan? Restoran dengan arsitektur khas zaman Belanda ini sudah sangat terkenal, tidak hanya bagi masyarakat setempat, tapi juga wisatawan dari luar Kota Medan.
Termasuk turis mancanegara, yang rutin datang ke sini demi bisa menikmati sajian yang sudah tercipta sejak dulu kala. Anda yang pernah berkunjung ke Tip Top, pasti tahu apa saja menu yang menjadi andalan di sana. Di restoran ini tersedia berbagai macam menu, mulai yang sifatnya light hingga makanan berat.
Termasuk, menu cake dan es krim, yang kelezatannya sudah terkenal karena menggunakan resep turun-temurun. Di kategori makanan berat, beberapa menu yang menjadi andalan adalah steak lidah sapi dan uitsmijter. Bahan utama kedua menu tersebut adalah lidah sapi. Menu yang pertama disebut diadopsi dari nama makanan Eropa, sedangkan menu satu lagi merupakan sajian asli Belanda yang namanya sejak dulu sampai sekarang masih dipertahankan demikian.
Hanya, yang membedakan keduanya adalah bumbu yang digunakan serta cara penyajiannya. Sesuai dengan namanya, steak lidah sapi mengambil bahan utama lidah sapi. Pengolahannya sama seperti menu steak pada umumnya. Disajikan di hot plate , sehingga konsumen bisa merasakan menu satu ini dalam keadaan panas. Sebagai side dish, ditambahkan pula kentang goreng dan garnish seperti tomat dan brokoli. Yang membedakan steakdi restoran ini adalah sausnya.
Di sini, semua elemen pembuatan saus diolah sendiri, mulai dari bumbu hingga proses memasak. Resepnya pun tidak berubah sejak tahun 1929. Ketika itu, restoran ini masih dikelola oleh Jangkie, sang pendiri Tip Top. Koes Kelana, generasi ketiga yang meneruskan usaha restoran ini mengatakan, saus dibuat dengan bumbu khas yang merupakan resep asli sejak awal restoran ini berdiri.
Pihaknya tidak pernah mengubah atau menambah apa pun dengan tujuan mempertahankan cita rasa. ”Sausnya bisa dipastikan berbeda dengan saus steak kebanyakan, karena merupakan racikan sendiri, bukan kemasan dan lain-lain. Resepnya juga sama dengan saus steak dari negara-negara Eropa, khususnya Belanda,” kata Koes kepada KORAN SINDO , belum lama ini. Begitu juga dengan uitsmijter.
Meskipun sama-sama berbahan utama lidah sapi, penyajiannya berbeda. Uitsmijter disajikan dengan roti dan telur mata sapi. Jadi, tampilannya seperti sandwich . ”Menu ini juga asli dari Belanda dan sudah ada sejak dulu. Selain steak lidah sapi, uitsmijter merupakan menu andalan restoran ini,” jelas Koes.
Pemilik restoran memang memegang prinsip mempertahankan semua yang sudah ada sejak dulu. Tidak ada niat untuk mengubahnya mengikuti perkembangan zaman, baik itu arsitektur restorannya, resep, maupun peralatan memasak yang tidak pernah diganti dengan peralatan memasak modern.
”Semua yang ada di sini kami pastikan merupakan peninggalan dari awal restoran ini berdiri. Tidak ada yang kami ganti, bahkan peralatan memasaknya. Jadi, jangan heran kalau di sini masih ada tungku memasak kue buatan zaman Belanda dulu,” ucapnya.
Bukan hanya itu, bumbu masak juga tidak disesuaikan dengan selera sekarang. Semuanya dipertahankan dengan cita rasa khas Western zaman dulu karena bagi si pemilik, akan lebih penting mempertahankan daripada mengubah yang sudah ada. Terlebih lagi pada menu es krim. Di sini masih ada es krim yang tidak bisa lagi ditemui di Eropa, padahal dulu resepnya diperoleh dari sana, yaitu moorkop .
Eskrim yang terdiri dari es dan roti dilumuri dengan slagroom ini membuat siapa pun penikmatnya akan ketagihan untuk merasakannya lagi.
Jelia amelida
Termasuk turis mancanegara, yang rutin datang ke sini demi bisa menikmati sajian yang sudah tercipta sejak dulu kala. Anda yang pernah berkunjung ke Tip Top, pasti tahu apa saja menu yang menjadi andalan di sana. Di restoran ini tersedia berbagai macam menu, mulai yang sifatnya light hingga makanan berat.
Termasuk, menu cake dan es krim, yang kelezatannya sudah terkenal karena menggunakan resep turun-temurun. Di kategori makanan berat, beberapa menu yang menjadi andalan adalah steak lidah sapi dan uitsmijter. Bahan utama kedua menu tersebut adalah lidah sapi. Menu yang pertama disebut diadopsi dari nama makanan Eropa, sedangkan menu satu lagi merupakan sajian asli Belanda yang namanya sejak dulu sampai sekarang masih dipertahankan demikian.
Hanya, yang membedakan keduanya adalah bumbu yang digunakan serta cara penyajiannya. Sesuai dengan namanya, steak lidah sapi mengambil bahan utama lidah sapi. Pengolahannya sama seperti menu steak pada umumnya. Disajikan di hot plate , sehingga konsumen bisa merasakan menu satu ini dalam keadaan panas. Sebagai side dish, ditambahkan pula kentang goreng dan garnish seperti tomat dan brokoli. Yang membedakan steakdi restoran ini adalah sausnya.
Di sini, semua elemen pembuatan saus diolah sendiri, mulai dari bumbu hingga proses memasak. Resepnya pun tidak berubah sejak tahun 1929. Ketika itu, restoran ini masih dikelola oleh Jangkie, sang pendiri Tip Top. Koes Kelana, generasi ketiga yang meneruskan usaha restoran ini mengatakan, saus dibuat dengan bumbu khas yang merupakan resep asli sejak awal restoran ini berdiri.
Pihaknya tidak pernah mengubah atau menambah apa pun dengan tujuan mempertahankan cita rasa. ”Sausnya bisa dipastikan berbeda dengan saus steak kebanyakan, karena merupakan racikan sendiri, bukan kemasan dan lain-lain. Resepnya juga sama dengan saus steak dari negara-negara Eropa, khususnya Belanda,” kata Koes kepada KORAN SINDO , belum lama ini. Begitu juga dengan uitsmijter.
Meskipun sama-sama berbahan utama lidah sapi, penyajiannya berbeda. Uitsmijter disajikan dengan roti dan telur mata sapi. Jadi, tampilannya seperti sandwich . ”Menu ini juga asli dari Belanda dan sudah ada sejak dulu. Selain steak lidah sapi, uitsmijter merupakan menu andalan restoran ini,” jelas Koes.
Pemilik restoran memang memegang prinsip mempertahankan semua yang sudah ada sejak dulu. Tidak ada niat untuk mengubahnya mengikuti perkembangan zaman, baik itu arsitektur restorannya, resep, maupun peralatan memasak yang tidak pernah diganti dengan peralatan memasak modern.
”Semua yang ada di sini kami pastikan merupakan peninggalan dari awal restoran ini berdiri. Tidak ada yang kami ganti, bahkan peralatan memasaknya. Jadi, jangan heran kalau di sini masih ada tungku memasak kue buatan zaman Belanda dulu,” ucapnya.
Bukan hanya itu, bumbu masak juga tidak disesuaikan dengan selera sekarang. Semuanya dipertahankan dengan cita rasa khas Western zaman dulu karena bagi si pemilik, akan lebih penting mempertahankan daripada mengubah yang sudah ada. Terlebih lagi pada menu es krim. Di sini masih ada es krim yang tidak bisa lagi ditemui di Eropa, padahal dulu resepnya diperoleh dari sana, yaitu moorkop .
Eskrim yang terdiri dari es dan roti dilumuri dengan slagroom ini membuat siapa pun penikmatnya akan ketagihan untuk merasakannya lagi.
Jelia amelida
(ars)