Longsor Terjang Kulonprogo

Senin, 23 Maret 2015 - 11:29 WIB
Longsor Terjang Kulonprogo
Longsor Terjang Kulonprogo
A A A
KULONPROGO - Sebuah rumah di Ngroto, Pendoworejo, Girimulyo, rusak parah diterjang material tebing yang ada di atasnya. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun akses jalan kabupaten tertutup parah.

Musibah tanah longsor di Ngroto merupakan musibah terbesar tahun ini di Kulonprogo. Tebing setinggi 20 meter dengan panjang 20 meter dan ketebalan 10 meter ambrol. Akibatnya, material tanah merusak rumah Sigit Pramono dan kandang ternak milik Parmi. Beruntung, saat musibah rumah Sigit dalam kondisi kosong karena penghuninya sedang menginap di rumah kakeknya. Sedangkan kandang Parmi juga dalam kondisi kosong. Orang tua Sigit, Tri Yuwono, mengatakan, musibah ini terjadi sekitar pukul 03.30 WIB.

Begitu mendengar suara gemuruh, dia bersama istri dan kedua cucunya langsung lari keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Begitu juga dengan keluarga Sandiono yang rumahnya berdekatan. ”Kami lari ketakutan. Saat keluar, material sudah mengenai rumah anak saya,” ujarnya. Luncuran material tanah juga cukup jauh dan lebih dari 100 meter. Longsoran ini juga menutup jalan kabupaten sepanjang 30 meter dengan ketebalan 2 meter.

Sedangkan rumah Sigit mengalami kerusakan cukup parah dan kerugian diperkirakan mencapai Rp50 juta. Camat Grimulyo Purwono mengatakan, musibah di Ngroto merupakan musibah paling besar. Selain itu juga ada 18 titik longsoran lainnya dan 11 di antaranya mengenairumahwarga. Sebagian rumah dindingnya retak. Longsoran juga menutup jalan. Di Kedungtawang bahkan ada tiga batu besar yang menutup akses jalan.

”Untuk yang mengenai rumah warga sudah tertangani. Tinggal yang di Ngroto,” kata Purwono. Menurut dia, untuk menangani pembersihan material yang menutup jalan butuh alat berat. Jika hanya menggunakan alat manual, tentu akan butuh waktu cukup lama, apalagi untuk memindahkan batu besar yang menutup jalan. Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD ) Kulonprogo Suhardiyana mengatakan, selain di Ngroto, musibah longsor juga mengenai rumah Slamet di Pedukuhan Gulu, Desa Giripurwo.

Sebagian dinding rumahnya rusak. BPBD juga telah menyalurkan bantuan logistik makanan dan peralatan untuk kerja bakti yang menimpa rumah. Untuk membuka akses jalan yang tertutup, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) karena memerlukan alat berat. ”Untuk membuka akses jalan di Ngroto, kami sudah minta bantuan alat berat ke DPU,” ujarnya. Ruas jalan di Ngroto, Pendoworejo, merupakan akses jalan utama untuk menghubungkan Pendoworejo dan Purwosari menuju Kecamatan Samigaluh. Akses jalan ini juga menuju ke wilayah Purworejo, Jawa Tengah.

”Karena akses jalan tertutup material longsoran, warga harus memutar sejauh lima kilometer,” sebutnya. Sementara di Karanganyar, Jawa Tengah, ratusan warga di Dusun Jambon, Desa Menjing, Kecamatan Jenawi, kembali mengungsi setelah tanah di wilayah setempat ambles lagi kemarin. Tiga rumah roboh dan belasan bangunan lain rusak. Kepala Desa Menjing Sudarmin mengatakan, peristiwa itu berlangsung sekitar pukul 13.00 WIB ketika hujan lebat turun sejak pagi.

Jumlah rumah yang rusak kemungkinan besar bertambah karena pergerakan tanah belum berhenti. Kondisi tanah diperkirakan masih labil mengingat hujan deras terus mengguyur sejak akhir pekan lalu. Warga mengungsi ke Balai Desa Menjing dan Gedung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jenawi. ”Melihat kerusakan kali ini, arah rekahan tanah menjalar ke timur,” kata Sudarmin.

Camat Jenawi Daryatmi mengatakan, seluruh warga yang terkena dampak tanah ambles telah diinstruksikan mengungsi ke tempat lebih aman, khususnya anak-anak, balita, dan lanjut usia. Mereka perlu dipindahkan karena pergerakan terus berlangsung hingga malam. Tercatat ada ratusan warga dari 54 keluarga yang mengungsi ke Balai Desa Menjing. Kondisi paling parah berada di RT 1, 2, dan 3 di RW VI Dusun Jambon.

Tiga rumah yang roboh sebelumnya retak pascarekahan yang berlangsung pertengahan Februari lalu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar dan para relawan berupaya menenangkan warga sebab kondisi mereka belum stabil pascaperistiwa tanah ambles. Mereka diminta tak meninggalkan lokasi pengungsian sebelum situasinya kembali normal. Kepala BPBD Karanganyar Nugroho mengatakan, lokasi tanah ambles semakin melebar dari kejadian beberapa waktu lalu.

”Lokasinya berbeda. Berada di seberang jalan dari lokasi lama, namun tidak jauh,” sebut Nugroho. Tercatat ada 254 warga yang mengungsi, termasuk korban yang dulu pernah diungsikan sebab tanah di tempat mereka juga ambles.

Kuntadi/ ary wahyu wibowo
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5313 seconds (0.1#10.140)