Riwayat Kota yang Tenggelam

Minggu, 22 Maret 2015 - 10:01 WIB
Riwayat Kota yang Tenggelam
Riwayat Kota yang Tenggelam
A A A
Jakarta adalah wilayah yang rentan banjir. Lokasinya tidak menguntungkan karena terletak di antara 13 daerah aliran sungai yang berpotensi membawa air dalam jumlah yang sangat besar. Diperkirakan, Jakarta akan tenggelam sampai dengan lima meter di bawah permukaan laut pada tahun 2050.

Pameran foto ItIts all about water menyampaikan pesan kebaikan sekaligus keganasan air.

Pameran yang digelar sejak 13 Maret dan akan berakhir 26 Maret mendatang di Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, Kuningan, Jakarta, ini banyak berisi tentang informasi, disertai peta-peta dan foto-foto dua zaman. Yakni zaman dahulu dan sekarang. Seolah informasi ini hendak menjawab berbagai pertanyaan terkait permasalahan banjir yang kerap mendera warga ibukota negara ini.

Pameran terdiri dari lima bagian. Bagian A menceritakan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan air, dimulai dengan nilai penting dari air, masamasa keemasan konstruksi infrastruktur air pada tahun 1870- 1930, pemasokan air, konstruksikonstruksi modern pertama di Jakarta, proses coba-coba yang dilakukan para ahli dan insinyur tata air dalam menghadapi permasalahan air di zaman dahulu, dan informasi tentang bendungan Katulampa.

Bagi penghuni Jakarta, ada informasi yang cukup menarik. Ternyata semenjak awal berdiri, Jakarta adalah wilayah yang rentan banjir. Mengapa? Sebab, lokasinya tidak menguntungkan karena berada di dataran rendah pesisir laut Jawa. Jakarta diketahui terletak di antara 13 daerah aliran sungai yang berpotensi membawa air dalam jumlah yang sangat besar sewaktu musim hujan tiba.

Potensi banjir juga disebabkan oleh Sungai Ciliwung. Sungai ini memiliki panjang 97 kilometer dengan daerah tangkapan air seluas 476 kilometer persegi yang memiliki hulu di gunung Mandalawangi di Kabupaten Bogor yang memiliki puncak tertinggi 3.002 meter di atas permukaan laut. Sungai ini mengalir ke arah utara dengan melewati Gunung Salak, Gunung Kendeng, dan Gunung Halimun.

Selama beabad-abad Ciliwung menyebabkan banjir di daerah hilir Jakarta. Karena itu, pada awal abad ke-20 suatu rencana besar-besaran dipersiapkan untuk melindungi kota dari banjir secara permanen. Pada saat itulah dibangun Katulampa, kompleks pintu air Manggarai, dan BKB.

Tak ketinggalan, berbagai foto seputar banjir ikut dipajang. Sejumlah orang membawa tas entah mau atau baru pulang dari aktivitas terlihat ikut naik di atas mobil derek agar bisa melewati ganasnya air banjir. Atau, pengendara motor yang harus menuntun motornya karena mogok akibat banjir yang “menelan” roda motor mereka.

Belum lagi tumpukan atau buangan sampah yang ada di mana-mana, menambah lengkap cerita dan derita akibat banjir. Lalu apa yang kurang? Sayangnya, tidak ada film dokumenter dan narasi yang diaplikasikan dalam layar kaca. Sehingga, pengunjung bisa langsung mendengar dan melihat tentang kompleksitas masalah air dan banjir di Jakarta.

Secara keseluruhan, pameran ini bisa meng-guide kita untuk bagaimana bersikap terhadap alam. Informasi tentang sejarah banjir, tantangan, dan apa yang semestinya kita lakukan sebagai manusia di muka bumi untuk alam, banyak dibeberkan di sini. Semoga ini menempa kita menjadi manusia yang lebih bersahabat dengan alam.

Bagian B berkisah tentang asal muasal dibangunnya kompleks pintu air Manggarai dan BKB. Kemudian, bagian C berisi informasi tentang program kilat yang diluncurkan Pemerintah Indonesia dan Belanda setelah banjir besar melanda pada tahun 1970. Pembangunan sistem pengaliran limpahan banjir di Cengkareng dengan membangun sebuah waduk.

Termasuk, waduk Pluit dan penjelasan tentang manfaat dan pentingnya Waduk Pluit. Di sini dibeberkan alasan yang cukup mengejutkan. Di situ terdapat perkiraan bahwa Jakarta Utara (Jakut) akan tenggelam sampai dengan 5 meter di bawah permukaan laut pada 2050. Mengapa bisa begitu? Karena, Jakut akan berada 5 meter di bawah rata-rata permukaan laut di sekitar tahun itu.

Tak heran, Jakut dikatakan sebagai kota yang tenggelam, karena setiap tahunnya rata-rata kecepatan penurunan muka tanah berkisar antara 7,5 sentimeter. Namun, ada wilayah pesisir yang muka tanahnya turun sampai 17 sentimeter atau bahkan lebih sebagai akibat pengambilan air tanah secara berlebihan.

Akibatnya, 40% wilayah Jakut sekarang berada di bawah permukaan laut. Karena itu, Jakarta pun meluncurkan proyek Revitalisasi Waduk Pluit. Adapun, di bagian D terdapat informasi tentang Banjir Kanal Timur (BKT). Lalu, dibahas pula tentang tantangan yang dihadapi Jakarta saat ini. Jakarta adalah kota delta dengan lebih dari 10 juta penduduk.

Diperkirakan, ada sekitar 2 juta orang dari daerahdaerah sekitarnya yang pulang dan pergi setiap hari dari dan menuju ke kota Jakarta. Wilayah metropolitan (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek) adalah megacity terbesar kedua di dunia, tempat tinggal bagi kurang lebih 28 juta jiwa yang berada di kota-kota satelit Jabodetabek tersebut.

Jakarta tercatat menjadi salah satu kota di dunia yang paling rentan terkena banjir. Bahkan, sekitar tahun 2025, diperkirakan sebanyak 13 sungai di Jakarta akan berhenti mengalir ke arah laut karena permukaan laut malah lebih tinggi dari permukaan sungai itu sendiri.

Jelas sekali bahwa Jakarta tengah mengalami tantangan yang hebat dalam bidang tata kelola air di tahun-tahun mendatang. Belum lagi masalah terkait urbanisasi dan kurangnya waduk, polusi, dan terjadinya sedimentasi. Semua ini menjadi pekerjaan rumah bagi otoritas terkait dan masyarakat yang menghuni Jakarta itu sendiri.

Di bagian ini disertakan juga beberapa tugas dan kewajiban yang harus kita lakukan seperti pengukuran dan pengamatan yang intens atas cuaca dan proses hidrologis. Kita juga diajak untuk peduli terhadap air bersih dan akan ditemui juga kesaksian Ibu Idjah, korban banjir di Jatinegara.

Terakhir, bagian E, menjabarkan tentang fenomena banjir yang bisa terjadi setiap saat dan setiap waktu. Informasi tentang tanggul laut pun ikut disertakan di sini. Begitu pula dengan informasi terkait kota yang tenggelam dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.

Susi susanti
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3608 seconds (0.1#10.140)