Tren Positif Jokowi Terus Menurun
A
A
A
JAKARTA - Kontroversi yang terus bermunculan sepanjang pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat persepsi positif masyarakat terhadap mantan Gubernur DKI Jakartatersebutterusmenurun.
Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Pengkajian Teknologi dan Informasi (LPTI) Pelataran Mataram bekerja sama dengan Lembaga Monitoring Data dan Analisis Kampanye Media Sosial AirMob, diketahui sepanjang dua bulan terakhir (Januari-Februari 2015) citra positif Presiden mencapai titik terendah hingga 51%. Padahal di periode yang sama sejumlah kementerian yang berada di bawah naungannya justru mendapatkan apresiasi cukup baik dari masyarakat.
Citra positif ini dilihat persepsi pengguna media sosial. Peneliti LPTI Pelataran Mataram, Husen Anyari, mengatakan penurunan persepsi positif Jokowi dikarenakan banyak isu negatif yang muncul di sekitarnya. Contoh yang terhangat adalah konflik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) vs Polri yang belum tuntas.
“KPK vs Polri ini yang menyedot perhatian masyarakat cukup besar hingga 25%, selanjutnya ada isu status hukum Budi Gunawan (BG) yang mencapai 24% serta kasus yang menjerat Ketua KPK nonaktif Abraham Samad sebesar 13%,” ujar Husen saat memaparkan hasil penelitiannya di Jakarta kemarin. Meski demikian hal sebaliknya justru terjadi di beberapa kementerian kabinet kerja yang mendapat penilaian positif dari masyarakat.
Contohnya Kementerian ESDM yang mendapat 70% persepsipositifmasyarakat, diikuti Kementerian Dalam Negeri 69%, Kementerian Perhubungan 68%, Kementerian Kelautan dan Perikanan 64%. “Itu artinya gebrakan di beberapa kementerian dipersepsikan positif oleh publik, tetapi tidak terasosiasi sebagai citra keberhasilan Jokowi sebagai presiden,” jelas Husen.
Husen mengatakan, metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghimpun kata kunci yang berkaitan dengan nama Jokowi melalui akun media sosial baik Twitter, Facebook maupun media online .
Selama dua minggu mesin pencari akan mengumpulkan pembicaraan, komentar, dan status yang berkaitan dengan nama tersebut dengan isu yang menyertainya. Peneliti dari AirMob, Nurfahmi Budi Prasetyo, mengatakan tergerusnya persepsi positif Jokowi dikarenakan mulai munculnya kekecewaan publik atas janji-janji politik yang tidak kunjung terealisasi. Utamanya bagi para relawan yang dulu begitu setia mendukungnya sebagai calon presiden.
“Para relawan ini merasa kehilangan dua isu besar yang pernah dikampanyekan Jokowi, yakni Indonesia akan menjadi poros maritim serta program revolusi mental,” ucapnya.
Dian ramdhani
Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Pengkajian Teknologi dan Informasi (LPTI) Pelataran Mataram bekerja sama dengan Lembaga Monitoring Data dan Analisis Kampanye Media Sosial AirMob, diketahui sepanjang dua bulan terakhir (Januari-Februari 2015) citra positif Presiden mencapai titik terendah hingga 51%. Padahal di periode yang sama sejumlah kementerian yang berada di bawah naungannya justru mendapatkan apresiasi cukup baik dari masyarakat.
Citra positif ini dilihat persepsi pengguna media sosial. Peneliti LPTI Pelataran Mataram, Husen Anyari, mengatakan penurunan persepsi positif Jokowi dikarenakan banyak isu negatif yang muncul di sekitarnya. Contoh yang terhangat adalah konflik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) vs Polri yang belum tuntas.
“KPK vs Polri ini yang menyedot perhatian masyarakat cukup besar hingga 25%, selanjutnya ada isu status hukum Budi Gunawan (BG) yang mencapai 24% serta kasus yang menjerat Ketua KPK nonaktif Abraham Samad sebesar 13%,” ujar Husen saat memaparkan hasil penelitiannya di Jakarta kemarin. Meski demikian hal sebaliknya justru terjadi di beberapa kementerian kabinet kerja yang mendapat penilaian positif dari masyarakat.
Contohnya Kementerian ESDM yang mendapat 70% persepsipositifmasyarakat, diikuti Kementerian Dalam Negeri 69%, Kementerian Perhubungan 68%, Kementerian Kelautan dan Perikanan 64%. “Itu artinya gebrakan di beberapa kementerian dipersepsikan positif oleh publik, tetapi tidak terasosiasi sebagai citra keberhasilan Jokowi sebagai presiden,” jelas Husen.
Husen mengatakan, metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghimpun kata kunci yang berkaitan dengan nama Jokowi melalui akun media sosial baik Twitter, Facebook maupun media online .
Selama dua minggu mesin pencari akan mengumpulkan pembicaraan, komentar, dan status yang berkaitan dengan nama tersebut dengan isu yang menyertainya. Peneliti dari AirMob, Nurfahmi Budi Prasetyo, mengatakan tergerusnya persepsi positif Jokowi dikarenakan mulai munculnya kekecewaan publik atas janji-janji politik yang tidak kunjung terealisasi. Utamanya bagi para relawan yang dulu begitu setia mendukungnya sebagai calon presiden.
“Para relawan ini merasa kehilangan dua isu besar yang pernah dikampanyekan Jokowi, yakni Indonesia akan menjadi poros maritim serta program revolusi mental,” ucapnya.
Dian ramdhani
(ars)