Presiden Putin Kian Tersudut
A
A
A
MOSKOW - Puluhan ribu demonstran turun ke jalanan di Moskow untuk menekan Presiden Rusia Vladimir Putin agar bertanggung jawab atas pembunuhan pemimpin oposisi Boris Nemtsov.
Demonstrasi itu membuat posisi Putin semakin tersudutkan dan memperburuk citranya sebagai seorang diktator. Demonstrasi anti-Putin menjadi salah satu aksi massa terbesar di Rusia sejak unjuk rasa anti-Kremlin pada 2011- 2012 yang menghadirkan 100.000 orang di jalanan.
Pengorganisasi massa menyebutkan, 70.000 orang menghadiri unjuk rasa yang digelar pada Minggu (1/3) waktu setempat, namun polisi memprediksi 21.000 demonstran. Mereka berkonvoi dari Lapangan Moskow menuju jembatan yang menjadi lokasi pembunuhan politisi 55 tahun pada Jumat malam lalu. ”Peluru itu ditujukan untuk kita,” demikian bunyi spanduk dalam unjuk rasa itu. ”Saya Boris”, ”Saya tidak takut!” dan ”Propaganda membunuh!” merupakan spanduk kecaman lain.
Selain itu, ada juga spanduk yang menuntut penghentian perang Ukraina. Alexander Akulin, teknisi yang berunjuk rasa bersama putranya, menuding pembunuhan Nemtsov sebagai ”pembunuhan politik”. ”Teror politik akan semakin intensif sekarang,” katanya, dilansir AFP. Pemerintah Rusia sebenarnya melarang demonstrasi di Moskow saat kubu oposisi yang mengajukan izin.
”Tetapi, pemerintah akhirnya memberikan izin karena demonstrasi itu bertujuan mengenang Nemtsov,” ujar pemimpin Partai Kebebasan Rakyat (PFP) Mikhail Kasyanov kepada CNN . Sekitar 6.000 demonstran juga berunjuk rasa di Saint Petersburg, kota terbesar kedua di Rusia. Mereka mengibarkan bendera Ukraina. ”Saya membawa bendera Ukraina karena dia (Nemstov) berjuang untuk mengakhiri perang Ukraina. Mereka membunuhnya karena perjuangannya,” ungkap pengunjuk rasa, Vsevolod Nelayev.
Bukan hanya di Rusia, demonstrasi mengenang Nemtsov dan mengecam Putin juga merembet di Eropa timur. Di Warsawa dan Praha, pengunjuk rasa menyalahkan lilin di depan foto Nemtsov. Di Budapest, demonstran meletakkan bunga di luar Kedutaan Besar Rusia. Di Vilnius, ibu kota Lithuania, sekitar 400 orang juga berdemonstrasi mengecam Putin. Kemudian di Kiev, puluhan orang berkumpul di Lapangan Kemerdekaan, pusat ketegangan Ukraina tahun lalu.
Pemerintah Ukraina bergerak cepat dengan menahan beberapa tokoh pro-Moskow agar unjuk rasa tidak berdampak besar. Selama ini Kiev bersitegang dengan Moskow karena intervensi Rusia di Ukraina timur dan pencaplokan Krimea. Sementara itu, puluhan demonstran menggelar aksi anti- Putin di Gedung Perwakilan Rusia untuk Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) di New York pada Minggu (1/3) lalu.
Mereka mengecam pembunuhan Nemtsov. Sebagian demonstran yang merupakan warga keturunan Rusia dan Ukraina itu membawa berbagai spanduk bertuliskan kecaman terhadap Putin. ”Epidemi Putin Abad 21” dan ”Hentikan Diktator Putin - Hentikan Pembunuhan”, demikian bunyi spanduk para pengunjuk rasa. Dimitry Smelansky, 50, teknisi asal Boston, juga mengecam pembunuhan Nemstov.
”Putin telah menciptakan iklim kebencian di Rusia,” katanya kepada Reuters. Selain itu, dia mengatakan, banyak warga keturunan Rusia yang ingin bergabung dengan demonstrasi anti-Putin, tetapi mereka khawatir dengan keselamatan keluarga dan kerabat mereka di Moskow. Kekhawatiran yang sama juga diungkapkan Igor, pakar internet berkewarganegaraan ganda Rusia-AS.
”Jika mereka mengetahui saya berdemonstrasi, saya yakin mereka akan menemukan dan membuat keluarga saya dan teman-teman saya hidup seperti di neraka atau lebih buruk,” sebutnya. Mengenai pembunuhan Nemtsov, Igor mengutarakan, itu hanya satu dari serangkaian pembunuhan yang direncanakan Pemerintah Rusia. Seiring tekanan untuk menyelidiki pembunuhan Nemtsov, Rusia menggelar investigasi atas perintah langsung Presiden Putin.
Mereka memeriksa saksi kunci, Anna Duritskaya, model asal Ukraina berusia 23. Duritskaya bersama Nemtsov saat penembakan terjadi. Selanjutnya komite penyelidikan juga menawarkan hadiah senilai USD49.000 atau Rp634,93 juta bagi siapa saja yang mampu memberikan informasi tentang identitas pembunuh Nemtsov.
Andika hendra m
Demonstrasi itu membuat posisi Putin semakin tersudutkan dan memperburuk citranya sebagai seorang diktator. Demonstrasi anti-Putin menjadi salah satu aksi massa terbesar di Rusia sejak unjuk rasa anti-Kremlin pada 2011- 2012 yang menghadirkan 100.000 orang di jalanan.
Pengorganisasi massa menyebutkan, 70.000 orang menghadiri unjuk rasa yang digelar pada Minggu (1/3) waktu setempat, namun polisi memprediksi 21.000 demonstran. Mereka berkonvoi dari Lapangan Moskow menuju jembatan yang menjadi lokasi pembunuhan politisi 55 tahun pada Jumat malam lalu. ”Peluru itu ditujukan untuk kita,” demikian bunyi spanduk dalam unjuk rasa itu. ”Saya Boris”, ”Saya tidak takut!” dan ”Propaganda membunuh!” merupakan spanduk kecaman lain.
Selain itu, ada juga spanduk yang menuntut penghentian perang Ukraina. Alexander Akulin, teknisi yang berunjuk rasa bersama putranya, menuding pembunuhan Nemtsov sebagai ”pembunuhan politik”. ”Teror politik akan semakin intensif sekarang,” katanya, dilansir AFP. Pemerintah Rusia sebenarnya melarang demonstrasi di Moskow saat kubu oposisi yang mengajukan izin.
”Tetapi, pemerintah akhirnya memberikan izin karena demonstrasi itu bertujuan mengenang Nemtsov,” ujar pemimpin Partai Kebebasan Rakyat (PFP) Mikhail Kasyanov kepada CNN . Sekitar 6.000 demonstran juga berunjuk rasa di Saint Petersburg, kota terbesar kedua di Rusia. Mereka mengibarkan bendera Ukraina. ”Saya membawa bendera Ukraina karena dia (Nemstov) berjuang untuk mengakhiri perang Ukraina. Mereka membunuhnya karena perjuangannya,” ungkap pengunjuk rasa, Vsevolod Nelayev.
Bukan hanya di Rusia, demonstrasi mengenang Nemtsov dan mengecam Putin juga merembet di Eropa timur. Di Warsawa dan Praha, pengunjuk rasa menyalahkan lilin di depan foto Nemtsov. Di Budapest, demonstran meletakkan bunga di luar Kedutaan Besar Rusia. Di Vilnius, ibu kota Lithuania, sekitar 400 orang juga berdemonstrasi mengecam Putin. Kemudian di Kiev, puluhan orang berkumpul di Lapangan Kemerdekaan, pusat ketegangan Ukraina tahun lalu.
Pemerintah Ukraina bergerak cepat dengan menahan beberapa tokoh pro-Moskow agar unjuk rasa tidak berdampak besar. Selama ini Kiev bersitegang dengan Moskow karena intervensi Rusia di Ukraina timur dan pencaplokan Krimea. Sementara itu, puluhan demonstran menggelar aksi anti- Putin di Gedung Perwakilan Rusia untuk Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) di New York pada Minggu (1/3) lalu.
Mereka mengecam pembunuhan Nemtsov. Sebagian demonstran yang merupakan warga keturunan Rusia dan Ukraina itu membawa berbagai spanduk bertuliskan kecaman terhadap Putin. ”Epidemi Putin Abad 21” dan ”Hentikan Diktator Putin - Hentikan Pembunuhan”, demikian bunyi spanduk para pengunjuk rasa. Dimitry Smelansky, 50, teknisi asal Boston, juga mengecam pembunuhan Nemstov.
”Putin telah menciptakan iklim kebencian di Rusia,” katanya kepada Reuters. Selain itu, dia mengatakan, banyak warga keturunan Rusia yang ingin bergabung dengan demonstrasi anti-Putin, tetapi mereka khawatir dengan keselamatan keluarga dan kerabat mereka di Moskow. Kekhawatiran yang sama juga diungkapkan Igor, pakar internet berkewarganegaraan ganda Rusia-AS.
”Jika mereka mengetahui saya berdemonstrasi, saya yakin mereka akan menemukan dan membuat keluarga saya dan teman-teman saya hidup seperti di neraka atau lebih buruk,” sebutnya. Mengenai pembunuhan Nemtsov, Igor mengutarakan, itu hanya satu dari serangkaian pembunuhan yang direncanakan Pemerintah Rusia. Seiring tekanan untuk menyelidiki pembunuhan Nemtsov, Rusia menggelar investigasi atas perintah langsung Presiden Putin.
Mereka memeriksa saksi kunci, Anna Duritskaya, model asal Ukraina berusia 23. Duritskaya bersama Nemtsov saat penembakan terjadi. Selanjutnya komite penyelidikan juga menawarkan hadiah senilai USD49.000 atau Rp634,93 juta bagi siapa saja yang mampu memberikan informasi tentang identitas pembunuh Nemtsov.
Andika hendra m
(ars)