Gang Gloria, Spot Kuliner Khas Tionghoa

Sabtu, 21 Februari 2015 - 11:30 WIB
Gang Gloria, Spot Kuliner...
Gang Gloria, Spot Kuliner Khas Tionghoa
A A A
Kuliner tidak hanya berbicara tentang rasa. Kuliner mengisahkan kebudayaan dan tradisi. Menikmati makanan dan minuman bersama keluarga menjadi kegiatan yang menyenangkan dalam memperingati hari raya, terutama Imlek.

Seperti di Gang Gloria, kawasan Glodok, yang selalu diserbu warga Tionghoa setiap harinya yang mencari kuliner khas Tionghoa. Segala jenis makanan tradisional yang lezat, bergizi, sekaligus berkhasiat menyehatkan tubuh tersedia di spot kuliner ini. Pertama, langkahkan kaki ke Kedai Kari Lam milik Koh Akiong.

Kedai yang berada di pertigaan ujung Gang Gloria ini menyediakan menu sup kari ayam. Terdapat dua sajian menu seperti daging ayam dan sapi dengan kuah santan kelapa yang sudah dicampur susu dan bumbu dapur. Berdiri sejak 1973, Kari lam sangat akrab di telinga warga Tionghoa.

Hanya dengan merogoh kocek Rp36.000, pengunjung bisa menikmati kari lam satu porsi. Kedua, ada Kedai Soto Betawi Afung. Kedai soto yang berdiri sejak 1982 ini hanya berjarak beberapa meter dari kedai Kari Lam. Soto Betawi Afung menyajikan menu pilihan seperti daging, urat, babat, dan kikil.

Pengunjung akan diberi tambahan ekstra kenikmatan dari sumsum sapi yang jadi ciri khas Soto Betawi Afung. “Kalau soto betawi asli tidak pakai sumsum,” ujar seorang pelayan kedai. Cita rasa yang gurih dan lezat satu padan dengan harga Rp45.000 per porsi. Selanjutnya, mampir juga ke Kedai Pi Oh Tim.

Sejak 25 tahun lalu Daniel si pemilik membuka kedai makan di Gang Gloria. Menu utama masakan khas Tionghoa ini berupa olahan daging kura-kura atau penyu. Daging penyu berupa paha, kaki, dada yang sudah direbus disajikan bersama kuah dan nasi. Pi oh timmemiliki khasiat karena mengandung obat-obatan tradisional China.

Obat-obatan digiling kemudian diolah bersama jahe dan bumbu dapur lainnya. Khasiat pi oh timdapat menyembuhkan penyakit kulit seperti gatal-gatal. Selain itu mampu mengobati sakit paru-paru. Harganya hanya Rp40.000 per porsi dengan rasa asin dan manis. Masakan khas Tionghoa lainnya, tentu saja bektim dan sekba. Bektimdan sekba merupakan paduan menu dari kuah dan daging babi.

Daging babi seperti paruparu, usus kecil, usus besar, kuping, kaki, pipi sampai lidah dipotong dan direbus. “Uniknya kuahnya dari tauco yang dicampur tekap, bibimoyongdan bumbu dasar lainnya. Rasanya manis dan asin,” kata Koh Heri, pedagang bektimdan sekba. Harga daging dipatok per potong. “Harganya macam-macam, dari Rp5.000 sampai Rp15.000 per potong daging,” sebutnya.

Pada masakan ini, paru-paru dihargai Rp5.000, kemudian kaki, hidung, dan kuping dihargai Rp10.000, sedangkan usus besar samcandan paha seharga Rp15.000. Menu daging ini biasa disaji bersama nasi. ”Biasanya pengunjung membeli paket komplet seperti usus, paru-paru, kuping, lidah, kentang, dan sayur asin berupa tahu, kentang seharga Rp175.000,” tutur pria generasi ketiga di keluarganya ini.

Hadi Setioko
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0910 seconds (0.1#10.140)