Penyanderaan di Penjara Taiwan Berakhir Tragis
A
A
A
TAIPEI - Drama penyanderaan tiga petugas Lapas Kaohsiung Selatan, Taiwan oleh enam tahanan berakhir kemarin. Setelah para penyandera terpojok dan tuntutan mereka tidak dipenuhi polisi, enam pelaku penyanderaan itu bunuh diri.
Enam penyandera merupakan tahanan di lapas tersebut. Semua sandera, termasuk Sipir Chen Shih-chih dan Kepala Penjaga Lapas Wang Shih-tsang, berhasil keluar dari lapas dengan selamat.
“Sandera aman, sementara enam tahanan melakukan bunuh diri dengan menggunakan senjata api,” ujar Wakil Menteri Hukum Taiwan Chen Ming-tang, dikutip Channel News Asia . Sebanyak 250 petugas keamanan bersenjata lengkap dikerahkan untuk mengepung Lapas Kaohsiung Selatan karena para tahanan yang melakukan penyanderaan tersebut kabur membobol ruang senjata.
Enam tahanan itu merampas empat pucuk senjata laras panjang dan enam pistol. Sesaat setelah itu, mereka menyandera tiga staf yang sedang berjaga. Sejak Rabu (11/2) pukul 21.00 waktu setempat, situasi di Lapas Kaohsiung Selatan semakin tegang karena pelaku penyanderaan mulai melepaskan beberapakalitembakankeudara. Tembakan itu menjadi peringatan bahwa ancaman mereka serius. Pelaku penyanderaan sepakat melakukan barter antara staf senior dan pemimpin tahanan.
Enam tahanan itu tersangkut beragam kasus kriminal, termasuk di antaranya pembunuhan, perampokan, dan narkoba. Pemimpin kelompok itu diidentifikasi polisi bernama Cheng Liteh, anggota senior Bamboo Union Gang. Cheng divonis hukuman penjara selama 28 tahun sejak Agustus 2012 atas kasus pembunuhan.
Cheng mengatakan, vonis yang dijatuhkan hakim kepada dirinya dan rekan-rekannya tidak adil. Dia juga mempertanyakan pemberian izin pembebasan terhadap mantan Presiden Chen Shui-bian yang dipenjara 20 tahun atas kasus narkoba dengan alasan perawatan kesehatan bulan lalu. “Itu jelas tidak adil,” ujar Cheng, dilansir United Daily News . Ming-tang tidak memberikan komentar mengenai kritik Cheng.
Saat itu dia fokus menyelamatkan tiga sandera dengan melakukan pendekatan persuasif. Namun, di sisi yang lain, dia juga tidak ingin tahanan kabur. “Negosiasi kami lakukan. Mereka ingin meninggalkan lapas dari pintu samping,” katanya pada pukul 23.00. Pihak keamanan juga meminta bantuan dari keluarga dan teman dekat tahanan.
Lee Rong-tsung, mantan konsul Konsil Kaohsiung yang mengenal salah satu tahanan, mengatakan, dirinya telah diminta polisi untuk berbicara dengan tahanan untuk mengetahui keinginan mereka. “Mereka protes bahwa vonis yang mereka terima terlalu lama,” sebutnya.
Polisi mendengar keluhan itu dengan baik. Keluarga tahanan juga melakukan hal yang sama agar skenario terburuk tidak terjadi. Mereka meminta para tahanan menyerah dan menghentikan penyanderaan. Namun, upaya itu gagal. Sebaliknya, permintaan mobil para tahanan untuk kabur juga tidak dipenuhi polisi. Presiden Taiwan Ma Yingjeo mengutuk penyanderaan ini dan meminta Kementerian Hukum melakukan reformasi penjara pekan ini.
“Aksi ini tidak dapat diterima,” kata Ying-jeo, dilansir Scmp . Meski demikian, dia menyesalkan negosiasi tidak membuahkan hasil positif dan mengucapkan belasungkawa terhadap keluarga tahanan.
Muh shamil
Enam penyandera merupakan tahanan di lapas tersebut. Semua sandera, termasuk Sipir Chen Shih-chih dan Kepala Penjaga Lapas Wang Shih-tsang, berhasil keluar dari lapas dengan selamat.
“Sandera aman, sementara enam tahanan melakukan bunuh diri dengan menggunakan senjata api,” ujar Wakil Menteri Hukum Taiwan Chen Ming-tang, dikutip Channel News Asia . Sebanyak 250 petugas keamanan bersenjata lengkap dikerahkan untuk mengepung Lapas Kaohsiung Selatan karena para tahanan yang melakukan penyanderaan tersebut kabur membobol ruang senjata.
Enam tahanan itu merampas empat pucuk senjata laras panjang dan enam pistol. Sesaat setelah itu, mereka menyandera tiga staf yang sedang berjaga. Sejak Rabu (11/2) pukul 21.00 waktu setempat, situasi di Lapas Kaohsiung Selatan semakin tegang karena pelaku penyanderaan mulai melepaskan beberapakalitembakankeudara. Tembakan itu menjadi peringatan bahwa ancaman mereka serius. Pelaku penyanderaan sepakat melakukan barter antara staf senior dan pemimpin tahanan.
Enam tahanan itu tersangkut beragam kasus kriminal, termasuk di antaranya pembunuhan, perampokan, dan narkoba. Pemimpin kelompok itu diidentifikasi polisi bernama Cheng Liteh, anggota senior Bamboo Union Gang. Cheng divonis hukuman penjara selama 28 tahun sejak Agustus 2012 atas kasus pembunuhan.
Cheng mengatakan, vonis yang dijatuhkan hakim kepada dirinya dan rekan-rekannya tidak adil. Dia juga mempertanyakan pemberian izin pembebasan terhadap mantan Presiden Chen Shui-bian yang dipenjara 20 tahun atas kasus narkoba dengan alasan perawatan kesehatan bulan lalu. “Itu jelas tidak adil,” ujar Cheng, dilansir United Daily News . Ming-tang tidak memberikan komentar mengenai kritik Cheng.
Saat itu dia fokus menyelamatkan tiga sandera dengan melakukan pendekatan persuasif. Namun, di sisi yang lain, dia juga tidak ingin tahanan kabur. “Negosiasi kami lakukan. Mereka ingin meninggalkan lapas dari pintu samping,” katanya pada pukul 23.00. Pihak keamanan juga meminta bantuan dari keluarga dan teman dekat tahanan.
Lee Rong-tsung, mantan konsul Konsil Kaohsiung yang mengenal salah satu tahanan, mengatakan, dirinya telah diminta polisi untuk berbicara dengan tahanan untuk mengetahui keinginan mereka. “Mereka protes bahwa vonis yang mereka terima terlalu lama,” sebutnya.
Polisi mendengar keluhan itu dengan baik. Keluarga tahanan juga melakukan hal yang sama agar skenario terburuk tidak terjadi. Mereka meminta para tahanan menyerah dan menghentikan penyanderaan. Namun, upaya itu gagal. Sebaliknya, permintaan mobil para tahanan untuk kabur juga tidak dipenuhi polisi. Presiden Taiwan Ma Yingjeo mengutuk penyanderaan ini dan meminta Kementerian Hukum melakukan reformasi penjara pekan ini.
“Aksi ini tidak dapat diterima,” kata Ying-jeo, dilansir Scmp . Meski demikian, dia menyesalkan negosiasi tidak membuahkan hasil positif dan mengucapkan belasungkawa terhadap keluarga tahanan.
Muh shamil
(ars)