Kenyamanan Hunian Tropis Mediterania

Minggu, 25 Januari 2015 - 12:19 WIB
Kenyamanan Hunian Tropis Mediterania
Kenyamanan Hunian Tropis Mediterania
A A A
Budi Frensidy memaknai rumah sebagai tempat yang paling nyaman. Tak sekadar menjadi tempat paling nyaman untuk beristirahat, rumah juga merupakan wilayah ternyaman untuk menggali inspirasi, termasuk menyelesaikan pekerjaan.

Rumah Budi mengusung konsep tropis mediterania. Di sinilah ia biasa menuangkan segala ide untuk menunjang pekerjaannya. “Saya paling senang menyiapkan tulisan di rumah. Di rumah, saya mendapatkan banyak inspirasi,” kata Budi kepada KORAN SINDO saat dijumpai di kediamannya, kawasan Depok, Jawa Barat, kemarin.

Definisi rumah nyaman bagi Budi adalah rumah lapang tak banyak sekat, sirkulasi udara dan cahaya yang baik, serta ruang membaca yang terang. “Makanya di kamar saya banyak lampu. Bagi saya, yang penting kamar utama luas dan terang,” ujar pria yang juga staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini.

Kenyamanan tersebut diwujudkan secara nyata dalam griya seluas sekitar 400 meter persegi (m2) ini. Fasad hunian yang bergaya tropis mediterania seolah mengintip dari kerimbunan pohon kelapa yang mengelilinginya. Ditambah lagi dengan jajaran tanaman pucuk merah di sisi yang lebih rendah. Mengusung konsep rumah tanpa pagar, jajaran pohon kelapa dan pucuk merah ini seakan menjadi pagar hidup di rumah Budi dan keluarga.

Suasana asri dan sejuk pun menyeruak, baik di dalam maupun luar rumah. “Walau penuh dengan tetumbuhan, kami tetap berupaya agar pepohonan tersebut tidak menghalau masuknya cahaya ke rumah,” ujar pria yang hobi traveling ini. Budi mengatakan, banyak tumbuhan di kediamannya lantaran sang istri, Wenny, memang suka tanaman. Di taman mereka tumbuh sederet tanaman hijau.

“Saya suka tanaman hijau karena merawatnya relatif lebih mudah,” kata Wenny. Budi dan keluarga mulai menempati hunian yang berada di atas lahan seluas 366 m2 ini sejak 2013. Walau begitu, perumahan yang sekarang sudah tak asing lagi bagi mereka. Karena, sejak 2001 mereka sudah tinggal di rumah yang letaknya tak jauh dari lokasi rumah saat ini. Masih dalam satu kompleks perumahan.

Lokasi strategis, akses jalan mudah, serta udara yang sejuk membuat Budi “jatuh cinta” pada perumahan ini. Ditambah lagi, lingkungan yang aman membuat Budi enggan melirik kawasan lain. “Sebenarnya saya sudah nyaman di rumah yang lama, tapi anak saya, Carin, ingin rumah yang lebih luas. Oleh karenanya, saya beli rumah ini pada 2011 dan baru ditempati pada 2013,” tutur Budi.

“Kami beli rumah second. Jadi, kami penghuni kedua rumah ini,” timpal Wenny. Berhubung sudah menjadi penghuni kedua, mereka pun melakukan renovasi terutama di bagian dalam rumah. Untuk eksterior, imbuh Budi, konstruksi bangunannya masih kokoh. “Kami cat ulang saja untuk eksterior,” timpal Wenny.

“Tanda mata” dari penghuni lama yang masih berbekas di hunian pasangan ini adalah patung naga di taman. Mereka pun tak berniat membongkar patung tersebut. Mereka memilih untuk membiarkan seperti apa adanya. Untuk bagian interior, selepas dari ruang tamu terdapat ruang tengah yang plong hingga tampak bagian belakang rumah. Ruang plong ini mencakup ruang televisi dan ruang tengah, serta ruang makan yang didesain seperti saung di belakang.

Di bagian belakang rumah juga terdapat kolam dengan atap terbuka. Ruang terbuka dalam rumah ini sekaligus sebagai ventilasi udara dan cahaya. Ditambah dengan langit-langit rumah yang tinggi, menjadikan sirkulasi udara dan cahaya berjalan baik. Dengan begitu, pemakaian lampu dan pendingin udara bisa diminimalisasi. Uniknya, di bagian tengah ada meja kayu panjang lengkap dengan bangku berbentuk belahan batang pohon.

Bangku bakso, begitu mereka menyebutnya. “Kami hunting meja dan bangku ini di pameran,” kata Budi yang sudah menulis tujuh buku cetak dan lima e-book. Meja tersebut menjadi sudut favorit bagi Budi dan keluarga. Di meja itu biasanya Budi membaca atau mengetik. Sementara, Carin mengerjakan tugas.

Dengan adanya meja ini, ruang kerja Budi jadi jarang terpakai karena lebih senang bekerja di meja atau dalam kamar. Kamar utama berada di lantai satu. Sementara, di lantai dua terdapat kamar anak, dua kamar kosong, dan ruang tengah. Mereka berniat menjadikan dua kamar tersebut sebagai ruang doa dan ruang karaoke.

Renovasi juga akan dilakukan di beberapa sudut rumah seperti dapur dan kolam dalam rumah. “Di dapur masih terlalu banyak lekuk, kami ingin jadikan plong saja,” tutur Budi. “Untuk kolam, kami ingin tutup dengan rerumputan, kemudian diberikan bangku taman. Jadi, bisa buat duduk-duduk santai,” pungkas Wenny.

Ema malini
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2735 seconds (0.1#10.140)