Dari Kaleng Bekas hingga Paku

Minggu, 25 Januari 2015 - 12:10 WIB
Dari Kaleng Bekas hingga Paku
Dari Kaleng Bekas hingga Paku
A A A
Tema ini merupakan hasil merangkum beberapa ungkapan tentang detikdetik perjalanan akademik mahasiswa Seni Rupa angkatan 2009 di UNJ. Atau, bisa dibilang sebagai sampul akhir dari intensitas berkesenirupaan selama masa kuliah.

Pameran yang digelar 16 hingga 28 Januari di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat (Jakpus), ini bisa jadi hasil berkeluh kesah hingga bertukar pikiran tentang harapan yang ingin dicapai di pertengahan tahun lalu. Kebetulan, pada tahun 2013 angkatan ini juga pernah mengadakan pameran berjudul Are You Feeling Fine . Waktu berjalan, dan berembuklah mereka untuk mengadakan pameran di akhir masa kuliah ini.

Seniman bergelar mahasiswa yang juga calon pendidik seni ini mewujudkan apresiasi itu dengan menggelar acara yang memamerkan sepakat dan tidak sepakat ungkapan tentang passion masing-masing. Mereka juga menegaskan akan terus belajar atas sebuah pilihan. Menurut kurator pameran Ferika Yustina Hatmoko, di sini penikmat seni rupa akan diajak membaca dari hal apa saja.

Seperti moral, ekonomi, politik, budaya, propaganda, estetik, dan lainnya. Selain itu, pengalaman seniman akane kspektasi dirinya, kompetisi dalam pergaulan, kontroversi dan ambisi akan hal tertentu, atau apa pun yang mampu memprakarsai diri untuk menyuguhkan konsep-konsep atau sekadar menciptakan keragaman wacana yang dibalut di atas bentuk estetis karya, juga ikut dipertaruhkan.

Dia menjelaskan dalam penciptaan karya seni salah satu yang menjadi sumber kreatif adalah modal kultural. “Sebagaimana yang menjadi salah satu kebutuhan manusia adalah ilmu, selain agama dan seni, manusia mencari pengetahuanpengetahuan baru atau merenovasi pengetahuan yang sudah diketahui,” ungkapnya.

Tak heran, semua kejadian harian yang dialami tumpah ruah di ruang pameran. Berbagai media pun digunakan. Mulai dari paku kecil, kaleng bekas biskuit, radio bekas, kain-kain dan sebagainya. Lihat saja karya Iin NVTSR berjudul Like Mom Like a Hero!#1 yang menggunakan potongan kertas yang kerap dijumpai sebagai pengingat kerjaan atau agenda kerja di meja kantor.

Semua potongan kertas ini membentuk wajah seorang perempuan. Masih dari karya seniman yang sama berjudul Like Mom Like a Hero!#2, yang menggunakan paku kecil yang biasa dijumpai di toko material. Paku-paku kecil ini membentuk gambar seorang ibu yang sedang memeluk bayinya. Kesegaran ide juga dimunculkan Irvanda Aprila Widyatama dengan judul Dalam Kenangan Terkasih.

Karya seni ini menggunakan daleman radio yang dibalut dengan bahan resin. Lalu kaleng bekas biskuit berbentuk bundar juga ikut berpartisipasi melalui judul The Addict karya Awi Dedes. Karya ini cukup unik karena menampilkan goresan tangan di atas bahan aluminium yang dibuat piph seperti piring kemudian ditempelkan ke pigura yang terbuat dari kayu seperti lukisan pada umumnya.

Berbagai Fenomena

Bermacam image anak muda seperti gaya pop dan rock n roll juga tak bisa dihindari. Seperti kelompok musik Sex Pistols, penyanyi legendaris Bob Marley, dan karya-karya patung anak muda yang tak jauh-jauh dari dunia musik. Sebut saja karya Ananta R.P. Ghenzoy yang berjudul Legend# 1, Legend#2, hingga Legend# 3.

Semuanya menggambarkan patung sosok anak muda berambut gondrong khas anak kuliahan yang tengah membawa gitar listrik, berjaket kulit, dan pastinya berkacamata hitam. Medianya cukup sederhana yakni sterofom, surat kabar, serta cat. Selain itu, berbagai fenomena lainnya yang tak boleh absen yaitu tema narsisme, termasuk selfie . Fenomena ini diangkat oleh Ichsan Rindengan dengan judul Selfiecocam#1 dan Selfiecocam# 2.

Medianya adalah fotografi. Yang pertama berisi lima foto seorang lelaki dengan banyak gaya dan berwarna warni. Sedangkan yang kedua hanya seorang lelaki yang difoto agak besar dengan warna hitam putih ala gaya Korea. Begitu pula yang ditampilkan Afrilliana Safitri RG dengan judul Narsisisasi, yang menggunakan digital printing.

Ada tujuh item, yang terdiri atas satu foto asli, dan sisanya enam buah merupakan hasil kreativisme otak dan tangan menggunakan teknik cetak (printed ). Fenomena blanja-blinji , atau dikenal dengan istilah shop til drop , juga ikut diangkat di sini. Adalah seniman Maryo Pratama dengan karya Sale. Ada enam buah gambar. Gambar paling atas bertulisan Sale, lalu gambar- gambar di bawahnya merupakan gambar berbagai tas jinjing hasil by safeweb">belanja.

Lalu gambar sepasang kaki miliki figur lelaki dan perempuan, yang di sampingnya lagi-lagi terdapat tas jinjing hasil belanja, tepat di samping kaki mereka. Karya Maryo lainnya berjudul Shopping Time juga bercerita hal yang sama. Di sini terlihat seorang wanita sedang menenteng tas jinjing hasil belanja yang bermerek ternama seperti Dior, Louis Vitton, sambil memegang telepon genggam.

Tepat di depannya adalah seorang figur lelaki yang juga sedang memegang telepon genggam, dan melekatkan ke telinganya, sedang memegang tas jinjing bertulisan Obey (patuh). Tak hanya itu, fenomena Koreanisasi juga tak jauh-jauh dari anak muda saat ini. Nendes Nintias mengangkatnya dalam karya Mamood.

Susi susanti
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6837 seconds (0.1#10.140)