DPRD Sumut Bahas Pengadaan Perangkat Canggih untuk Sekolah
A
A
A
MEDAN - Rapat kerja Komisi E DPRD Sumatera Utara (Sumut) kemarin berubah format menjadi sesi pemaparan produk software pendidikan buatan Singapura untuk sekolahsekolah di Sumut.
Pro dan kontra pun terjadi antarsesama anggota Dewan. Apalagi, produk yang ditawarkan mencapai miliaran rupiah. Dalam jadwal yang diagendakan Badan Musyawarah (Bamus) DPRD kemarin memang ada rapat kerja/dengar pendapat Komisi E yang membidangi pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat, bersama Dinas Pendidikan Sumut beserta Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota, serta PT Four A Jakarta.
Namun, pada pelaksanaannya kegiatan itu hanya mendengarkan pemaparan konsultan pendidikan, PT Four A, mengenai software berbasiskan teknologi informasi (TI). Direktur PT Four A Syaiful menjelaskan, beberapa perangkat canggih mereka sudah dipergunakan sejumlah sekolah di Jakarta dan Kepulauan Riau.
Salah satunya laboratorium bahasa yang satu paketnya dilengkapi dengan 40 iPad dan WiFi komplet seharga Rp1,2 miliar untuk wilayah Jakarta dan Rp1,3 miliar di Kepulauan Riau. Laboratorium bahasa yang diproduksi di Singapura itu diklaim lebih canggih dan simpel karena dapat dipindahpindahkan dari satu ruangan ke ruangan lain.
Jadi, tidak perlu lagi disiapkan khusus satu ruangan laboratorium bahasa. Selain itu juga ada produk alat absen yang bisa terhubung ke orang tua siswa dan interactive whiteboard yang harganya mencapai ratusan juta. Anggota Komisi E DPRD Sumut Richard Sidabutar memandang paparan dari PT Four A terlalu komersial. Dia khawatir itu akan semakin memberatkan para orang tua siswa.
“Jika ada kepedulian terhadap dunia pendidikan di Sumut, seharusnya mereka membuat riset terlebih dulu dan memaparkan kebutuhan dunia pendidikan, khususnya di Sumut sekarang,” kata politikus Partai Gerindra itu. Namun, beberapa anggota lain justru melihat keberadaan produk-produk itu akan semakin meningkatkan pendidikan di Sumut.
Anggota Komisi E lainnya, Syamsul Qodri Marpaung malah menyarankan Komisi E melakukan kunjungan kerja ke sekolahsekolah yang sudah menggunakan teknologi itu. Hal yang sama juga disampaikan anggota Komisi E dari PDI Perjuangan, Zahir. Dia menilai keberadaan produkproduk tersebut akan membuat sekolah-sekolah milik pemerintah tidak tertinggal dari swasta yang sudah mengandalkan teknologi informasi.
“Kami ingin sekolah-sekolah di Sumut bisa juga merasakan sarana pendidikan berbasiskan teknologi informasi,” ujar Zahir. Sementara itu, Kadis Pendidikan Tebingtinggi Pardamean Siregar mempertanyakan status anggaran untuk pembelian peralatan tersebut jika harus masuk ke sekolah-sekolah. Jika dana untuk pengadaannya ditampung melalui dana alokasi khusus (DAK), itu akan memberatkan. Namun, secara prinsip dia sepakat software berbasiskan informasi teknologi tersebut memang dibutuhkan di sekolahsekolah di Sumut.
Rinaldi khair
Pro dan kontra pun terjadi antarsesama anggota Dewan. Apalagi, produk yang ditawarkan mencapai miliaran rupiah. Dalam jadwal yang diagendakan Badan Musyawarah (Bamus) DPRD kemarin memang ada rapat kerja/dengar pendapat Komisi E yang membidangi pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat, bersama Dinas Pendidikan Sumut beserta Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota, serta PT Four A Jakarta.
Namun, pada pelaksanaannya kegiatan itu hanya mendengarkan pemaparan konsultan pendidikan, PT Four A, mengenai software berbasiskan teknologi informasi (TI). Direktur PT Four A Syaiful menjelaskan, beberapa perangkat canggih mereka sudah dipergunakan sejumlah sekolah di Jakarta dan Kepulauan Riau.
Salah satunya laboratorium bahasa yang satu paketnya dilengkapi dengan 40 iPad dan WiFi komplet seharga Rp1,2 miliar untuk wilayah Jakarta dan Rp1,3 miliar di Kepulauan Riau. Laboratorium bahasa yang diproduksi di Singapura itu diklaim lebih canggih dan simpel karena dapat dipindahpindahkan dari satu ruangan ke ruangan lain.
Jadi, tidak perlu lagi disiapkan khusus satu ruangan laboratorium bahasa. Selain itu juga ada produk alat absen yang bisa terhubung ke orang tua siswa dan interactive whiteboard yang harganya mencapai ratusan juta. Anggota Komisi E DPRD Sumut Richard Sidabutar memandang paparan dari PT Four A terlalu komersial. Dia khawatir itu akan semakin memberatkan para orang tua siswa.
“Jika ada kepedulian terhadap dunia pendidikan di Sumut, seharusnya mereka membuat riset terlebih dulu dan memaparkan kebutuhan dunia pendidikan, khususnya di Sumut sekarang,” kata politikus Partai Gerindra itu. Namun, beberapa anggota lain justru melihat keberadaan produk-produk itu akan semakin meningkatkan pendidikan di Sumut.
Anggota Komisi E lainnya, Syamsul Qodri Marpaung malah menyarankan Komisi E melakukan kunjungan kerja ke sekolahsekolah yang sudah menggunakan teknologi itu. Hal yang sama juga disampaikan anggota Komisi E dari PDI Perjuangan, Zahir. Dia menilai keberadaan produkproduk tersebut akan membuat sekolah-sekolah milik pemerintah tidak tertinggal dari swasta yang sudah mengandalkan teknologi informasi.
“Kami ingin sekolah-sekolah di Sumut bisa juga merasakan sarana pendidikan berbasiskan teknologi informasi,” ujar Zahir. Sementara itu, Kadis Pendidikan Tebingtinggi Pardamean Siregar mempertanyakan status anggaran untuk pembelian peralatan tersebut jika harus masuk ke sekolah-sekolah. Jika dana untuk pengadaannya ditampung melalui dana alokasi khusus (DAK), itu akan memberatkan. Namun, secara prinsip dia sepakat software berbasiskan informasi teknologi tersebut memang dibutuhkan di sekolahsekolah di Sumut.
Rinaldi khair
(bbg)