Eropa Siaga Hadapi Teror
A
A
A
BRUSSELS - Keamanan di seluruh Eropa kemarin dalam status siaga penuh menyusul perburuan tersangka utama serangan di Belgia. Di saat yang bersamaan, negara-negara Eropa hampir menyepakati skema mengenai pencegahan teror dalam pertemuan para menteri luar negeri negara-negara Uni Eropa (UE) bersama dengan negaranegara Timur Tengah di Brussels, Belgia.
Pertemuan tersebut dihadiri para menteri luar negeri (menlu) dari 28 negara anggota UE. Agenda utama pertemuan para menlu UE adalah membahas kembalinya warga Eropa yang pernah berjuang di Irak dan Suriah. Kesiagaannegara-negara itu menyusul serangan teror di Parisyangmenewaskan17orang dan operasi antiteror di Belgia. Para pejabat keamanan Eropa mengungkapkan, ancaman teror berasal dari sel-sel yang selama ini belum tampak dan para gerilyawan yang pernah berjuang di medan tempur Timur Tengah.
“Peta keamanan semakin sulit dan penuh dengan tantangan dibandingkan sebelum serangan 11 September 2001,” kata Kepala Badan Polisi Eropa Rob Wainwright. Menurutnya, sebelum serangan 11 September, para gerilyawan memiliki komando dan struktur yang jelas. Tiga tersangka yang melakukan serangan di Paris bukanlah orang yang aktif dalam sel-sel gerilyawan hampir selama satu dekade.
Dua penyerang Charlie Hebdo , Said dan Cherif Kouachi, memiliki keterikatan dengan kelompok teror di Yaman dan Suriah. Adapun Amedy Coulibaly yang menyerang supermarket Yahudi pernah tinggal di penjara bersama Cherif Kouachi di mana mereka semakin memiliki pemahaman radikal. “Polisi kini melihat orangorang yang terpengaruh paham radikalisme melalui internet atau orang yang pernah memiliki pengalaman di Suriah dan Irak,” kata Wainwright kepada BBC.
“Tentunya itu membuat (ancaman teror) semakin berbahaya,” tuturnya. Hal senada diungkapkan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron. Menurutnya, ancaman serangan teror memang semakin nyata. “Serangan kemungkinan (akan terjadi),” kata Cameroon seperti dikutip AFP. Namun Cameron mengungkapkan, permasalahan ekstremisme akan terjadi dalam waktu panjang.
“Kita harus menunjukkan kegigihan yang nyata,” katanya dalam wawancara dengan CBS . Perlawanan terhadap pelaku ekstremis bukan hanya melibatkan aksi militer dan kepolisian. Nilai-nilai demokrasi dan kebebasan berekspresi harus diperkuat dibandingkan dengan perkembangan nilai ekstremisme yang dapat menjadi racun. “Kita tidak dapat melakukan (perlawanan teror) ini sendirian, yakni negara-negara Barat saja. Kita harus memfungsikan pemerintahan di Irak dan Suriah,” tutur Cameron.
Sementara itu, kepolisian Belgia terus memburu Abdelhamid Abaaoud sebagai dalang yang merencanakan serangan di Belgia. Pengejaran juga dilakukan terhadap para mantan gerilyawan di Irak dan Suriah yang berafiliasi dengan Abaaoud. Pada Minggu (18/1), Belgia mengajukan ekstradisi kepada Yunani untuk menyerahkan salah satu tersangka teror yang terkait dengan para pelaku teror di Brussels.
“Dua tersangka ditangkap, salah satu terkait dengan kelompok teror,” kata juru bicara penuntut umum Belgia, Thierry Werts, kepada stasiun televisi Belgia RTL. Sementara itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Federica Mogherini menyerukan agar UE menjalin aliansi yang lebih luas dalam mencegah serangan teror, termasuk dengan negaranegara Arab. Seruan itu disampaikan di saat pertemuan menteri- menteri luar negeri UE di Brussels kemarin.
“Perlu adanya kerja sama lebih erat dengan negara-negara muslim dan sesama negara di UE,” kata Mogherini seperti dikutip BBC . Mogherini mengungkapkan, ancaman teror yang di-hadapi bukan hanya di Paris, tetapi menyebar ke seluruh belahan dunia.
“Kita membutuhkan kerja sama dengan semua negara Arab. Kita harus berbagi informasi lebih dalam dan bekerja sama yang lebih erat,” tuturnya. Hadir dalam pertemuan para menlu Eropa dan Sekjen Liga Arab Nabil al-Arabi. “Kita juga akan bekerja sama dengan Sekjen (Liga Arab Nabil al-Arabi) untuk meningkatkan kerja sama. Kita membutuhkan aliansi dan dialog,” katanya.
Andika hendra m
Pertemuan tersebut dihadiri para menteri luar negeri (menlu) dari 28 negara anggota UE. Agenda utama pertemuan para menlu UE adalah membahas kembalinya warga Eropa yang pernah berjuang di Irak dan Suriah. Kesiagaannegara-negara itu menyusul serangan teror di Parisyangmenewaskan17orang dan operasi antiteror di Belgia. Para pejabat keamanan Eropa mengungkapkan, ancaman teror berasal dari sel-sel yang selama ini belum tampak dan para gerilyawan yang pernah berjuang di medan tempur Timur Tengah.
“Peta keamanan semakin sulit dan penuh dengan tantangan dibandingkan sebelum serangan 11 September 2001,” kata Kepala Badan Polisi Eropa Rob Wainwright. Menurutnya, sebelum serangan 11 September, para gerilyawan memiliki komando dan struktur yang jelas. Tiga tersangka yang melakukan serangan di Paris bukanlah orang yang aktif dalam sel-sel gerilyawan hampir selama satu dekade.
Dua penyerang Charlie Hebdo , Said dan Cherif Kouachi, memiliki keterikatan dengan kelompok teror di Yaman dan Suriah. Adapun Amedy Coulibaly yang menyerang supermarket Yahudi pernah tinggal di penjara bersama Cherif Kouachi di mana mereka semakin memiliki pemahaman radikal. “Polisi kini melihat orangorang yang terpengaruh paham radikalisme melalui internet atau orang yang pernah memiliki pengalaman di Suriah dan Irak,” kata Wainwright kepada BBC.
“Tentunya itu membuat (ancaman teror) semakin berbahaya,” tuturnya. Hal senada diungkapkan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron. Menurutnya, ancaman serangan teror memang semakin nyata. “Serangan kemungkinan (akan terjadi),” kata Cameroon seperti dikutip AFP. Namun Cameron mengungkapkan, permasalahan ekstremisme akan terjadi dalam waktu panjang.
“Kita harus menunjukkan kegigihan yang nyata,” katanya dalam wawancara dengan CBS . Perlawanan terhadap pelaku ekstremis bukan hanya melibatkan aksi militer dan kepolisian. Nilai-nilai demokrasi dan kebebasan berekspresi harus diperkuat dibandingkan dengan perkembangan nilai ekstremisme yang dapat menjadi racun. “Kita tidak dapat melakukan (perlawanan teror) ini sendirian, yakni negara-negara Barat saja. Kita harus memfungsikan pemerintahan di Irak dan Suriah,” tutur Cameron.
Sementara itu, kepolisian Belgia terus memburu Abdelhamid Abaaoud sebagai dalang yang merencanakan serangan di Belgia. Pengejaran juga dilakukan terhadap para mantan gerilyawan di Irak dan Suriah yang berafiliasi dengan Abaaoud. Pada Minggu (18/1), Belgia mengajukan ekstradisi kepada Yunani untuk menyerahkan salah satu tersangka teror yang terkait dengan para pelaku teror di Brussels.
“Dua tersangka ditangkap, salah satu terkait dengan kelompok teror,” kata juru bicara penuntut umum Belgia, Thierry Werts, kepada stasiun televisi Belgia RTL. Sementara itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Federica Mogherini menyerukan agar UE menjalin aliansi yang lebih luas dalam mencegah serangan teror, termasuk dengan negaranegara Arab. Seruan itu disampaikan di saat pertemuan menteri- menteri luar negeri UE di Brussels kemarin.
“Perlu adanya kerja sama lebih erat dengan negara-negara muslim dan sesama negara di UE,” kata Mogherini seperti dikutip BBC . Mogherini mengungkapkan, ancaman teror yang di-hadapi bukan hanya di Paris, tetapi menyebar ke seluruh belahan dunia.
“Kita membutuhkan kerja sama dengan semua negara Arab. Kita harus berbagi informasi lebih dalam dan bekerja sama yang lebih erat,” tuturnya. Hadir dalam pertemuan para menlu Eropa dan Sekjen Liga Arab Nabil al-Arabi. “Kita juga akan bekerja sama dengan Sekjen (Liga Arab Nabil al-Arabi) untuk meningkatkan kerja sama. Kita membutuhkan aliansi dan dialog,” katanya.
Andika hendra m
(bbg)