Kantor sebagai Ruang Terbuka
A
A
A
JALAN Kedawung di Kota Malang sebelumnya hanya jalan kampung. Seiring kian meningkatnya kepadatan arus lalu lintas terutama di pagi hari, jalan kecil ini menjadi jalur alternatif.
Banyak kendaraan yang melintas untuk menghindari kemacetan di jalur utama. Terlebih, jalan ini sangat strategis karena menghubungkan dua jalan protokol di Kota Apel yakni Jalan Letjen Sutoyo dan Jalan Soekarno-Hatta. Salah satu bangunan di Jalan Kedawung, tepatnya No 35, adalah kantor baru Indonesia Medika.
Perusahaan yang bergerak di bidang inovasi kesehatan dan sosial kemasyarakatan ini didirikan Gamal Albinsaid pada 2013 silam. Indonesia Medika mengembangkan inovasi didasarkan pada kajian ilmiah dan terapan. Mereka mengembangkan interkoneksitas dalam pengembangan kesehatan yakni hasil penelitian mampu diterapkan di masyarakat dan dipasarkan secara luas dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
Salah satunya adalah mengembangkan sistem asuransi sampah yang digagas Gamal pada 2010. Sistemnya sangat sederhana dan prosesnya persis sama dengan asuransi kesehatan yang sudah ada. Namun asuransi sampah ini lebih berbasis masyarakat dan sumber pembiayaannya adalah sampah, bukan uang tunai seperti asuransi kesehatan pada umumnya.
Uang senilai Rp10.000 per bulan dari hasil penukaran sampah oleh masyarakat dikelola sebagai biaya premi asuransi untuk membiayai seluruh kebutuhan kesehatan. Masyarakat bisa mengembangkannya secara berkelompok sehingga ada gotong royong dalam pelaksanaannya. Gamal yang pagi itu mengenakan kemeja biru lengan panjang berjalan tenang memasuki kantor yang didominasi warna putih tersebut.
Begitu melintasi pintu utama, dia langsung melemparkan senyum dan menyapa para karyawannya. Ada 78 staf, relawan, dan pegawai magang yang saat ini tercatat bekerja di Indonesia Medika. “Bangunan ini milik keluarga besar saya. Sebelumnya disewa sebagai mini market. Sekarang saya sewa sendiri untuk kantor,” tuturnya.
Tata ruang bagian dalam kantor ini berkonsep terbuka dan dinamis. Ruang kerja Gamal dengan ruang karyawan lain hanya dipisahkan sekat kaca yang tentu tembus pandang. “Supaya gampang berkomunikasi dan berinteraksi. Jangan sampai kita merasa kantor itu tempat yang menjemukan. Suasananya mesti merasa nyaman dan terbuka supaya energi positif untuk terus berinovasi selalu mengalir di sini,” kata Gamal.
Menurut dia, kantor ini juga akan dijadikan workshop, tempat untuk berinovasi dan berdiskusi untuk menuangkan ide-ide serta gagasan yang berdampak bagi kebaikan bersama masyarakat. Setiap orang boleh datang untuk mempelajari berbagai program dan penelitian Indonesia Medika.
Gamal berobsesi terus melipatgandakan kebaikan yang bisa diberikan kepada masyarakat karena baginya kebaikan akan terus bertambah apabila disusul dengan kebaikan lainnya. Selain mengajak menyebarkan semakin banyak kebaikan, Gamal pun rajin memotivasi.
Dia rajin membuat kalimat-kalimat bijak dan inspiratif. Sebagian tertuang dalam buku Menyehatkan Indonesia dengan Sampah yang ditulis oleh Fachmy Casofa. Di antaranya “Jangan mengusulkan. Langsung kerjakan apa yang akan kita usulkan.”
Yuswantoro
Banyak kendaraan yang melintas untuk menghindari kemacetan di jalur utama. Terlebih, jalan ini sangat strategis karena menghubungkan dua jalan protokol di Kota Apel yakni Jalan Letjen Sutoyo dan Jalan Soekarno-Hatta. Salah satu bangunan di Jalan Kedawung, tepatnya No 35, adalah kantor baru Indonesia Medika.
Perusahaan yang bergerak di bidang inovasi kesehatan dan sosial kemasyarakatan ini didirikan Gamal Albinsaid pada 2013 silam. Indonesia Medika mengembangkan inovasi didasarkan pada kajian ilmiah dan terapan. Mereka mengembangkan interkoneksitas dalam pengembangan kesehatan yakni hasil penelitian mampu diterapkan di masyarakat dan dipasarkan secara luas dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
Salah satunya adalah mengembangkan sistem asuransi sampah yang digagas Gamal pada 2010. Sistemnya sangat sederhana dan prosesnya persis sama dengan asuransi kesehatan yang sudah ada. Namun asuransi sampah ini lebih berbasis masyarakat dan sumber pembiayaannya adalah sampah, bukan uang tunai seperti asuransi kesehatan pada umumnya.
Uang senilai Rp10.000 per bulan dari hasil penukaran sampah oleh masyarakat dikelola sebagai biaya premi asuransi untuk membiayai seluruh kebutuhan kesehatan. Masyarakat bisa mengembangkannya secara berkelompok sehingga ada gotong royong dalam pelaksanaannya. Gamal yang pagi itu mengenakan kemeja biru lengan panjang berjalan tenang memasuki kantor yang didominasi warna putih tersebut.
Begitu melintasi pintu utama, dia langsung melemparkan senyum dan menyapa para karyawannya. Ada 78 staf, relawan, dan pegawai magang yang saat ini tercatat bekerja di Indonesia Medika. “Bangunan ini milik keluarga besar saya. Sebelumnya disewa sebagai mini market. Sekarang saya sewa sendiri untuk kantor,” tuturnya.
Tata ruang bagian dalam kantor ini berkonsep terbuka dan dinamis. Ruang kerja Gamal dengan ruang karyawan lain hanya dipisahkan sekat kaca yang tentu tembus pandang. “Supaya gampang berkomunikasi dan berinteraksi. Jangan sampai kita merasa kantor itu tempat yang menjemukan. Suasananya mesti merasa nyaman dan terbuka supaya energi positif untuk terus berinovasi selalu mengalir di sini,” kata Gamal.
Menurut dia, kantor ini juga akan dijadikan workshop, tempat untuk berinovasi dan berdiskusi untuk menuangkan ide-ide serta gagasan yang berdampak bagi kebaikan bersama masyarakat. Setiap orang boleh datang untuk mempelajari berbagai program dan penelitian Indonesia Medika.
Gamal berobsesi terus melipatgandakan kebaikan yang bisa diberikan kepada masyarakat karena baginya kebaikan akan terus bertambah apabila disusul dengan kebaikan lainnya. Selain mengajak menyebarkan semakin banyak kebaikan, Gamal pun rajin memotivasi.
Dia rajin membuat kalimat-kalimat bijak dan inspiratif. Sebagian tertuang dalam buku Menyehatkan Indonesia dengan Sampah yang ditulis oleh Fachmy Casofa. Di antaranya “Jangan mengusulkan. Langsung kerjakan apa yang akan kita usulkan.”
Yuswantoro
(ars)