Pembunuhan Massal Guncang Kanada

Kamis, 01 Januari 2015 - 10:37 WIB
Pembunuhan Massal Guncang Kanada
Pembunuhan Massal Guncang Kanada
A A A
EDMONTON - Delapan orang tewas ditembak oleh seorang pria di Edmonton, Alberta, Kanada, Selasa (30/12) waktu setempat. Pelaku, John Etter Clark, lantas bunuh diri. Kepolisian Kanada menyebut tragedi tersebut sebagai pembunuhan massal terburuk sejak 1956 yang menewaskan tujuh orang, termasuk pelaku. Kepala Kepolisian Kanada Rod Knecht mengatakan, pelaku tidak memiliki motif yang jelas.

Apalagi, imbuh Knecht, berdasarkan laporan keluarga, pelaku mengalami depresi. Menurut Knecht, pelaku bukan orang baru dalam daftar pelaku kejahatan Kanada. Pihak kepolisian pernah menangkapnya pada 1987. Knecht menambahkan, pelaku tidak disokong kelompok lain dalam melancarkan aksinya.

Dia diduga bekerja sendirian. “Meski demikian, pelaku tampaknya telah merencanakan pembunuhan massal tersebut,” ujar Knecht dalam konferensi pers, dikutip Cbsnews. Kedelapan korban terdiri atas enam orang dewasa dan dua anak-anak. Setelah membunuh kedelapan orang tersebut, pelaku menembak dirinya sendiri.

Jenazahnya tergeletak di Restoran VN Express Asian di Fort Saskatchewan, Selasa (30/11) pagi waktu setempat, tak lama setelah korban pembunuhan ditemukan. Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, polisi meyakini pelaku menggunakan pistol kaliber peluru 9 mm. Senjata tersebut terdaftar secara resmi. Namun, bukan atas nama pelaku.

Menurut polisi, senjata tersebut pernah dilaporkan hilang pada 2006 di Surrey, British Columbia. Pelaku disebut anggota keluarganya mengalami depresi. Emosinya jarang stabil. Menurut polisi, selai pernah dicokok pada 1987, pelaku pernah ditangkap pada November 2012 atas tuduhan pelecehan seksual. Perdana Menteri (PM) Alberta, Jim Prentice, mengatakan yakin polisi mampu memberikan jawaban mengenai apa yang terjadi diAlberta.

“Doakami menyertai keluarga dan teman yang terlibat dalam kejadian menyedihkan ini. Mudah-mudahan mereka tabah,” ujarnya. Sementara di Hayden, Idaho, Amerika Serikat (AS), seorang ibu bernama Veronica Rutledge dilaporkan meninggal setelah tertembak oleh anaknya sendiri yang masih berusia dua tahun.

Rutledge yang sedang menyetir jarak jauh memutuskan mampir ke pusat perbelanjaan untuk membeli makanan dan minuman. Anak lelakinya pun dia bawa berbelanja dan duduk di bagian depan troli. Namun tanpa diduga, anaknya yang masih berusia dua tahun, merogoh tas Rutledge, kemudian mengambil senjata milik sang ibu. Tembakan pun meletus dan sang ibu tewas. Insiden tersebut terekam kamera CCTV.

“Ini adalah kecelakaan yang cukup tragis. Saat kami tiba, dia sudah meninggal,” ujar juru bicara Kootenai County Sheriff Letnan Stu Miller dilansir Daily Mail. Miller menjelaskan Rutledge sudah mengantongi izin membawa senjata. Idaho tercatat sebagai negara bagian AS yang memiliki persentase tinggi dalam kepemilikan senjata api.

Sangat disayangkan senjata api yang awalnya bertujuan untuk menjaga diri, justru mencabut nyawa Rutledge yang diketahui sebagai ilmuwan nuklir di Idaho National Laboratory. Terry Rutledge, ayah mertua Rutledge, mengatakan sangat sedih dengan tragedi yang menimpa keluarganya. Dia tidak menyangka kunjungan baik Rutledge ke rumah sanak saudaranya berujungtragis.“Dia adalah ibu yang sangat bertanggung jawab, dia pergi terlalu cepat,” ujar Terry.

Muh shamil/Rini agustina
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3488 seconds (0.1#10.140)