Pilot Irianto Sangat Berpengalaman, Kopilot Remi Begitu Andal

Selasa, 30 Desember 2014 - 09:07 WIB
Pilot Irianto Sangat Berpengalaman, Kopilot Remi Begitu Andal
Pilot Irianto Sangat Berpengalaman, Kopilot Remi Begitu Andal
A A A
SINGAPURA - Pencarian pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang hilang di Laut Jawa pada Minggu pagi masih terus dilakukan. Jatuhnya pesawat jenis Airbus A320-200 ini sangat mengejutkan mengingat sang pilot Irianto merupakan pilot yang mumpuni.

Adapun Remi Plesel, sang kopilot, juga tak kalah cakap. Remi memiliki passion yang tinggi di dunia penerbangan. Menurut orang-orang yang dekat dengan Irianto merupakan salah satu pilot yang berbakat dan sangat profesional sehingga kecelakaan ini pun membuat banyak rekan seprofesinya terkejut.

Apalagi Irianto memiliki latar belakang sebagai pilot TNI Angkatan Udara (AU). Irianto juga memiliki jam terbang yang sangat banyak, yakni 20.537 jam, sebanyak 6.053 jam di antaranya bersama AirAsia. Karena itu, tak ada yang menyangsikan bakatnya mengendarai pesawat berpenumpang ratusan.

”Irianto adalah pilot yang sangat berbakat dan sangat profesional,” ujar salah seorang temannya seperti dilansir BBC . Irianto diketahui telah meminta perubahan jalur karena adanya cuaca buruk, sayangnya tidak sempat mengirim panggilan darurat dan akhirnya radarnya menghilang dari layar pemantau. Bagi dunia militer, Irianto adalah nama yang tidak asing lagi di telinga.

Dia merupakan pilot pesawat tempur TNI AU. Irianto merupakan salah satu flight leader pesawat tempur F-5 Tiger yang dianggap sebagai pesawat terbaik Indonesia pada era 1980-an. Saat masih bergabung dengan kesatuan militer, Irianto sudah melakoni 2.500 jam terbang, sedangkan untuk pesawat tempur F-5 Tiger dia sudah melalui lebih dari 1.000 jam terbang.

Namun pada 1994 Irianto mengambil pensiun dini dan memilih menjadi pilot untuk pesawat komersial dengan menjajal maskapai Mandala dan Adam Air. Irianto bukan hanya tercatat sebagai lulusan terbaik Sekolah Penerbang (Sekbang) Prajurit Sukarela Dinas Pendek (PSDP) angkatan 30 tahun 1983. Namun dia juga sebagai penerbang yang andal, baik saat mengoperasionalkan pesawat maupun sebagai instruktur penerbang pesawat tempur.

Karier Irianto sebagai penerbang diawali saat dirinya masuk Sekbang PSDP pada 1983. Seusai menyelesaikan pendidikan Sekbang, Irianto mendapat tugas mengawaki pesawat tempur F 5 Tiger yang ada di Skuadron 14 Lanud Iswahyudi, Madiun. Dia berada di pangkalan ini sekitar tujuh tahun. Setelah itu pada 1990 sampai 1993 dia mendapat tugas menjadi instruktur penerbang pesawat latih di Sekbang Lanud Adisutjipto dan pesawat tempur di Skuadron 15 Lanud Iswahyudi Madiun.

Di Skuadron 15 Lanud Iswahyudi inilah karier terakhir Irianto sebagai perwira penerbang. Sebab setelah masa dinasnya di TNI AU berakhir 1993, dengan pangkat terakhir letnan satu (lettu) pnb, dirinya memutuskan tidak melanjutkan menjadi perwira penerbang TNI AU, melainkan berkarier di pesawat komersial.

”Sebagai penerbang Irianto itu merupakan penerbang andal pesawat tempur F5,” ungkap Danlanud Adisutjipto Yogyakarta Marsma TNI Yadi Indrayadi Sutanandika yang merupakan adik angkatan Irianto saat di Sekbang. Yadi menjelaskan dirinya dapat mengatakan Irianto itu sebagai penerbang andal bukan tanpa alasan.

Indikasinya, saat masih aktif berdinas sebagai perwira penerbang, setiap mengawaki pesawat tempur F 5 dia tidak pernah mendapatkan masalah dan dalam melaksanakan setiap tugas juga sangat sempurna. Apa yang telah dilakukan Irianto tersebut juga ditularkan kepada adik tingkatnya maupun perwira Sekbang saat dirinya menjadi instruktur.

”Beliau sangat bertanggung jawab, jangan sampai perwira Sekbang yang ditangani tidak bagus dan tidak menjadi penerbang andal,” kata perwira Sekbang angkatan 36 ini. Hal lain yang menunjukkan Irianto sebagai penerbang andal adalah dalam mengambil keputusan dirinya tidak gegabah, tetapi penuh perhitungan. Yadi mencontohkan saat dia dan Irianto berlatih intersepsi terbang.

Dalam pelatihan itu dia bertindak sebagai inseptor dan Irianto sebagai target. Saat melakukan split , Irianto tidak hanya mengikuti split , tetapi juga mengawasi dari bawah. Atas kondisi ini, dirinya gagal menemukan target, sebab pesawat yang dibawa Irianto ada di bawah. ”Untungnya saat itu saya tidak main-main dan seusai latihan beliau mengatakan selesai dan saya tidak hanya dinilai lulus, tetapi juga pantas menjadi inseptor. Ini juga pengalaman yang paling mengesankan,” tuturnya.

Bukan itu saja, Irianto juga sangat bertanggung jawab terhadap wingman -nya, terutama dalam menjadi penerbang andal seperti beliau. Di antaranya memberikan langsung contoh dalam penerbangan saat menjadi instruktur untuk pesawat latih lanjut di Skuadron 14 Lanud Iswahyudi, Madiun. Adapun secara keseharian, menurut Yadi, Irianto merupakan pribadi yang sangat bersahabat.

Indikasinya dalam pergaulan dengan yuniornya sangat dekat, termasuk setelah tidak lagi berkarier di militer tetap menjaga persahabatan, baik secara langsung maupun melalui hubungan media sosial (medsos), satu di antaranya Facebook. ”Terakhir dua minggu lalu dia like saya di Facebook dan 24 Desember lalu mengunggah foto sedang berada di Gudeg Kikil Seturan. Itulah posisi terakhir yang saya ketahui, setelah itu ke Surabaya untuk menjalankan tugas lagi,” katanya.

Irianto memang tumbuh dari keluarga TNI AU. Ayahnya Suwarto merupakan purnawirawan di bagian teknik Skadik 101 Lanud Adisutjipto. Ayahnya bertugas di bagian teknisi. Pangkat terakhir Suwarto sersan kepala (serka). Karena itu, sebagai bentuk penghormatan terhadap keluarganya, Lanud Adisutjipto menempatkan dua personel untuk menjaga rumah keluarga Irianto di Nanggulan Kidul, Maguwoharjo, Depok, Sleman.

”Selain itu, kami juga berencana mengadakan doa di rumah orang tua Irianto maupun di Skadik 101. Termasuk juga sudah menghubungi Danlanud Iswanyudi dan Juanda untuk membantu Suwarto untuk masalah ini,” paparnya. Sebelum masuk PSDP, Irianto tercatat sebagai siswa SMAN 1 Kalasan yang lulus dari sekolah tersebut pada 23 April 1981.

Kepala SMAN 1 Kalasan Tri Sugiharto mengatakan, sebagai alumni Irianto terakhir datang ke sekolah tersebut pada acara reuni akbar Mei 2013. Irianto tidak hanya akrab dengan sesama alumni, tetapi juga dengan guru dan siswa yang ikut andil dalam acara tersebut. ”Irianto itu orangnya supel dan mudah bergaul, tidak heran dengan adanya kabar ini langsung menyebar ke semua alumni dan sekolah,” kata Tri Sugiharto di ruang kerjanya kemarin.

Sementara itu, Remi Plesel, kopilot AirAsia QZ8501 yang hilang sejak Minggu lalu (28/12), bercita-cita menjadi pilot sejak kecil. Dunia penerbangan merupakan passion - nya. ”Sejak kecil dia telah memimpikan untuk menjadi pilot, kemudian ternyata mimpinya menjadi kenyataan. Dia telah berada di Indonesia selama tiga tahun. Dia pilot yang sangat baik dan andal,” ujar Renee, saudara perempuan Remi, kepada radio Prancis, RTL, seperti dikutip AFP .

AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 belum ditemukan hingga kemarin dan sejumlah pihak menduga pesawat itu jatuh ke laut. Renee mengaku realistis atas peluang melihat kakaknya masih hidup. ”Ketika pesawat jatuh dari langit, hampir tidak ada yang selamat,” ujarnya. Dia mengaku berbicara terakhir kalinya dengan sang kakak pada Jumat (26/12).

Dalam percakapan itu, Remi mengaku sangat menikmati perayaan Natal dan bersiap untuk bekerja esok harinya. ”Kami berharap mereka (tim SAR) segera menemukan pesawat tersebut untuk menjelaskan kepada kami apa yang terjadi dan untuk memastikan apakah kami bisa pergi ke sana, saya dan ibu saya,” ujar Renee.

Rini agustina/Priyo setyawan
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5955 seconds (0.1#10.140)