Kuda Hitam Emiten Konstruksi
A
A
A
Ketika mencatatkan sahamya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pertengahan tahun lalu, saham perusahaan jasa konstruksi PT Nusa Raya Cipta Tbk langsung melonjak 17,64%.
Mungkin ini hal yang lumrah pada sebuah perdagangan perdana, namun bagi emiten berkode NRCA ini ‘takdir’ mendapatkan proyek-proyek besar sudah di depan mata. Peluang bisnis Nusa Raya belakangan terbuka lebar bila mengutip data kebutuhan anggaran infrastruktur sepanjang kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas nilainya mencapai Rp5.519,4 triliun untuk berbagai sektor. Terlebih, janji Jokowi akan lebih fokus ke program-program pembangunan dan perbaikan infrastruktur membuat prospek saham NRCA semakin cerah. Karena kabar itu, sahamsaham konstruksi, termasuk Nusa Raya mulai diburu. Tidak peduli BI Rate naik menjadi 7,75%, dan bahkan sejumlah emiten mencatatkan kinerja yang lemah.
Optimistisme investor pada masa depan Nusa Raya seolah tergambarkan dalam rekam jejak saham emiten konstruksi ini. Terhitung dari awal 2014 hingga 22 Desember lalu, nilai saham NRCA naik 68% menjadi Rp1.130 per lembar. Hingga kuartal III/2014, Perseroan mengantongi pendapatan Rp2,47 triliun atau setara 75% target sepanjang 2014. Laba bersihnya terekam sebanyak Rp208 miliar.
Saat ini, manajemen menyatakan memiliki empat proyek yang dikerjakan dengan perusahaan lain yaitu joint operation(JO) Karabha NRC yang menggarap proyek tol Cikampek- Palimanan, STC NRC JO untuk pembangunan MNC News Centre, JO Maeda NRC yang membangun proyek pabrik Tachi-S Indonesia dan Y-Tech Autoparts Indonesia, serta JO Jaya Konstruksi Tata NRC untuk pengembangan Ciputra World. Sektor konstruksi di Bursa Efek Indonesia saat ini diisi oleh empat emiten pelat merah dan lima emiten swasta.
Meskipun tergolong kecil dibandingkan dengan para pesaing, Nusa Raya tampak bisa memanfaatkan statusnya sebagai kuda hitam. Salah satunya adalah peluang untuk terus tumbuh. Untuk yang satu ini, keberadaan Saratoga Investama Sedaya, perusahaan besutan pengusaha muda Sandiaga Uno dibalik Nusa Raya tampak bisa menjelaskan.
Saratoga diketahui membenamkan dananya sebesar Rp105 miliar atau setara 7% saham Nusa Raya pada waktu IPO. Sejumlah pengamat menyebut, adanya perusahaan investasi di perusahaan baru biasanya menandakan prospek cerah perusahaan tersebut.
Susi Susanti
Mungkin ini hal yang lumrah pada sebuah perdagangan perdana, namun bagi emiten berkode NRCA ini ‘takdir’ mendapatkan proyek-proyek besar sudah di depan mata. Peluang bisnis Nusa Raya belakangan terbuka lebar bila mengutip data kebutuhan anggaran infrastruktur sepanjang kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas nilainya mencapai Rp5.519,4 triliun untuk berbagai sektor. Terlebih, janji Jokowi akan lebih fokus ke program-program pembangunan dan perbaikan infrastruktur membuat prospek saham NRCA semakin cerah. Karena kabar itu, sahamsaham konstruksi, termasuk Nusa Raya mulai diburu. Tidak peduli BI Rate naik menjadi 7,75%, dan bahkan sejumlah emiten mencatatkan kinerja yang lemah.
Optimistisme investor pada masa depan Nusa Raya seolah tergambarkan dalam rekam jejak saham emiten konstruksi ini. Terhitung dari awal 2014 hingga 22 Desember lalu, nilai saham NRCA naik 68% menjadi Rp1.130 per lembar. Hingga kuartal III/2014, Perseroan mengantongi pendapatan Rp2,47 triliun atau setara 75% target sepanjang 2014. Laba bersihnya terekam sebanyak Rp208 miliar.
Saat ini, manajemen menyatakan memiliki empat proyek yang dikerjakan dengan perusahaan lain yaitu joint operation(JO) Karabha NRC yang menggarap proyek tol Cikampek- Palimanan, STC NRC JO untuk pembangunan MNC News Centre, JO Maeda NRC yang membangun proyek pabrik Tachi-S Indonesia dan Y-Tech Autoparts Indonesia, serta JO Jaya Konstruksi Tata NRC untuk pengembangan Ciputra World. Sektor konstruksi di Bursa Efek Indonesia saat ini diisi oleh empat emiten pelat merah dan lima emiten swasta.
Meskipun tergolong kecil dibandingkan dengan para pesaing, Nusa Raya tampak bisa memanfaatkan statusnya sebagai kuda hitam. Salah satunya adalah peluang untuk terus tumbuh. Untuk yang satu ini, keberadaan Saratoga Investama Sedaya, perusahaan besutan pengusaha muda Sandiaga Uno dibalik Nusa Raya tampak bisa menjelaskan.
Saratoga diketahui membenamkan dananya sebesar Rp105 miliar atau setara 7% saham Nusa Raya pada waktu IPO. Sejumlah pengamat menyebut, adanya perusahaan investasi di perusahaan baru biasanya menandakan prospek cerah perusahaan tersebut.
Susi Susanti
(ftr)