Setelah 25 Pameran Itu

Minggu, 28 Desember 2014 - 13:13 WIB
Setelah 25 Pameran Itu
Setelah 25 Pameran Itu
A A A
Apresiasi terhadap karya seni pada 2014 dinilai positif. Hal itu bisa dilihat dari tren pengunjung pada perhelatan 25 pameran di Galeri Nasional yang semakin meningkat. Pembangunan infrastruktur berupa penambahan ruang pameran pun dirasa mendesak.

Tanggalan atau kalender masehi bisa berhenti di tanggal 31 Desember. Tahun bisa terus berganti. Tetapi, denyut budaya tidaklah pernah berhenti. Begitu pula edukasi yang coba ditanamkan mengenai budaya. Titik inilah yang terus ditempa oleh Galeri Nasional Indonesia (GNI) sebagai satusatunya museum seni di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sepanjang tahun ini GNI sudah melakukan berbagai kegiatan seni yang meliputi pameran lukisan, sketsa, grafis, patung, keramik, desain grafis, ilustrasi, fotografi, seni kriya, seni instalasi, dan lainnya. Menurut catatan GNI, ada sekitar 25 pameran yang telah dihelat sepanjang tahun ini.

Baik itu pameran yang diselenggarakan di Tanah Air, bahkan mancanegara. Sebut saja Pameran Karya Guru Seni Budaya Guru Seni Berlari, Pameran Besar Seni Rupa Indonesia Manifesto #4, Pameran Seni Visual Karya Seniman Residensi Galeri Nasional Indonesia 2014, Masters of Modern Indonesian Portraiture (Australia), Trienal Seni Patung Indonesia #2 Versi, The Jakarta International Photo Summit-JIPS 2014; City of Waves dan Pameran Sosio-Lanscape (Kamboja), dan masih banyak lagi.

Dan kabar baiknya, pengunjung atau apresiator karya seni juga cenderung meningkat secara signifikan. Jumlah totalnya mendekati kisaran 100.000 orang dengan berbagai latar belakang dan usia. Dari jumlah ini, GNI meyakini, tak hanya para pelaku atau pecinta seni yang datang namun masyarakat awam sudah mulai tertarik dengan karya seni.

”Trennya memang meningkat tahun ini, mungkin karena banyak pameran terbantu dengan informasi di media sosial (medsos) dan banyak anakanak muda seperti anak kampus yang berfoto selfie di medsos,” terang Kepala GNI Tubagus Sukmana yang biasa dipanggil Andre saat konferensi pers akhir tahun 2014, ”Kaleidoskop Program Galeri Nasional Indonesia 2014 dan Menyongsong Program 2015”, di GNI, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Andre menilai, peningkatan apresiasi masyarakat terhadap seni menjadi pertanda baik, karena sedikit demi sedikit bisa mencuri perhatian khalayak luas. Selain pameran, tahun ini GNI juga telah mengakuisisi karya milik Pandu Sudewo dan Anusupati. Karya-karya ini menambah koleksi GNI yang telah berjumlah lebih dari 1.800 karya.

Edukasi Tak Pernah Berhenti

Disinggung terkait edukasi kepada khalayak luas, Andre menilai, pihaknya sudah berbuat cukup banyak. Dia menuturkan, selama ini setiap pameran diwajibkan memberikan katalog, caption , dan teks dari karya yang dipamerkan. Namun, untuk proses pendampingan bagi para pengunjung secara utuh, Andre itu tergantung pada permintaan si pengunjung. Artinya, si pengunjung bisa menelepon pihak GNI dan bisa diatur kapan waktu tepatnya.

Sepanjang pengamatan KORAN SINDO tahun ini, banyak momen pameran yang tidak memiliki informasi yang cukup, hanya caption , teks, dan katalog. Katalog pun biasanya hanya disediakan untuk kalangan media, bukan untuk khalayak umum. Pihak penyelenggara pameran pun sulit dijumpai, begitu juga kurator yang bisa menjadi tempat bertanya dan membuat pameran lebih hidup dengan proses-proses dialog.

Padahal, banyak karya yang dipamerkan merupakan karya dunia atau pun karya lokal yang semestinya bisa merangsang atau menstimulasi para pengunjung untuk banyak bertanya dan semakin tertarik dengan dunia seni. Begitu pula dokumentasi atau cerita di balik layar (behind the scene ) dari sebuah karya seni yang tidak banyak diketahui orang banyak.

Mulai dari bagaimana cara membuatnya, cara mengemasnya, hambatan apa yang dilalui, berapa orang yang diterjunkan untuk mengamankan barang-barang seni itu, hingga sampai akhirnya barang itu terpajang di ruang pameran. Tak banyak yang tahu proses menarik semua itu. Memang ada beberapa karya yang sekaligus menyediakan proses panjang tersebut melalui sebuah video. Andre menjelaskan, semua ini sangat tergantung pada konsep yang diemban sebuah karya dan si kurator serta seniman yang bersangkutan.

Sementara, kurator GNI Asikin Hasan menyambut baik ide cerita di balik layar. Menurut dia, sangatlah baik jika ide untuk mendokumentasikan atau menceritakan sebuah proses perjalanan sebuah karya ikut ditampilkan. Ini dinilai akan menjadi edukasi tentang proses seni dan budaya yang baik untuk masyarakat awam. ”Ide ini sangat bagus, nanti akan kami masukkan dalam beberapa kegiatan di tahun depan untuk bisa dilakukan,” ujarnya.

Dia mengatakan, hal ini bisa diterapkan pada pameran yang akan dilakukan di Frankfurt tahun depan. Menurut rencana, ada sekitar enam hingga delapan seniman Tanah Air yang akan diboyong ke sana. Karya yang ditampilkan merupakan karya 3D, instalasi, video dan lainnya. Kemudian, masih ada beberapa pameran yang akan digelar tahun depan.

Di antaranya yakni Empty Fullness-Materiality and Spirituality in Contemporary Korean Art, Aku Diponegoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa (Dari Raden Saleh Hingga Kini), Pameran Seni Rupa Nusantara, Pameran Seni Rupa karya Mahasiswa Indonesia, OK. Video-The 7th Jakarta International Media Art Festival, Indonesia Art Award (IAA), dan Biennale Jakarta 2015.

Tak hanya materi pameran yang dikebut, pembangunan infrastruktur di GNI juga ikut berlari terus. Pembangunan lantai dua yang nantinya disiapkan sebagai tempat pameran lukisan secara permanen layaknya sebuah museum. Pembangunan ini penting mengingat terbatasnya ruang pameran yang dimiliki GNI saat ini.

Susi susanti
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4536 seconds (0.1#10.140)