Pemikiran Gus Dur Perlu Diterjemahkan Ulang

Rabu, 24 Desember 2014 - 14:31 WIB
Pemikiran Gus Dur Perlu Diterjemahkan Ulang
Pemikiran Gus Dur Perlu Diterjemahkan Ulang
A A A
JAKARTA - Sosok KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sangat lekat dalam ingatan masyarakat Indonesia, terutamabagi kalangan nahdliyin. Meski Gus Dur telah lima tahun wafat, sosok presiden ke-4 RI itu seolah-olah masih hidup di tengah-tengah masyarakat.

“Gus Dur masuk dalam ruang-ruang di mana semua kita ada. Semua orang merasa memiliki Gus Dur karena selama hidupnya semua kalangan dibela. Di saat ada seorang yang dibenci semua orang, Gus Dur datang membela,” ujar Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dalam orasi budaya bertajuk “Gus Dur adalah Kita” pada Haul ke-5 Gus Dur di Jakarta kemarin.

Politikus yang akrab disapa Cak Imin itu mengaku selalu menjadi pengikut setia Gus Dur. Konflik yang pernah menderanya bersama Gus Dur, dia artikan sebagai dramaturgi politik Gus Dur untuk kaderisasi kepemimpinan di tubuh PKB. “Saya tidak pernah merasa dipecat Gus Dur, Dia justru memberikan pilihan kepada saya untuk mundur atau meneruskan memimpin PKB dengan menyerahkan kembali surat pengunduran itu kepada saya,” kata Muhaimin.

Mantan juru bicara Gus Dur, Yahya C Staquf, menjelaskan butuh kearifan untuk menangkap makna kebenaran pemikiran Gus Dur. Narasi pemikirannya sulit diterjemahkan dengan bekal pengetahuan sederhana. Nyatanya, banyak pikiran Gus Dur yang dianggap irasional pada masanya, namun terbukti kebenarannya dikemudianhari.

“Sekarang kita baru tahu makna konflik PKB dulu, Gus Dur ingin menghapus kebergantungan PKB terhadapnya. Buktinya, kini PKB bisa tumbuh tanpa kebergantungan terhadap tokoh,” ujar Yahya. Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Abdul Munim DZ mengatakan, publik jangan hanya menangkap manuver politik Gus Dur, tapi lebih penting mempelajari doktrin pemikirannya.

Namun, menurutnya, pemikiran Gus Dur yang abstrak mesti diterjemahkan kembali agar menjadi pengetahuan yang mudah dipahami. “Kepiawaian Gus Dur bisa diteorikan menjadi explicit knowledge. Mitos harus dijadikan logos agar lebih berarti. Intelektual PKB bisa melakukan itu agar pemikiran Gus Dur tak punah,” katanya.

Sementara itu, dalam rangka memperingati Hari Ibu dan Haul Gus Dur, PP Fatayat NU mengadakan kegiatan bedah buku berjudul Gus Dur di Mata Perempuan. Kegiatan yang dihadiri Ibu Sinta Nuriyah Wahid, istri Gus Dur ini digelar di Warung Daun, Cikini, Jakarta kemarin. Buku antologi tulisan setebal 294 halaman itu berisi pengalaman para penulis berinteraksi dengan Gus Dur.

Uniknya, keseluruhan penulis merupakan perempuan yang berasal dari berbagailatarbelakang. “Gus Dur adalah sosok yang sangat menyukai silaturahmi, berjiwa pemaaf, dan selalu aktif dalam membela hak-hak kemanusiaan. Karena Gus Dur tidak suka melihat penzaliman terhadap seseorang terutama perempuan,” ujar Ketua PP Fatayat NU Ida Fauziah kemarin.

Khoirul muzakki
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2958 seconds (0.1#10.140)